Part 21

12.4K 783 79
                                    

Gracia mengetuk ponselnya menunggu seseorang tak kunjung memberinya kabar. Sudah beberapa hari seseorang yang begitu Gracia sayang menghilang dari pandangannya. Gracia terus memberi kabar tetapi satu pun tak ada yang dibalas sama Shani, iya orang itu Shani.

Rasanya ingin menangis saja Gracia, sejak dirinya diminta untuk tinggal di apartemen hubungannya dengan Shani tak tahu kenapa tiba-tiba merenggang. Shani hanya menjawab beberapa pertanyaannya jika mereka melempar kabar dan selalu mengalihkan pembicaraan jika Gracia menanyakan alasan valid Shani yang menyuruhnya untuk tinggal di apartemen.

Vero juga, abangnya semakin sibuk setiap harinya. Mereka berdua benar-benar manusia sok sibuk bagi Gracia, untung saja ada sang mama yang selalu menghiburnya dan menjadi tempat curhatnya saat Shani atau pun Vero tak ada di sisinya. Pikirannya kembali berlari kala ingatan beberapa hari yang lalu mulai menghantuinya.

Flashback..

Setelah mereka selesai makan, Gracia melihat Shani bersiap untuk pulang dan dia juga ikut-ikutan siap-siap membuat Shani menoleh. Shani memegang lengan Gracia dan menatap dalam sang bidadarinya ini.

"Ge.." panggilnya

"Iya, Shani?"

"Boleh gak aku minta sesuatu sama kamu?" Gracia mengangguk pasti membuat senyum tipis Shani terlihat

"Kamu tinggal dulu yah disini"

Gracia menatap Shani tak percaya, mengapa? dia ada salah sama Shani sampai Shani menyuruhnya tinggal di apartemen? atau apakah Shani mulai merasa risih Gracia ada di dekatnya?

"Semua yang ada di pikiran kamu itu gak bener, ge. Besok dan beberapa minggu ke depan jadwal aku sama kamu gak sama, aku selalu masuk pagi pulang malam dan kamu masuk siang pulang sore, aku gak mau kamu nunggu aku terlalu lama dan aku juga gak mau kamu naik kendaraan umum, cukup hari ini aja. Kalau kamu disini kan ada Vero sama mama kamu, mereka bisa anterin kamu ke mana-mana. Mobil kamu juga disini, kan? itu maksudnya ge, bukan yang lain"

Gracia menarik Shani ke salah satu pintu kamar dan menguncinya. Gracia mendorong Shani sampai terjatuh di kasur dan langsung duduk di pangkuan Shani, dia mencium kasar bibir tipis Shani membuat Shani sedikit kewalahan menghadapi tingkah agresif Gracia yang tiba-tiba ini.

Gracia melingkarkan lengannya di leher Shani dan semakin menarik Shani untuk mendekat ke tubuhnya. Mereka berciuman panas lalu Shani lebih dulu melepaskan ciuman mereka karena simpanan oksigen di tubuhnya mulai menipis.

Baru saja bernapas lega, Gracia kembali menarik wajah Shani dan bertemulah kedua bibir indah itu. Bibir Gracia menari-nari di bibir Shani, melumatnya dan menggigit kecil membuat Shani mengerang pelan. Gracia melepaskan ciuman mereka dan beralih ke rahang serta leher Shani. Tingkahnya benar-benar di luar kendali tetapi Shani membiarkan semua itu karena dia yakin Gracia melampiaskan kekesalannya lewat ciuman panas mereka.

Gracia mendorong Shani hingga berbaring di kasur dan menatap Shani penuh amarah. Segera dibukanya kaos Shani dan meraba perut kebanggaannya itu. Gracia merunduk dan kembali mencium kasar bibir Shani. Gracia benar-benar panas saat ini, kemarahan dan gejolak di dirinya menguasai pikirannya untuk melakukan hal ini bersama Shani lagi dan lagi.

Gracia membuka bajunya di sela cumbuannya di bibir Shani dan menarik tangan Shani untuk memegang bukit kembar miliknya. Gracia lalu membuka branya dan melepas ciuman mereka membuat mata Shani langsung tertuju di milik Gracia. Gracia tersenyum miring kala Shani mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Suka dengan yang kamu liat, sayang?"

Shani memejamkan matanya erat mendengar suara serak Gracia yang benar-benar sensual di telinganya. Tubuhnya mulai memanas dan bawahnya berkedut saat melihat bukit kembar Gracia tertampang nyata dihadapannya. Gracia menarik kepala Shani membuat mereka kembali dalam posisi duduk dan menekan kepala Shani yang kini melumat payudaranya.

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang