Part 14

12.7K 857 71
                                    

Saat ini seorang gadis dengan sejuta pesona sedang berada di lapangan basket, wajah seriusnya membuat fans fanatiknya teriak histeris, apalagi keringat yang membasahi wajah hingga lehernya benar-benar membuat semua orang yang berada di lapangan tak tahu lagi harus berkata apa selain sempurna. Dia begitu sempurna, sangat!!

Seorang yang menjabat sebagai kapten tim putri basket ini melambaikan tangannya meminta atensi rekannya membuat mereka langsung mengerumuni sang kapten yang memakai jersey merah dengan nama SHN dan nomor punggung 31.

Nampak gadis lain sedang duduk tenang di pinggir lapangan sembari menatap sang kapten dengan senyum merekah. Gadis itu menyunggingkan senyum manisnya membuat gadis yang berada di sebelahnya menggelengkan kepala.

"Senyum lo jangan kelewat manis nanti banyak yang suka, Shani repot jadinya"

Senyum gadis itu seketika luntur kala gadis yang dia cap sebagai sahabat memberitahu hal yang membuatnya kesal. "Gue diem dikata datar kek jalan tol, sekarang senyum dilarang juga. Mau hidup ini apa sih?"

Gadis yang berada di sebelahnya pun tersenyum, mengenal sosok Gracia hampir empat tahun tetapi dia baru kali ini dia melihat perubahan ekstrim dalam diri sahabatnya itu. Gracia yang sekarang lebih mudah tersenyum meski harus ada Shani dalam senyumnya. Gracia yang sekarang lebih banyak mengeluarkan ekspresi jika ada Shani di dekatnya.

Terhitung sudah dua bulan sejak Shani keluar dari rumah sakit, mereka berdua semakin dekat setiap harinya. Dimana ada Shani, disitulah ada Gracia. Shani yang rela mengantarkan Gracia pergi ke mana pun sedangkan Gracia yang rela menemani Shani ke arena walau dirinya tak jarang melarang Shani untuk balapan.

Jangan tanyakan mengenai hubungan mereka, tentu saja mereka menjalani hubungan tanpa status. Tetapi jika Shani di dekati orang lain Gracia otomatis langsung cemburu begitu juga dengan Shani. Gadis dengan tinggi 167 cm itu dari awal memang tidak berharap lebih, dia juga tidak pernah menyatakan perasaannya lagi sejak hari itu. Shani lebih nyaman dengan hubungannya sekarang bersama Gracia, bukan tak mau ada status tetapi kenyamanan Gracia lebih penting dari segala hal bagi Shani.

Mereka saling bergantung satu sama lain dan mereka saling ikut serta jika salah satu dari mereka sedang mengikuti event, seperti ini contohnya, Gracia rela menonton pertandingan Shani padahal dia memiliki tugas kelompok dan harus mengeksplor sebuah rumah sakit mengingat dirinya masuk fakultas kedokteran tetapi Gracia menunda itu semua demi menonton Shani main basket karena kalau dirinya tak dilihat Shani, sudah pasti gadis itu akan marah kepadanya.

Shani bahkan menitipkan seluruh barangnya ke Gracia dengan tujuan agar Gracia menonton pertandingannya sampai selesai. Untung saja Cindy mau menemaninya, jika tak ada Cindy disini mungkin Gracia akan mati kebosanan.

Gadis bergigi gingsul ini tampak fokus melihat Shani yang akan memasukkan bola ke gawang sedangkan Cindy sibuk mengirim pesan pada seseorang membuat Jinan, orang yang berada di lapangan sedikit mengerutkan dahinya.

Gracia tahu Jinan mulai tak fokus sontak menyenggol Cindy membuat ponsel Cindy hampir saja terjatuh. Dengan sebal Cindy menatap Gracia. "Apa, Gre? untung aja HP gue gak nyungsep"

"Lo chatan ama siapa?"

"Bokap, kenapa emang?"

"Doi lo ngeliatin lo terus dari tadi"

Sontak Cindy menatap Jinan yang menatapnya dengan bibir cemberut. Jinan berlari menyusul bola meski hatinya masih dongkol melihat Cindy berkirim pesan dengan orang lain.

"Gue mampusin tuh orang yang buat ayang gue jadi gak fokus ke gue"

"Tuh bocah napa manyun gitu bibirnya? kayak bebek aja" gumam Cindy membuat Gracia tertawa

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang