"Kamu kenapa makin ngelunjak, Shania Gracia?!!"
Gracia yang baru saja menutup pintu rumahnya hanya menghela napas berat, mencoba menenangkan diri sebentar lalu berbalik menatap sang papa yang sudah duduk di sofa sembari menatap tajam dirinya.
Gracia berjalan menghampiri papanya dan berdiri tak jauh dari sofa, "Apalagi, pa? gak puas papa nyuruh-nyuruh aku dari kecil? maksa aku buat benci hal yang gak aku tau satu pun kesalahannya, papa selalu maksa dan maksa aja bisanya, papa capek apalagi aku, capek banget aku sama papa"
"Semenjak kamu bergaul sama anak yatim piatu itu sikapmu makin kurang ajar, Gracia!!"
Mata Gracia menajam kala papanya lagi dan lagi menghina Shani di depannya. Dengan tangan terkepal dan air mata yang mulai menumpuk di kelopak matanya, Gracia menjawab ucapan sang papa. "Tau apa papa sama sikap aku selama ini? aku malah mau bilang makasih sama Shani karena dia yang buat aku tau artinya dicintai dengan tulus!! aku punya papa tapi aku gak pernah disayangi setulus itu sama papaku sendiri, kerjanya maksa, nyuruh, semua yang papa suruh harus aku patuhi.. itu aja yang papa mau. Shani baik, baik banget sampai dia mau perjuangin manusia gak diri kayak aku yang selalu nunduk sama ucapan bodoh papanya sendiri!!"
"Shania Gracia Harlan!!"
"Dan satu lagi, pa.. jangan pernah menghina Shani di depan aku. Shani terlalu baik untuk papa hina, dia baik sama aku tulus tanpa minta embel-embel kayak papa!!"
Gracia meninggalkan Harlan dengan semburat penuh kemarahan. Takkan pernah Gracia biarkan siapa pun menghina Shani sekali pun itu papanya, takkan pernah Gracia biarkan.
"Adek kenapa nangis?" Gracia sontak menghentikan langkahnya dan menatap Vero dengan bibir melengkung sedih
"Abang!!"
Gracia melompat ke pelukan Vero membuat Vero hampir saja terjatuh, abang beradik ini masuk ke dalam kamar Gracia dengan sang adik yang masih melengket di tubuhnya. Vero tahu kenapa adiknya seperti ini, hubungan mereka berdua dengan Harlan benar-benar buruk belakangan ini, Winda juga seperti itu. Harlan dimusuhi keluarganya sendiri karena perbuatannya.
"Adek jangan nangis lagi yah, abang sedih liat little princess kesayangan abang nangis" Vero dengan lembut berkata sembari menghapus air mata Gracia tetapi sang adik malah semakin histeris menangisnya
"Papa jahat!! papa gak capek apa berantem sama Gege? biarin napa sih Gege milih hidup gege sendiri.. hiks.. abang, Gege takut papa misahin Gege sama Shani.. hiks.. Gege gak mau misah sama Shani. Berantem kemarin aja Gege udah nangis tiap hari apalagi kalau pisah" Vero mengulum senyumnya mendengar aduan adik kesayangannya
Menarik Gracia ke dalam pelukannya dan mengelus sayang kepala sang adik. "Selama abang masih hidup, gak akan pernah abang biarin siapa pun buat tuan putrinya abang nangis. Shani gak selemah itu, ge.. dia kuat. Percaya sama dia, dia akan pertahanin kamu kalau kamunya juga nunjukkin effort ke dia"
Gracia meneruskan tangisannya sampai dia puas bahkan kaos Vero sudah menjadi tempat pembuangan ingusnya, untung saja Gracia adik Vero satu-satunya.. jika orang lain sudah habis di tangan Vero. Gracia menatap Vero yang tersenyum padanya. "Abang, Gege marahan sama Shani.."
"Abang tau.."
Alis Gracia bersatu kala Vero menjawab ucapannya dengan santai. "Abang tau dari mana? Gege kan belum cerita"
"Kamu lupa sahabat Shani teman aku juga? Jinan yang ngasih tau aku" Gracia beroh ria dan kembali menatap Vero
"Boleh gak sih bang Gege cemburu, Gege marah, Gege kecewa, Gege bersikap aneh sama Shani? Gege paling benci manusia tukang boong tapi Shani ngelakuin hal yang Gege benci, Gege gak benci Shani tapi Gege kecewa. Boleh gak sih bang Gege kecewa Shani boong kalau dia masih berhubungan sama Reemar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk Aku, Shani!! [End]
FanfictionGak mau deskripsi disini deh, mending langsung baca aja 👍🏻