Part 33

9.1K 670 82
                                    

Seorang gadis berperawakan cantik nan manis sedang menggerutu di bilik kamarnya, menendang selimut yang tak memiliki salah apa-apa tetapi ditendang begitu saja. Mengetuk-ngetuk ponselnya menunggu seseorang yang sudah empat hari tidak memberinya kabar apa-apa padahal dia sendiri yang berjanji akan selalu memberi kabar membuat sang gadis yang memiliki senyum manis serta gigi gingsul itu menggerutu kesal.

Tak ada yang berani mendekatinya jika dalam mode singa begini, yang ada semua orang jadi pelampiasan kemarahannya.

"Issss Shani mana sih?!! kok gak ngasih kabar?!!" dengusnya lalu melempar asal ponselnya

Berjalan menuju kamar mandi dan sesekali menghentakkan kaki melampiaskan kekesalam yang benar-benar menguasai hati dan pikirannya. Sudah hampir tiga minggu mereka berpisah, iya sudah hampir tiga minggu Shani meninggalkan Gracia sendirian di kota Jakarta.

Dan dalam jangka waktu dekat ini, lebih tepatnya empat hari ini lagi Gracia juga akan pergi melaksanakan tugasnya sebagai mahasiswa kedokteran. Memasuki pelosok dan pedesaan untuk menyantuni masyarakat yang tidak bisa memeriksa kesehatan akibat kekurangan uang. Gracia sedikit meringis mengingat perjalanannya masih panjang untuk menjadi dokter spesialis seperti yang dia inginkan tetapi Gracia tak mengeluh karena dia juga suka profesi yang mungkin akan dijalaninya nanti.

Hampir satu jam mendekam di dalam kamar mandi, pintu pun berdecit menandakan Gracia telah selesai membersihkan diri. Dengan wajah yang masih ditekuk, dia melangkahkan kaki menuju meja rias. Mempoles beberapa skincare agar kulitnya tetap lembab dan terawat. Tersenyum tipis melihat pantulan dirinya sendiri, senyumnya semakin melebar kala fokusnya tertuju pada kalung yang selalu dipakainya sejak kalung itu dipasangkan sendiri sama orang yang paling dia cintai setelah keluarganya.

"Kangen.." cicitnya pelan, Shani benar-benar kejam meninggalkannya tanpa kabar beberapa hari ini

Flashback..

Saat mereka sudah puas jalan-jalan dan hendak kembali menuju jalan pulang, tiba-tiba ponsel Shani berdering dan ternyata ada panggilan masuk dari Vero. Segera diangkat olehnya dan tangan sebelahnya menggandeng Gracia untuk berjalan meninggalkan tempat itu. Gracia sesekali melirik Shani yang terlihat begitu serius berbicara kepada saudaranya.

Selang beberapa menit, Shani mematikan ponselnya dan menatap teduh si cantik kesayangannya ini. Diusap-usapnya kepala Gracia membuat adik kandung Vero itu memejamkan matanya merasakan betapa lembut usapan Shani di kepalanya.

Senyum merekah saat benda kenyal menyentuh pipinya, perlahan membuka mata dan terlihat Shani merentangkan tangan membuat Gracia langsung menghamburkan diri ke dalam pelukan Shani. Shani mengangkat kedua kaki si mungil membuat Gracia reflek memeluk erat leher Shani, tubuhnya dibawa Shani mendekati parkiran. Dengan penuh ke hati-hatian Shani masuk ke dalam mobil dengan Gracia yang kini duduk di pangkuannya.

Gracia sama sekali tidak marah malah ini kesukaannya, bertingkah manja kepada gadis yang selalu suka memanjakannya. Matanya perlahan terpejam kala tangan besar Shani mengelus punggungnya membuat Gracia berjalan menuju alam mimpi.

Tak tahu berapa lama dia terlelap sampai Shani harus menepuk-nepuk pipinya sedikit kuat. Matanya mulai terbuka dan perlahan mengedarkan pandangan, jantungnya berpacu cepat melihat bahwa mereka tak melaju untuk pulang tetapi mengantarkan Shani untuk pergi. Dia menatap Shani yang juga menatapnya, Shani menyatukan dahi dan hidung mereka lalu memegang kedua sisi wajah Gracia.

"Aku pergi yah, gak lama kok. Aku pastiin gak bakal menghilang, jaga kalung itu baik-baik sebagaimana kamu jaga hati kamu buat aku" air mata Gracia jatuh bertepatan saat Shani berucap seperti itu

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang