Terlihat dua anak kecil berlari mengunjungi taman saat orang tua mereka akhirnya bisa menyempatkan waktu untuk bermain di tempat yang banyak sekali anak-anak. Berlarian dengan wajah bahagia, tertawa puas saat keduanya tak sengaja menabrak hingga mereka berdua terjatuh.
"Leon, Syivara ayo ke sini dulu nak!!"
Anak kecil yang merasa namanya terpanggil pun mengangguk dan berlari mendekati orang tua mereka masing-masing. Leon memeluk sang mama begitu manja sedangkan Vara menyodorkan pipinya menginginkan ciuman yang langsung dia dapatkan.
"Ma ma, mami mana sih? katanya mau nyusul tapi gak datang-datang, padahal Leon mau main sama mami" wanita yang di cap sebagai mama dari Leon tersenyum lalu menggelengkan kepala, mengusap pipi putra tampannya yang kini sedang merajuk
"Mami kena macet, sayang. Sabar yah, bentar lagi kok" Leon berdecak kesal tetapi tak bisa melakukan apa-apa selain mengangguk meski hatinya masih mendumel setengah mati
Leon menarik tangan Vara, kembali bermain bersama meninggalkan orang tua mereka yang tersenyum haru melihat anak-anak mereka saling bermain dan tertawa bahagia.
"Gak terasa yah Din, udah lima belas tahun sejak kejadian itu tapi gue tetap belum bisa melupakan hal itu" seseorang yang berada di sampingnya menoleh lalu mengangguk kecil, menggenggam tangan wanita yang kini sedang berbicara
"Sering banget gue kangenin mereka Cin, gue kangen banget sama sahabat gue yang satu itu tapi gue gak bisa ngelakuin apa-apa selain berdoa. Lima belas tahun bukan waktu yang mudah buat gue lupain itu dalam sekejap mata"
Mereka berdua mendongak menatap langit yang cerah, sorot mata keduanya terlihat sendu kala lintasan kenangan menghampiri pikiran mama-mama cantik ini. Keduanya tak sadar pasangan mereka sudah berada di belakang, memandangi pasangan masing-masing yang menutup mata seolah menantang sinar ultra violet agar menyentuh kulit putih nan mulus itu.
"Ver, gue kangen.."
"Gue juga, nan. Gimana yah keadaan mereka disana?"
Keduanya menghela napas panjang lalu menyentuh pasangan mereka membuat mama-mama cantik itu terperanjat dan memutar tubuhnya. Tersenyum manis melihat teman hidup mereka kini berada di belakang dan masih memakai setelan kerja.
"Jinan, kangen!!" teriaknya membuat seseorang bernama Jinan terkekeh dan membalas pelukan sang istri tercinta
"Jinan juga kangen sama Cindy, Leon mana?" Cindy menunjuk Leon dan Syivara yang sedang bermain bola membuat Jinan mengangguk lalu menoleh saat Dinda menatapnya sinis
"Eh Jinan setan!! badan gue segini gedenya gak lo pandang apa? sapa atau apa kek ke gue, emang akhlak lo minim banget!!" Jinan berdecak lalu mengacak rambit sepupunya itu
"Berisik amat sih lo, udah tua masih aja ngambekan. Gak cocok muka jutek lo manyun-manyun gitu"
Dinda menggeram kesal lalu menarik ujung jas suaminya membuat Vero terkekeh kemudian mengusap kepalanya. "Kamu paling cantik sayang, gak usah di dengerin omongannya Jinan. Becanda doang dia mah, kamu imut banget"
Hendak membalas perkataan Vero tetapi perutnya terkena serangan jari-jari sang istri membuat Jinan terdiam dan menatap melas Cindy. "Jangan suka buat orang bete deh, hobi banget kamu jailin Dinda"
Terpaksa mengangguk agar cubitan itu terlepas dari perutnya, menatap tajam sang sepupu yang menjulurkan lidah karena berhasil membuat Cindy marah padanya. Pembicaraan mereka terputus saat teriakan Vara membuat mereka berempat mengalihkan pandangan.
Segera Jinan dan Vero berlari disusul Dinda dan Cindy, mengangkat tubuh Leon yang terjatuh tepat di atas Vara yang menangis kesakitan. Tampak guratan wajah Leon yang merasa bersalah karena tak sengaja terjatuh dan menimpa Vara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk Aku, Shani!! [End]
FanfictionGak mau deskripsi disini deh, mending langsung baca aja 👍🏻