"Bagaimana, unnie?"Seorang wanita yang baru saja melepas lajangnya itu bertanya dengan raut wajah yang terlihat begitu khawatir juga cemas. Matanya memerah karena menangis. Tangannya terus ia mainkan. Untuk saat ini, hanya itu yang bisa dirinya lakukan. Diam dan menunggu jawaban.
Si kakak perempuan menggelengkan kepalanya dengan frustasi.
"Ck! Manoban sialan...." Gumam wanita lain.
Seorang anak lelaki menghampiri wanita itu, ia menarik ujung baju si empu dengan kepalanya yang mendongkak ke atas.
"Daddy, apa aunty Lisa baik-baik saja? Kalian terlihat begitu cemas." Ujarnya.
Seulgi, seseorang yang di panggil Daddy itu berjongkok guna menyamakan tingginya dengan si kecil. Ia menangkup wajah nya.
"Aunty cantik mu itu baik-baik saja. Sekarang, bisakah Luxi kembali ke kamar?" Seulgi berkata dengan lembutnya. Membuat si kecil luluh dan tak bisa menolak.
Seulgi memperhatikan putranya yang tengah berjalan menuju kamar. Ia kembali pada yang lainnya.
Jennie, Jisoo dan Rosie, raut wajah mereka bisa menjelaskan semuanya tentang apa yang saat ini mereka rasakan.
Padahal seharusnya mereka menikmati malam pertama sebagai pasangan sah. Entah apa yang terjadi pada Lisa saat ini. Mereka benar-benar khawatir. Apalagi Lisa tidak mengatakan apapun.
.
.
.
.Sementara jauh ditempat sana, si wanita berdarah Thailand itu terus berlari mengunjungi sebuah desa kecil. Keringatnya bercucuran, membasahi seluruh wajahnya. Perutnya terasa sakit karena terus berlarian tanpa arah dan tujuan. Namun satu hal yang dia tahu, kucing besarnya berada di daerah ini. Seseorang mengatakan padanya bahwa si kucing besar di bawa oleh beberapa lelaki.
Lisa berhenti. Nafasnya memburu. Ia memegangi perutnya yang terasa begitu sakit.
"Hahhhh... Kemana lagi aku harus mencarimu, Karen." Monolognya, terlihat jelas jika ia tengah frustasi sekarang.
Lisa melihat sekelilingnya. Ada sebuah bukit di timur. Disana! Lisa yakin Karen ada disana.
Dengan langkah lebarnya Lisa berlari. Sebelum bisa mencapainya, Lisa harus melewati sekiranya 300 anak tangga. Meskipun terengah-engah dan kesulitan bernafas, Lisa berlari dengan segala tenaga yang dimilikinya.
Meskipun sempat terjatuh dibeberapa titik, Lisa tak menyerah. Ia terus berlari dan berlari. Mau bagaimana pun, Lisa harus menyelamatkan kucing besarnya.
Tangga yang begitu tinggi dan sedikit licin itu bisa Lisa lewati hanya dalam waktu satu jam kurang. Berhenti sejenak untuk mengambil nafas. Bak orang sekarat ia terengah-engah.
Tubuh tinggi itu kembali berdiri tegak. Di depannya, ada sebuah bangunan yang hanya tertutup kaca. Lisa bisa melihat keadaan didalamnya tanpa harus repot-repot memasukinya. Namun disana hanya ada meja dan kursi yang di tutup kain putih.
Tidak ingin menyerah, Lisa berlari lagi ke arah rumah itu. Ternyata tidak hanya satu, ada tiga rumah yang memiliki pemandangan yang sama.
Dan tiga diantaranya, hanya satu yang menarik perhatian Lisa. Yaitu bangunan yang tak terlalu luas di ujung sana.
Lisa berlari menuju bangunan itu. Dan.......
"KARENNNN!!!"
Lisa berteriak histeris begitu melihat si kucing besar terbaring dengan bercucuran darah. Bulu yang putih itu kini sudah berubah dengan warna merah gelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
TARZAN [END]
Fanfiction[JENLISA] Lalisa, wanita cantik berusia 25 tahun yang tinggal seorang diri disebuah pulau kecil. Tidak memiliki teman, keluarga juga sahabat. Hidupnya dikelilingi oleh alam, tumbuhan dan hewan. Tak tahu dirinya putri dari siapa dan seperti apa ke...