TARZAN | EIGHTEEN

4K 545 8
                                    

Aku membuka mataku secara perlahan. Sesuatu mengusik tidurku. Aku melihat ke arah jam yang masih menunjukkan pukul setengah 3 dini hari.

Aku melihat ke arah samping, apa yang terjadi dengan Nini? Dia terisak, matanya berair, bantalnya juga sudah dibasahi oleh air matanya. Dia mimpi buruk?

   "Nini..." Aku memanggilnya, namun itu tak berguna samasekali. Jennie tetap dalam posisinya.

Aku yang mulai panik pun mendudukkan diriku, berbalik dengan menghadap Jennie sepenuhnya.

Aku menggoyangkan tubuhnya, berharap supaya itu bisa membuatnya terusik dan membuka matanya. Namun nihil. Jennie masih terisak dan tak kunjung membuka matanya.

  "Nini, ku mohon bangunlah. Apa yang terjadi denganmu?" Ujarku, sembari terus berusaha untuk membangunkannya.

   "NINI!" Aku memanggilnya dengan meninggikan nada bicaraku, namun Jennie tetap tak bergeming.

   "Hey! Buka matamu, ku mohon." Aku mendekatkan wajahku pada nya, dia seperti mengucapkan sesuatu, namun dengan nafasnya yang sesenggukan menghambatnya.

   "L-lisa... Hiks!... Jangan... J-jangan pergi, aku--

   "Benar-benar mimpi buruk." Monologku.

Aku mencium kening Jennie. "Bangunlah, atau kau akan semakin kesulitan untuk bernafas." Kataku pelan.

Aku menjauhkan wajahku, karena aku tahu jika Jennie akan membuka matanya. Dan....... Bum! Jennie benar-benar membuka matanya.

Jennie menatapku, tangisannya semakin menjadi-jadi. Ia mendudukkan dirinya dengan susah-susah dan memelukku tiba-tiba.

   "Hiks... J-jangan meninggalkanku, Lisa. Jangan.... J-jangan pergi, hiks!" Jennie berucap dengan nafas tersengalnya.

Aku mengusap-usap punggung Jennie dengan lembut. "Sssttt! Aku tak akan meninggalkanmu, aku juga tak akan pergi kemana-mana. Sudah, sudah! Berhentilah menangis, kau kesulitan untuk mengatur nafasmu bukan?"

Jennie terdiam, aku tahu jika dia sedang mengatur kembali nafasnya.

   "Lisa..." Panggilnya, tak berniat untuk melepaskan pelukannya sedikitpun.

   "Ada apa, hm?"

Jennie lagi-lagi diam. Aku melepaskan pelukannya, menangkup wajah cantiknya dan menghapus air matanya dengan ibu jariku.

   "Sudah tenang?" Tanyaku, dan Jennie mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Aku tersenyum dan mengecup keningnya singkat. Dan kembali menatapnya setelahnya.

   "Mimpi buruk?" Tanyaku lagi, Jennie kembali menganggukkan kepalanya. Namun dia tak memberitahuku apa yang ia mimpikan sampai membuatnya menjadi seperti ini.

   "Apapun yang kau mimpikan tadi, percayalah! Bahwa itu hanyalah sebuah mimpi." Kataku, aku mengecup hidungnya.

   "Aku tak akan meninggalkanmu, apapun yang terjadi. Aku akan selalu bersamamu, sampai kapanpun." Lanjutku.

Seperti tak percaya, Jennie menggeleng-gelengkan kepalanya. "K-kau juga mengatakan itu, tapi kenyataannya--

   "Kenyataannya itu hanya mimpi." Selaku, tak membiarkan Jennie menyelesaikan perkataannya.

  Aku membawa Jennie ke dalam pelukanku, memeluk tubuh yang lebih kecil dariku itu, memejamkan mataku sembari terus mengusap-usap punggung nya.

   "Saranghae......"

* * *

Aku duduk di lantai, di atas karpet berbulu yang lembut itu. Jari-jari tanganku terus bergerak, mengetikkan sesuatu.

TARZAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang