Part 23

10.3K 745 66
                                    

Shani sesekali melirik kaca spion mobil untuk berjaga-jaga apakah ada yang mengikutinya. Satu tangannya memegang kendali setir sedangkan tangannya yang lain dimainkan Gracia yang kini sibuk memelintir lalu mencubit kecil jarinya. Shani hanya bisa pasrah melihat kelakuan gadisnya, kalau ditarik nanti dibilang gak sayang dia lagi jadi yang bisa Shani lakukan hanya merelakan jarinya yang dibuat mainan sama Gracia.

Saat tikungan terakhir menuju apartemennya Vero, tiba-tiba ada pancaran sinar dari kaca spion membuat fokus Shani sedikit buyar tetapi untungnya dia masih bisa mengalihkan pandangannya. Shani semakin menaikkan kecepatannya agar cepat sampai membuat Gracia sedikit terkejut.

"Kok bawa mobilnya kencang banget sih? kenapa sayang?" tanyanya membuat Shani berakting cengengesan

"Biar cepet nyampenya sayang, biar kamu juga bisa istirahat. Kan capek seharian keluar sama aku" Gracia mengangguk mendengar jawaban Shani, dirinya kembali sibuk bermain dengan jari kekasihnya meninggalkan Shani yang menghela napas lega karena Gracia percaya pada perkataannya

Tak berselang lima menit, mobil Gracia yang dikendarai Shani memasuki kawasan apartemen. Shani memarkirkan mobil di basement lalu membukakan pintu untuk gadisnya.

"Kamu ikut masuk, kan?" Gracia menatap Shani penuh harap dan senyum tercetak di bibirnya kala pertanyaannya mendapat anggukan dari Shani

"Iya, sekalian ketemu mama sama Vero. Udah lama juga aku gak mampir"

"Makanya jangan sibuk terus jadi orang!! aku aja yang entar lagi mau praktek ke desa-desa gak sesibuk kamu tuh, gak tau apa aku kangen tiap hari? yang dikangenin malah ngacangin terus"

Shani tersenyum lalu mengacak pelan rambut Gracia. "Iya sayang, maaf yah. Aku emang ngejer banget supaya cepet selesai, supaya bisa kerja lalu nikahin kamu"

Shani ini, selalu berhasil membuat Gracia kehilangan kata-kata. Terbukti si pemilik senyum manis kini tersenyum malu dan berjalan mendahului Shani yang tersenyum tipis. Matanya sedikit melirik ke belakang dan tersenyum sinis kala pandangannya menangkap seseorang yang bersembunyi dibalik pilar, seseorang itu terlihat kesal karena tak bisa membuntuti Shani lagi.

"Lo mau ngelawan gue? gak bisa shayyyyy!! lo terlalu cupu buat gue yang suhu"

Shani segera mengejar Gracia yang kini sudah jauh meninggalkannya, tak peduli dengan beberapa mata yang menatapnya takjub, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak terlalu baik sama orang lain karena dia tak mau banyak orang yang mengharapkannya.

Sudut bibir Shani tertarik ke atas melihat gadis yang dicintainya sedang berada di di depan pintu unit sembari bersidekap dan menatapnya datar, pasti Gracia melihat beberapa orang mencuri pandangan ke Shani.. pasti pundung nih anak.

"Lama banget ngejarnya? enak yah jadi tontonan orang-orang? ditatap sebegitunya dari masuk sampe keluar lift? gak sekalian tuh tepe-tepe biar pada mampus kejang-kejang?" Shani tertawa mendengar Gracia mencecarnya dengan sindiran disaat dirinya baru sampai dihadapan Gracia

"Apa sih? kok ngambeknya sama aku? orang mereka kok yang ngeliatin, aku nya diem aja" Shani membela dirinya membuat Gracia semakin sungut hati

"Kamu kan tau muka kamu tuh idaman untuk dijadiin pasangan, anturan jaga sikap dong. Demen banget buat cemburu, sekali aku balas nanti kamu ngambek"  Gracia berdecak dan menatapnya malas membuat Shani berdesis lalu menggaruk lehernya

"Salah terus aku sama kamu, ge.." ucapnya pelan

Gracia tak lagi bersuara, dia tak mau semakin menghancurkan suasana yang mulai panas di antara mereka berdua. Segera dibukanya pintu dan masuk meninggalkan Shani yang menghela napas. Sejujurnya Shani teramat lelah hari ini, begitu banyak hal yang harus dia pikirkan ditambah kata-kata Gracia tadi membuat hatinya sedikit jengkel.

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang