Part 9

12.6K 926 75
                                    

Shani dan Gracia telah keluar dari mansion Harlan dengan Gracia yang menarik kuat lengannya. Tampak rahang gadis yang kini berada di depannya mengeras menahan amarah membuat Shani hanya diam dan mengikuti kemana perginya gadis itu.

Shani kembali mengingat percakapannya bersama Harlan beberapa saat lalu.

Flashback..

Gracia hendak menyela ucapan papanya tetapi lengannya diusap lembut oleh Shani yang kini menatapnya dan tersenyum seolah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Jadi gimana bisa kamu kuliah sedangkan yang membiayai hidup kamu tidak ada?" Gracia benar-benar tak habis pikir mendengar ucapan papanya yang semakin lama semakin kelewat batas

"Saya dapet beasiswa om, saya juga menjalankan usaha kecil-kecilan bersama dua sahabat saya, om. Kami membangun restoran bersama" Shani dengan tenang menjawab pertanyaan Harlan meski hatinya memaki habis-habisan pria yang begitu disayangi Gracia dan Vero ini

"Kenapa orang tua kamu meninggal, Shani? apa penyebabnya?"

"Mama saya meninggal tepat setelah saya lahir sedangkan papa saya meninggal tepat di malam hari setelah mama saya meninggal juga, om" jawab Shani sendu

"Ooo, anak kurang kasih sayang ternyata" gumam Harlan tetapi di dengar oleh semua orang

Shani hanya diam dan menunduk, berusaha menahan air matanya yang sudah menumpuk di kelopak mata. Sakit sekali hatinya mendengar ucapan terakhir papa Gracia tetapi itu tak salah, memang benar Shani anak yang kurang kasih sayang orang tua.

"Kamu deketin Gracia bukan untuk memanfaatkan anak saya, kan?"

Shani semakin menunduk mendengar pertanyaan Harlan yang lebih seperti menuduh daripada bertanya. Shani menatap sendu Harlan yang menatapnya dingin lalu menggelengkan kepalanya. "Saya gak pernah punya niat jelek untuk temenan sama anak om, saya tulus ingin dekat sama anak om tanpa mikir tentang harta" jawab Shani tenang

"Semua bisa berubah, baik di awal tapi nusuk di akhir" Shani hanya tersenyum dan kembali menggeleng

"Apa jaminan kamu takkan menguras harta Gracia?"

"Om bisa bunuh saya, om tau kan saya sebatang kara di dunia ini? mungkin itu jaminan yang paling menjamin jikalau saya berniat menguras harta anak om, Shania Gracia Harlan"

Brak!!

"Cukup, pa!!" Vero dan Gracia bersamaan berteriak dan menatap tajam pria yang kini menatap mereka penuh kebingungan

"Kenapa? papa hanya bertanya"

"Papa bukan nanya tapi nuduh. Apa-apaan papa nanya Shani kayak gitu? aku udah kenal Shani lebih dulu dari Gracia dan aku gak pernah denger SHANI NGURAS HARTA ORANG LAIN!!"

"Jaga sikapmu, Drananta!!" Vero tersenyum miring dan menatap sang papa seolah menantang

"Papa yang harusnya jaga sikap, Shani ini tamu kita, pa. Apa pantas Shani dapat tuduhan saat pertama kali dia nginjak kaki di rumah kita?" Shani menatap datar Vero yang kini terlihat emosi, terbukti urat lehernya terlihat begitu jelas

Harlan hanya diam dan menatap Shani yang kini menatapnya. "Maaf bila perkataan saya menyinggungmu tapi jujur saya kurang yakin melihat kamu berteman dengan anak saya"

"Papa!!" Gracia benar-benar emosi mendengar kata demi kata yang dilontarkan papanya untuk Shani yang mungkin sudah sakit hati

"Tenang, ge.." Shani mengusap lengan Gracia dan menyuruhnya untuk duduk, Shani memperlakukan Vero seperti itu juga

Peluk Aku, Shani!! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang