Part 3

14.3K 868 62
                                    

Hari ini Gracia tidak membawa mobil seperti biasanya karena tiba-tiba Vero berkata akan mengantar dan menjemputnya hari ini. Tentu saja Gracia langsung mengiyakan ajakan sang abang karena dirinya juga masih sangat rindu pada saudaranya yang sekarang bekerja di cabang Harlan Company yang berada di Surabaya.

"Udah siap, little princess? segera meluncur kah kita?" tanya Vero melihat adiknya baru saja masuk ke dalam mobil

"Siap, abangku tersayang. Mari meluncur!!" Gracia sangat riang hari ini, benar-benar bahagia sampai lupa mengabari kekasihnya untuk bangun dan berangkat ke kampus

Perjalanan terasa sangat nyaman bagi keduanya dengan Gracia yang selalu menempeli Vero yang sesekali mengelus rambutnya penuh kasih sayang. Garda terdepannya sedang berlibur selama dua bulan di Jakarta membuat si bungsu kembali menjadi anak kecil yang suka gelendotan di lengan kakaknya.

Gracia yang sedang bermanja tiba-tiba terfokus pada seseorang yang begitu mengganggu pikirannya tadi, seseorang itu sedang duduk di halte sembari berbicara kepada seorang gadis yang mungkin sebaya dengan seseorang yang Gracia kenal.

"Shani?" ujar Gracia dalam hati

Apa yang Shani lakukan disana? siapa gadis itu? ohh.. Gracia ingat, dia gadis yang bersama Shani pada saat mereka bertabrakan dan bertatap muka untuk pertama kalinya.

Mengapa hati Gracia merasa tak suka melihat kedekatan Shani dan gadis itu? apa sih yang ada di otak Gracia sekarang?

"Inget ge, dia bukan siapa-siapa lo. Temen bukan, saudara bukan, dia bukan siapa-siapa. Ngapain juga lo ladenin dia sebegini nya, mending lo mikirin Shiwa" mata Gracia mendelik kala dia sadar bahwa dirinya belum mengabari Shiwa hari ini

 Ngapain juga lo ladenin dia sebegini nya, mending lo mikirin Shiwa" mata Gracia mendelik kala dia sadar bahwa dirinya belum mengabari Shiwa hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vero yang melihat adiknya menggerutu pun terheran tetapi tak mau banyak bertanya karena sang adik bisa semakin badmood. Akhirnya Vero dan Gracia sampai di depan pintu gerbang kampus, Gracia dengan wajah cemberutnya menatap Vero lalu melebarkan tangannya meminta pelukan.

"Adek abang nanti kuliah yang bener yah biar jadi dokter yang hebat. Sayang adek banyak-banyak" Vero mengelus rambut Gracia sembari mencium pucuk kepala sang adik

"Iya bang, yaudah adek keluar dulu yah. Hati-hati di jalan bang dan jangan ngebut" Gracia sering mewanti-wanti Vero untuk tidak kebut-kebutan di jalan

Vero menganggukkan kepala yakin, Gracia pun keluar dari mobil dan langsung mengubah mimik wajahnya menjadi datar. Gracia berjalan dengan tenang memasuki kawasan kampus tanpa peduli banyak mata dan bisikan yang mengarah padanya.

Tinn!! Tinn!!

Gracia terlonjak mendengar klakson seseorang. Wajah Gracia yang semula datar menjadi semakin datar saat tahu siapa yang mengganggunya pagi-pagi begini.

"Hai, gimana kaki kamu? baik-baik aja, kan?"

Gracia hanya diam membuat seseorang itu menggelengkan kepalanya. Di depan mereka terdapat mobil dan Shani mengodekan untuk tetap berjalan meninggalkan dirinya bersama Gracia.

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang