Part 44

8.4K 640 165
                                    

"Gracia kabur ke Jakarta karena Harlan ingin menyeretnya untuk ikut bersamanya. Dia tau Kevan meninggal jadi karena itu Harlan gak mau rencananya makin hancur, dia makin gila buat nikahin Shiwa sama Gracia untuk kenaikan saham kotornya. Waktu kalian berada di hotel sebenarnya anak buah Harlan ingin nyulik Gracia tapi untung firasat gue bener, gue suruh anak buah gue untuk jagain kalian di hotel semalam"

Shani terlihat begitu mendengarkan penerangan Vero, sesekali mengangguk mendengar fakta-fakta yang mencengangkan karena dia sudah tahu Kevan dan Reemar memiliki hubungan darah, Vero yang memberitahunya. Dia juga tahu Gracia lah yang mencabut nyawa Reemar, Shani tak marah sedikit pun karena tahu penyebab Gracia semarah itu.

"Gue gak ngizinin lagi dia kembali ke sana, lagipula Gracia sama Cindy udah tau semuanya. Percuma juga kita jagain mereka kalau Gracia tetap mau ikut bertarung bersama kita. Tapi keputusan tetap ada di tangan lo Shan, izin atau gak?" Shani menoleh dan menatap Gracia yang terlihat sangat nyaman dalam tidurnya, hatinya tersentuh melihat perjuangan Gracia yang melarikan diri dari Harlan

"Gue cuman takut dia terluka, cukup sekali itu aja gue liat bokap lo nampar Gracia" ucapnya begitu lirih membuat Vero terdiam, ditatapnya sang adik dengan penuh kasih sayang

"Dia adek gue, Shan. Kekhawatiran lo sama persis dengan yang gue rasain saat ini tapi gue juga gak bisa nekan dia untuk diam doang saat dia berontak mau ikut bersama kita. Gracia manusia rapuh yang penuh luka di hatinya, gue tau banget dia selalu nahan sedih atas semua perintah yang Harlan kasih. Gue juga gak mau dia terluka tapi kalau dia tetap mau ikut gue gak bisa apa-apa, adek kecil gue udah gede ternyata, udah bisa bedain mana benar mana salah"

Dinda menatap orang yang duduk di sebelahnya, terlihat pancaran mata Vero menandakan kesedihan yang teramat dalam saat pria itu menatap Gracia membuat hatinya sedikit terenyuh. Tanpa sadar tangannya terulur dan menepuk bahu Vero membuat pria tampan ini menoleh dan tersenyum kepadanya.

Shani menghela napas, memikirkan apa yang harus dia jawab atas pertanyaan Vero. Lama dia berpikir lalu tangannya menepuk pelan meja membuat atensi semua orang kembali fokus padanya. "Oke, Gracia boleh ikut sama kita. Walau gimana pun Harlan tetap bokapnya, dia yang paling berhak menentukan hukuman apa yang cocok setelah Vero. Tugas kita hanya menghancurkan kerjasama mereka, setelah itu terserah Gracia sama Vero, oke?"

Mereka semua mengangguk paham, Shani meminta Vero untuk memperlihatkan kejadian yang anak buahnya rekam saat ini. Anak buah Vero masuk ke perusahaan keluarga Shiwa atas usul Shani, menyamar sebagai office boy yang saat ini sedang mengantar kopi ke ruangan Gunawan.

Terlihat Gunawan sedang sibuk membolak-balikkan kertas saat anak buah Vero masuk.

"Tuan, ini minum yang anda minta tadi"

Terlihat Gunawan menatapnya sekilas dan kembali sibuk dengan berkasnya, meminta Bara, anak buah Vero untuk meletakkan kopi di meja kerja. Mereka terkikik geli saat kopi panas itu mengenai kemeja Gunawan yang membuatnya meringis kesakitan dan memaki Bara. Gunawan bangkit dan berjalan menuju kamar mandi membuat Bara langsung mencari berkas-berkas penting yang harus dia bawa.

"Tuan, tolong matikan cctv-nya. Mereka bisa curiga jika tau saya mengacak file-file ini"

Terdengar suara Bara yang membuat Vero mengangguk, dia mengambil laptop yang berada di atas meja dan dengan tangan lihainya mengetik sesuatu di keyboard membuat Dinda menatapnya dengan kagum. Vero begitu fokus dengan laptopnya dan tersenyum senang saat cctv yang ada di ruangan Gunawan berhasil di non-aktifkan.

"Sudah"

Lama Bara menelusuri berkas-berkas itu dan akhirnya dia mendapatkan berkas yang langsung dimasukkan ke dalam kemejanya, bertepatan keluarnya Gunawan dari kamar mandi dengan kemeja yang berbeda.

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang