Mereka melihatnya.

13.9K 2.2K 128
                                    

Usaha Olivia untuk menjangkau lubang kecil di atas sana sepertinya sia-sia, karena tidak ada satupun usahanya yang berhasil. Sebenarnya dia hanya ingin melempar kertas berisi pesan untuk siapapun yang dapat menolongnya dari luar sana, tapi usahanya gagal dan saat ini Shavonne kembali masuk ke dalam ruangannya.

Shavonne melihat ke sekitar dan pandangannya terkunci pada Olivia sebelum beralih pada tangan Olivia yang menyembunyikan sesuatu di dalam genggamannya. 

"Olive, berhenti mencoba. Kau tidak akan bisa melakukannya." Shavonne dengan tenang tersenyum dan mendekatinya.

Olivia refleks mundur tidak ingin dekat dengan pria itu tapi Shavonne bukan jenis orang yang akan menyerah bahkan jika dia mendapatkan penolakan. Jika Olivia mundur, dia hanya perlu maju mengejarnya hingga Olivia tidak memiliki tempat lain lagi untuk mundur.

Shavonne tersenyum senang saat Olivia tersudut di dinding. "Apa kau tidak ingin bertanya tentang apa yang aku lakukan malam ini atau apa yang terjadi hari ini?"

Olivia mengerutkan alisnya, "Kenapa aku harus peduli pada apa yang dilakukan oleh orang gila sepertimu? Nasehatku tidak akan berguna bahkan jika aku mencoba mengatakannya padamu."

Shavonne tertawa begitu dia mendengarnya. "Kau benar, aku tidak akan mendengarkanmu jadi dengarkan aku."

Olivia tidak mengatakan apa-apa lagi, dia ingin pergi tapi ditahan Shavonne yang menyandarkan kedua tangannya di tembok, memenjarakan dirinya. "Dengarkan aku, aku ingin berbagi hal ini denganmu."

"Aku tidak mau, simpan itu untuk dirimu sendiri." Olivia dengan tegas menolaknya.

Namun, Shavonne bergumam hmm dan mulai berbicara mengabaikan penolakannya. "Hari ini aku menikah dengan seorang gadis, siapa namanya, aku bahkan tidak ingat siapa namanya karena di dalam hatiku hanya ada namamu. Yah, intinya aku menikah dengannya, dia sepertinya sangat bahagia dan sepertinya dia juga menyukaiku sayangnya aku tidak menyukainya dan hanya menyukaimu."

"Hentikan ucapanmu yang berbelit-belit dan biarkan aku pergi." Olivia mencoba menyingkirkan lengan Shavonne yang menghalanginya, tapi Shavonne sama sekali tidak bergerak. "Dengarkan aku dulu, aku belum selesai bercerita, ini adalah hal terbaiknya. Setelah menikah dengannya aku meninggalkannya di hari pernikahannya dab kau tahu apa yang terjadi?"

Olivia mengerutkan alisnya, apa yang dilakukan Shavonne sepertinya cukup familiar di dalam ingatannya.

"Apa kau mencoba membalas dendam pada ayahmu?" tanya Olivia kemudian begitu dia mengingat kembali kisah cinta segitiga Kaisar dan Permaisuri.

Shavonne tersenyum ketika mendengar hal ini. "Kau cukup pintar untuk bisa menebak hal ini."

Olivia mendorong dada Shavonne dan membuatnya mundur, kali ini Shavonne tidak keras kepala dan mengikuti apa yang Olivia inginkan. 

"Kau adalah pria bajingan yang pernah aku temui, Shavonne. Kau ingin membalas dendam pada ayahmu tapi kau melakukan hal yang sama sepertinya, apa kau sudah gila?"

Shavonne terkekeh mengedikkan bahunya. "Yah, kita memiliki cara berpikir yang berbeda. Kau pikir bagaimana aku harus membalas dendam pada ayahku? Membunuhnya? Atau menyiksanya sampai mati?"

Olivia terdiam ketika mendengar hal ini. 

"Jika aku membuatnya mati itu akan terlalu mudah baginya, lagipula setelah kematian ibuku dia masih bisa hidup bahagia dengan wanita itu, lalu dimana letak keadilan untuk ibuku. Penyesalannya sama sekali tidak berarti."

"Jadi karena ini kau melakukan hal yang sama dengannya? Dengan menyakiti gadis yang sama sekali tidak ada hubungannya denganmu? Bukankah itu sama saja dengan membuat dirimu tidak ada bedanya dengan ayahmu?"

Menjadi Putri Duke Terkutuk [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang