Part 2

16.9K 1K 70
                                    

Hari mulai menggelap tak membuat Shani dan Jinan beranjak dari duduk mereka sedangkan Dinda sudah pulang duluan karena sang mama meneleponnya dan memintanya untuk pulang membuat Dinda mau tak mau harus pulang meski hatinya masih ingin bersama dengan kedua sahabatnya.

"Lo kenapa?" Shani sontak mengalihkan pandangannya mendengar pertanyaan Jinan yang aneh baginya

"Kenapa gimana? gue rasa gue fine-fine aja" jawab Shani bingung

"Gue bukan nanya keadaan diri lo tapi gue nanya tentang lo yang aneh pada saat lo tanya tentang Gracia. Bener kata Dinda lo suka sama dia?"

Shani terdiam mendengar ucapan Jinan, sungguh dirinya pun tak tahu harus menjawab apa. Shani hanya diam dan menundukkan kepalanya. "Gue gak tau"

Jinan menatap lekat Shani yang menunduk, ada yang aneh dengan sahabatnya. Tak biasanya Shani seperti ini jika dia mendapat pertanyaan darinya. "Perkataan yang lo bilang serius tadi? yang lo ngerasa aneh pas ngelihat Gracia?"

Shani hanya menganggukkan kepalanya membuat Jinan berhenti bernapas dalam sekejap. Shani yang tak mendengar Jinan bersuara pun menoleh, Jinan menatapnya sangat lekat membuat Shani sedikit gugup.

"L-lo kenapa?" tanya Shani

"Lo jatuh cinta sama dia, Shan. Gue gak pernah masalahin lo suka sama siapa karena itu urusan lo tapi ini Gracia, Shani. Lo bahkan gak tau siapa Gracia dan apa pun tentang dia, kan?" Shani hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Jinan

"Gue tau sedikit tentang Gracia, dia salah satu murid yang famous sama seperti kita bertiga. Gracia si anak pintar nan angkuh dari fakultas kedokteran, itulah julukannya karena dia selalu dingin sama orang lain kecuali orang tua dan pacarnya. Gracia memiliki predikat tertinggi kedua setelah lo dalam bidang akademik, mungkin lo gak tau siapa Gracia karena lo terlalu sibuk sama dunia kerja dan kuliah kita. Banyak yang bilang Gracia anak pemilik kampus ini tapi sampai sekarang kebenaran berita simpang-siur itu belum terungkap"

"Serius lo?"

Jinan menganggukkan kepalanya. "Gracia punya pacar dan pacarnya anak fakultas kita, si Shiwa. Kita berdua tau gimana Shiwa, kan?" Shani kembali menganggukkan kepalanya

"Gracia anak jenius tapi bodoh dalam percintaan. Banyak yang udah bilang ke dia kalau Shiwa itu gak pernah cinta sama dia tapi Gracia tetap gak percaya. Shiwa hanya ngincar harta dia karena Gracia anak konglomerat cuyy lebih dari gue sama Dinda. Dan satu poin penting yang lo harus tau tentang Gracia.."

"Apa?" tanya Shani penasaran

"Dia homophobia, arti kasarnya dia jijik sama kaum kayak kita"

Deg!!

Hati Shani yang semula berbunga-bunga kini tandus mendengar perkataan Jinan. Baru saja dia ingin mendekati Gracia tetapi fakta Gracia jijik sama orang sepertinya membuat hati Shani sakit.

Jinan menepuk bahu Shani pelan. "Gue gak ada maksud untuk nyakitin hati lo tapi gue cuman gak mau lo sakit hati akan sikap Gracia ke depannya. Gue juga gak ngelarang lo deketin dia tapi banyak fakta yang harus lo pikirin. Pertama, Gracia punya cowok dan kedua, dia itu jijik sama kita, Shan. Saran gue, jangan sakiti hati lo untuk nunggu seseorang yang bahkan jijik dengar nama lo"

Shani menundukkan kepalanya dengan mata berair. Baru pertama kali jatuh cinta tapi langsung sakit hati, Gracia mungkin tak cuma menolaknya tetapi akan jijik menerima fakta seorang yang menyukai sesama menyatakan perasaannya ke dia.

"Udah jangan sedih, kalau emang lo beneran cinta sama dia gak masalah buat gue tapi lo harus punya hati seluas samudra jikalau suatu saat Gracia menghina lo karena lo udah tau dari awal dia gimana sama kita" Shani menganggukkan kepalanya dengan setetes air mata yang turun di pipinya

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang