Part 4

12.6K 971 64
                                    

Shani keluar dari kampus bersama dua sahabatnya dan Chika yang masih gelendotan di lengan Shani. Jika ada Chika, tak ada yang berani menggoda bahkan mengganggu Shani karena Chika juga sangat overprotektif pada cici kesayangannya ini.

"Kamu naik apa kesini, sayang?" tanya Shani pada Chika setelah mereka sampai di parkiran

"Aku naik mobil, ci. Rencana mau ke panti hari ini, kangen sama anak-anak. Cici sama kak Jinan mau ikut? kak Dinda mau ikut?" mereka bertiga menimang ajakan Chika

Shani juga sudah lama tidak ke panti karena sibuk kuliah dan sekarang waktu Shani sedikit renggang membuatnya menganggukkan kepala apalagi Chika menatapnya penuh harap membuat Shani terlalu sulit untuk menolak ajakan adiknya ini.

"Yeayy.. makasih cici" Chika mencium pipi Shani membuat Shani mengacak rambutnya karena tak tahan akan kegemasan sang adik

Mereka sadar bahwa mereka berempat sudah menjadi pusat perhatian semua orang tetapi baik Shani dan yang lain tidak peduli, selama tidak mengganggu biarkan saja. Chika dengan riang melangkahkan kaki mengikuti Shani yang berjalan menuju sepada motornya membuat Jinan kebingungan.

"Chik, lo bilang lo naik mobil jadi ngapain lo ngintilin si Shani?" Chika menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Jinan dengan cengiran

"Mau ikut cici aja, urusan mobil nanti aku telepon pak Rejo aja kak" jawab Chika lalu berlari melihat Shani sudah sampai di parkiran motornya

"Tuh anak kalau udah sama Shani gak mau pisah, kayak lem dia mah. Chika badannya aja gede tapi bocil banget kalau sama Shani, selalu jadi kesayangan Shani dia" Jinan membenarkan ucapan Dinda

"Karena Shani juga sayang banget ama dia. Kisah hidup mereka kan emang mirip jadi saling bergantung satu sama lain terlebih si Chika, dia gak bisa hidup tanpa Shani. Shani dilihatin orang aja langsung dipelototin sama dia, gimana kalau Shani punya pasangan yah?" Dinda menatap Jinan yang juga menatapnya dengan sendu

"Jujur gue emang berharap dia yang menjadi tempat pertama dan terakhir buat Shani tapi gue juga takut semisal Shani sakit hati nanti"

"Kita disini cuman bisa dukung, Din. Semoga suatu saat Shani bisa dicintai seperti dia mencintai orang itu dan bisa menerima keadaan Shani baik buruknya"

Jinan dan Dinda juga ikut ke panti tetapi mereka memakai mobil masing-masing sedangkan Shani sudah pasti membawa adiknya karena Chika tak mau lepas sedikit pun darinya. "Udah siap?" Chika mengangguk setelah kepalanya sudah dilindungi helm

Chika pun naik dan langsung memeluk Shani erat membuat Shani tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Shani menepuk pelan lengan Chika yang melingkar di perutnya. "Siap berjalan, tuan putri?"

"Siap, kapten!!" Chika benar-benar riang membuat Shani tertawa

"Oke, waktunya kita jalannn!!"

Chika menganggukkan kepalanya girang pada saat sepeda motor Shani mulai meninggalkan kampus sembari memeluk Shani begitu erat karena Chika sangat merindukan cicinya selama dia berada di Belanda.

"Chika sayang cici selamanya!!"

Shani dan Chika meninggalkan kampus tanpa menyadari sepasang mata yang menatap intens kepergian mereka berdua. Seseorang itu berdecih dan pergi meninggalkan koridor dekat parkiran. "Cih.." batin Gracia kesal









































































































































































Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang