Part 36

7.6K 683 95
                                    

Pemberitahuan mengenai pesawat Gracia akan segera terbang terdengar begitu nyaring membuat Shani yang sedang memegang koper Gracia sontak bangkit untuk menarik lengan gadisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemberitahuan mengenai pesawat Gracia akan segera terbang terdengar begitu nyaring membuat Shani yang sedang memegang koper Gracia sontak bangkit untuk menarik lengan gadisnya. Dilihatnya kembali semua barang yang diperlukan sudah dibawa membuat gadis mungil di sampingnya yang merasa begitu diperhatikan terenyuh hatinya.

"Udah semuanya, ge. Gih sana, nanti telat loh" ucapnya kembali menatap Gracia yang kini berurai air mata, dengan panik dipeluknya gadis itu membuat tangis Gracia pecah juga

Gracia peluk Shani begitu erat, membenamkan wajahnya di dada kekasihnya dan meremas kuat baju Shani menyalurkan rasa sesak di hatinya. Sedangkan Cindy juga memeluk Jinan tak kalah eratnya tetapi masih bisa menahan tangis agar suasana tak semakin terlihat menyedihkan. "Aku pergi yah, jaga diri kamu baik-baik di Jogja sana. Bentaran doang kok aku perginya" Jinan mengangguk dan mengusap kasar air matanya yang tanpa sadar menetes

"Jaga diri kamu disana, di desa orang jangan ngomong yang macem-macem. Kalau ada waktu aku bakal jengukin kamu" Cindy mengangguk dan mencium Jinan penuh kasih sayang

Kembali lagi di keadaan Shani yang masih mengusap punggung Gracia, perlahan Shani langkahkan kakinya membuat Gracia mengikuti arah langkahnya. Kembali dikecupnya pucuk kepala Gracia lalu melepas pelukan mereka. Ditatapnya Gracia yang menatapnya sedih dengan bibir melengkung ke bawah, membuat Shani tersenyum manis lalu menggeleng.

"Udahan nangisnya yah, nanti yang ada aku kepikiran loh disini. Baik-baik kamu disana yah ge, gak ada aku soalnya yang bakal jagain kamu. Aku harap kita bisa ketemu lagi secepatnya karena aku pasti akan sangat merindukan kamu" ucap Shani begitu menahan air matanya, berdoa agar cairan bening itu tidak tumpah sampai Gracia menghilang dari pandangannya

"Mau peluk lagi. Ayo peluk aku, Shani" kembali tubuh Gracia masuk ke dalam rengkuhan Shani, menghirup dalam-dalam aroma yang mungkin akan sangat dirindukannya, berharap bahwa keadaan akan tetap baik-baik saja sampai mereka kembali bertemu nanti

Setelah itu, Gracia memeluk Vero lalu Dinda dan terakhir Jinan. Memegang koper besarnya juga boarding pass lalu melangkahkan kakinya meninggalkan mereka semua dengan perasaan tak menentu. Ada yang janggal di hatinya, yang memintanya untuk tetap tinggal di sisi Shani. Kembali membalikkan tubuhnya dan terlihat Shani sedang tersenyum seraya melambaikan tangan membuat air mata Gracia semakin mengalir deras. Tuhan tolong, beritahu kenapa hatinya terasa sangat sesak? kenapa seakan ini pertemuan terakhirnya bersama Shani? tuhan tolong Gracia!!

Dengan cepat, Gracia berlari dan melompat ke tubuh Shani. Menangis terisak kala Shani membalas erat pelukannya dan memutar tubuh mereka beberapa kali. Menggelengkan kepalanya di leher Shani membuat gadis jangkung itu terkekeh lalu dengan perlahan berjalan menghampiri Cindy mengabaikan tatapan banyak orang.

Dia turunkan Gracia dari gendongannya lalu dia usap dengan lembut pipi gadisnya. "Udah dong nangisnya, kasian nanti mata kamu bengkak. Kan masih bisa video call kalau udah nyampe, aku usahakan bakal aku angkat. Udah yah, udah tiga kali tuh pemberitahuan tentang pesawat kamu. Kasian Cindy nungguin kamu terus" Shani menatap Gracia berusaha meminta pengertian Gracia yang kini menatapnya sedih

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang