Part 10

13.4K 870 67
                                    

Shani segera di bawa ke ruang medis untuk diperiksa meninggalkan beberapa orang dengan raut yang begitu panik dan ketakutan. Jinan langsung memeluk Dinda dan Chika meninggalkan Gracia yang terdiam dan memeluk kakinya.

Gracia sangat ketakutan akan hal yang terjadi pada Shani. Shani-nya berdarah.. Shani-nya mengeluarkan darah karena dipukul pakai balok oleh Shiwa. Gracia menangis dalam diamnya memikirkan keadaan Shani di dalam sana, Gracia takut kehilangan Shani, Gracia takut ditinggalkan.. Gracia benci kata ditinggalkan!!

"Jangan p-pergi, Cani.. Gege t-takut.."

Kalimat itu terus dilafalkan Gracia untuk Shani. Gracia memang tak seperti Jinan yang bisa menenangkan, tak seperti Dinda yang ekspresif, tak seperti Chika yang saat ini menangis histeris tetapi Gracia jauh lebih rapuh dari mereka. Gracia menyalahkan dirinya, andai saja dia tak berhubungan dengan Shani, andai saja dia tak memulai semua ini, andai saja Shani tak menyelamatkannya dan membuat Gracia begitu ingin dilindungi lagi dan lagi oleh Shani, andai saja Shiwa bukan kekasihnya, andai saja Shani tak menghampirinya.. andai saja..

Terdengar derap langkah kaki menghampiri Gracia tak membuat gadis itu menoleh malah semakin mengeratkan pelukannya di kakinya. Tangis Gracia pecah kala seseorang yang begitu dia kenal memeluk erat tubuhnya, Vero.

"Hiks.. hiks.. abang!! Shani berdarah!!" Vero mendekap adiknya yang histeris begitu erat, hatinya begitu terluka mendengar adiknya menangis sesenggukan, rasanya sudah sangat lama sejak Gracia sehisteris dan serapuh ini

"Shani gak apa-apa, tenang yah. Shani kuat kok, abang tau gimana dia, jangan takut sayang. Abang yakin Shani pasti bisa sembuh, adek abang jangan nangis, abang nanti ikutan sedih" Gracia yang berada dalam pelukan Vero semakin menangis dan mendekap abangnya begitu erat menyalurkan rasa takut yang berada dalam hatinya

"Gege takut.. hiks.. Shani terluka k-karena Gege.. Gege.. hiks.. penyebab Shani berdarah" Vero menggeleng kuat, tidak menyetujui ucapan sang adik

"Gak sayang, kamu gak salah. Jangan salahin diri kamu, abang gak suka"

Vero meletakkan kedua kaki Gracia di pinggangnya lalu menggendong adiknya bak koala. Jinan menghampiri bersama Dinda dan Chika yang mulai tenang. "Hai bro, udah lama gak ketemu" sapa Jinan membuat Vero menoleh dan tersenyum

"Hai Nan, maaf kita ketemu di situasi yang gak enak. Gue perwakilan Gracia minta maaf atas semua yang terjadi" Chika menggeleng membuat Vero melihat ke arahnya

"Kakak cantik gak salah kok, kakak cantik malah mau lindungi cici tapi cici udah keduluan di pukul sama orang jahat itu. Jangan salahin kakak cantiknya Chika, dia gak salah" semua orang tersenyum hangat mendengar Chika membela Gracia yang turun dari gendongan Vero dan memeluk Chika begitu erat

"Chika-nya kakak cantik jangan sedih juga yah, aku gak suka kamu sedih" Chika mengangguk patuh dan memeluk erat Gracia

Vero dan Jinan saling bertatapan dan tersenyum satu sama lain meninggalkan Dinda yang melirik Vero sedari tadi. "Hai Din, apa kabar?" Dinda terkejut mendengar sapaan Vero

"Baik.." Vero tersenyum samar mendengar jawaban Dinda yang dingin padanya

Jinan yang menyadari situasi di antara mereka mulai tak enak pun menyuruh Dinda untuk duduk sementara Chika menarik Gracia untuk duduk di sampingnya.

"Kakak cantik duduk sama Chika aja disini" Gracia mengangguk patuh

"Kakak cantik kita belum kenalan loh padahal tadi cici mau ngenalin kakak ke Chika tapi gak jadi" bibir Chika yang melengkung sedih membuat Gracia tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi gadis yang tampak seperti anak kecil saat ini

"Yaudah, kenalin yah nama aku Gracia, Shania Gracia Harlan. Nama Chika siapa?"

"Nama Chika itu Chika Mahesya Diranta, adik kesayangan cici Shani" dengan bangganya Chika mengenalkan dirinya membuat mereka semua tertawa, sedikit terhibur akan kehadiran Chika disini

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang