Seorang gadis kecil melangkahkan kakinya dengan riang setelah membeli barang yang diperlukan pantinya, dengan langkahnya yang tak lebar dia melompat beberapa kali lalu tertawa sendiri. Plastik yang berada di tangan kecilnya dia ayunkan ke atas dan ke bawah, bersenandung sesuka hatinya.
"Cemuana udah, asti ibu celi ceneng atu beliin maanan uat dia" ucapnya yang masih cadel, anak kecil yang masih berumur tiga tahun ini nekad kabur dari panti untuk membelikan beberapa makanan dan cemilan yang uangnya dia dapatkan dari pemberian orang di tengah jalan tadi, tadi banyak orang berpikir dia seorang pengemis kecil saat wajahnya tanpa sengaja diletak di tangan yang sedang menengadah
Beberapa kali memeriksa apakah semua yang dia inginkan sudah dibeli lalu kembali melanjutkan jalannya. Netranya tiba-tiba menangkap satu titik yang membuat matanya menyipit. Kepalanya dimiringkan sedikit dengan telunjuk yang berada di dagu melihat ada seonggok manusia yang memiliki tubuh hampir sama dengannya sedang duduk di trotoar jalanan sembari memeluk lututnya, tubuhnya terlihat menggigil membuat gadis yang membawa plastik itu menatapnya iba.
"Acian anget dia, asti ingin anget itu dia" mengesampingkan keraguannya, anak kecil berlesung pipi melangkahkan kakinya menghampiri anak yang tengah duduk di trotoar yang terlihat sadar bahwa ada orang yang menghampirinya, kepalanya ditundukkan dan semakin mendekap erat pelukan di lututnya
Dia terperanjat kala seseorang yang menghampirinya kini menepuk bahunya, dengan tubuh yang menggigil dia perlahan menaikkan kepalanya dan matanya langsung berpapasan dengan netra indah berwarna coklat dan mampu menghangatkan hatinya. Dia menatap anak kecil itu lalu matanya beralih pada plastik yang berisi makanan, membasahi bibirnya kala merasakan perutnya berteriak meminta diisi asupan gizi tetapi kenyataannya dia tersesat, dia tidak punya uang sedikit pun.
Gadis yang membawa plastik ikut duduk di sampingnya, melihat anak kecil itu yang masih fokus menatap plastiknya yang mungkin terlihat begitu menggiurkan. Dengan bingung, diambilnya satu bungkus roti coklat dan disodorkannya kepada gadis kecil yang berada di sampingnya.
"Tamu au? nih uat tamu aca" ditaruhnya roti itu ke tangan gadis yang terlihat begitu bahagia tetapi gadis itu melihat ke arahnya "Amu ndak au? anti amu laper" gadis kecil berlesung pipi menggeleng dan menyuruhnya untuk makan
Dengan semangat 45, dibukanya bungkus penjaga makanan itu dan dikunyahnya roti dengan wajah yang menggambarkan kegembiraan. Gadis kecil di sampingnya hanya melihat dengan dagu yang ditopang, hatinya begitu bahagia melihat gadis kecil di sampingnya terlihat begitu menghayati kunyahan roti yang dia berikan. Tanpa sadar, dia majukan wajahnya dan mencium pipi gembul yang tadinya mengunyah kini tampak terdiam dan mematung.
Si lesung pipi terkejut atas tindakan yang baru saja dilakukannya, dengan pipi semerah tomat ditatapnya gadis yang kini menatapnya penuh tanya. "Maaf.." cicitnya pelan
Gadis berpipi gembul itu hanya mengangguk acuh dan kembali memakan rotinya sampai tak tersisa sedikit pun, si lesung pipi segera mengambil minuman botol yang dibelinya tadi dan dia sodorkan ke gadis berpipi gembul itu. Gadis berpipi gembul itu meminum minuman botol sampai tuntas lalu mendesah lega.
"Hehehe tamu ucu anget cih!!" pipi gembulnya ditarik pelan sama si lesung pipi membuat bibirnya mengerucut kesal "angan ditalik-talik pipi atu, ihhhh!!"
Sedangkan yang dimarahi hanya tertawa puas, setelah dilihatnya gadis itu terlihat sudah kenyang dia pun bangkit dari duduknya dan kembali berjalan. Bahaya kalau ibu panti tahu kalau dia kabur, yang ada dia bisa kena marah satu hari satu malam. Langkahnya harus berhenti kala ada sesuatu yang menarik bajunya. Dia balikkan tubuhnya dan terlihat gadis berpipi gembul itu menarik ujung bajunya, menatapnya dengan sedih membuatnya terheran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk Aku, Shani!! [End]
FanfictionGak mau deskripsi disini deh, mending langsung baca aja 👍🏻