Shani terbangun dengan wajah terkejut kala tubuhnya disiram air yang berisi banyak sekali es batu. Tubuhnya mengigil hebat dengan perut yang Shani rasa kembali robek, mencoba menajamkan mata saat terdengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Belum sempat penghilatannya menjelas, tiba-tiba tubuhnya yang diikat dengan kursi terjatuh begitu saja karena mendapatkan tendangan dari seseorang itu.
Napas Shani semakin tak beraturan kemudian terlihat darah perlahan mengalir dari mulutnya, Shani mencoba bertahan dan menatap seseorang yang kini tertawa di atas penderitaannya. Mata gadis tinggi itu melebar kala tahu siapa sosok itu, sosok yang tak pernah Shani sangka akan membuatnya menjadi seperti ini.
"R-Reemar?"
Seseorang yang kini dipanggil semakin tertawa dan mengangguk, menyamakan tubuhnya dengan posisi Shani lalu mengelus wajah gadis yang masih berada dalam posisi teratas di hatinya. "Hai, Shani" sapanya membuat Shani menatapnya penuh kebencian
"Apa-apaan ini, Reemar?!!" tawa Reemar semakin kuat saat mendengar bentakan Shani kepadanya "Kejutan buat kamu dari aku, gimana? keren, kan? aku tebak pasti kamu gak nyangka aku ada disini" dengan sengaja dia pegang perut Shani yang terdapat luka membuat Shani memejamkan mata dengan erat saat tangan Reemar meremas lukanya
"Sakit?" Shani hanya diam membuat suster yang pernah merawatnya itu geram dan semakin erat meremas perutnya
Sekuat tenaga Shani coba bertahan meski tubuhnya mulai melemah, rasa sakit di perut serta kepalanya membuat Shani tak berdaya sama sekali. Ditatapnya sayu Reemar yang tersenyum manis kepadanya, Shani tak mengenal lagi sosok yang berada dihadapannya ini. Rasanya sangat asing melihat tatapan baru yang ditunjukkan Reemar untuknya.
Reemar tiba-tiba mencium bibir Shani, mengalungkan lengannya di leher Shani yang dia tahu takkan bisa melawan. Dia usap tekuk leher gadis yang begitu dia cintai sekaligus gadis yang dia benci dengan penuh napsu, sementara Shani semakin mengatupkan bibirnya. Meski tubuhnya lemah tapi hatinya sangat kuat, takkan pernah dia biarkan mulutnya terbuka jika dirinya masih sadar, dia mencintai Gracia dan hanya gadis bergigi gingsul itu yang berhak atas tubuhnya.
Reemar semakin intens mencium bibir Shani yang masih tertutup, beralih ke leher gadis jangkung itu dan mencengkram kuat rahang Shani membuatnya mau tak mau mendongak memberikan akses untuk Reemar melancarkan aksinya. Shani berusaha meredam desahannya kala Reemar menghisap kulit lehernya begitu kuat dan memberikan jejak disana, dia benar-benar tak punya kekuatan sedikit pun untuk melawan.
Reemar menarik diri lalu menatap Shani yang menatapnya datar, tertawa sinis dan mengusap kepala bagian belakang gadis yang sedang terikat itu. Dengan tawa, dia pamerkan tangannya yang terkena darah dari kepala bagian belakang Shani. "Wow, darah yang sangat indah sama seperti pemiliknya"
"Siapa kamu, Reemar?" Reemar tersenyum simpul dan menunjuk dirinya sendiri kala Shani melemparkan pertanyaan padanya "Aku? aku Reemar, Shani. Gak mungkin kamu lupa siapa aku"
"Jawab pura-pura bodoh, a*jing!!" Shani meringis kala lukanya kembali diremas, ditatapnya gadis itu penuh kebencian, jika saja dia bisa melawan Reemar pasti sudah mati di tangannya saat ini
"Jangan teriak di depan mukaku, sayang. Aku gak suka itu, kamu ngerti?"
Reemar menatap datar Shani yang menatapnya penuh kebencian, kembali memukul Shani sehingga gadis itu semakin terkulai lemah. Reemar bangkit dan menatap Shani seolah gadis itu sangat menjijikkan.
"Aku Reemar, Aileen Reemar Martin. Adik kandung Anggina Elysya Martin, perempuan yang dituduh penyebab kematian Shania Anggraina Putri Harlan, anak sulung keluarga Harlan yang meninggal karena kesalahannya sendiri"
Reemar berucap sembari berjalan meninggalkan Shani, sayup-sayup pendengarannya mencoba menangkap perkataan Reemar yang telah dibawa pergi sang pemilik yang kini telah menutup pintu, matanya melebar saat tahu siapa Reemar sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk Aku, Shani!! [End]
FanfictionGak mau deskripsi disini deh, mending langsung baca aja 👍🏻