Pasukan SAR dan relawan gabungan dari TNI POLRI tampak berbaris rapih untuk melakukan apel. Tiga hari kemudian, setelah abu vulkanik betulan dipastikan hanya menyembur tipis-tipis, Ketua BASARNAS mengeluarkan ultimatum jika operasi yang sempat tertunda akan dimulai lagi dengan tim yang jumlahnya lebih banyak.
Percaya atau tidak, musibah ini sudah menyedot banyak perhatian. Hal ini disebabkan karena ada beberapa korban yang memiliki daya pikat tersendiri. Sebut saja Rafa yang merupakan anak sulung dari seorang Letnan Kolonel, disusul oleh temuan Bayu yang dalam keadaan tidak waras, lalu terakhir--Raida--yang merupakan putri dari rektor Universitas di Jawa Tengah. Hastag #PrayForArjuno juga senantiasa bertengger di lima besar. Untaian doa-doa tersebar luas di sosial media.
"Untuk perhatian, istirahat di tempat grak!" Pemimpin apel mengintruksikan pasukannya.
"Selamat pagi!" Seru Kepala Badan SAR, Kemal namanya.
"PAGI! PAGI! PAGI!" Jawab mereka serentak dan penuh tenaga.
Kemal berdeham. Menggunakan megaphone, dia bersuara. "Sebelum saya lepas untuk misi pencarian ini, ada beberapa hal yang harus saya sampaikan. Dimohon untuk diperhatikan baik-baik."
Hening. Hanya ada kicauan burung yang berterbangan diatas mereka, namun berakhir dihiraukan.
"Total korban yang masih tertinggal ada tujuh orang. Dua diantaranya keanggotaan SAR. Lima lagi adik-adik mahasiswa yang sebelumnya dinyatakan hilang sewaktu melakukan pendakian. Tempat terakhir mereka ditemukan di antara pos 5 dan 6 atau di titik koordinat 12 detik 14 menit 70 derajat lingkar selatan dan 17 detik 16 menit 110 bujur timur. Menurut informasi mereka akan pergi ke sungai, jadi fokuskan pencarian di 300 meter sebelum puncak."
"Operasi ini tentu sangat beresiko, gunung Arjuno masih mengeluarkan abu meski tinggal sedikit. Tapi tetap kita tidak boleh menyepelekan. Maka dari itu, tetap gunakan prosedur keselamatan. Memakai masker, kacamata, membawa tabung oksigen dan APAR. Ada yang ingin ditanyakan?!"
"SIAP TIDAK!!"
"Semuanya paham?!"
"SIAP PAHAM!!" Suara mereka menggebu-gebu. Ada kesungguhan yang tercipta untuk menuntaskan aksi kemanusiaan ini.
Mengangguk bangga. Untuk penutupan, Kemal mengajak. "Sebelum kita mulai, berdoa menurut kepercayaan masing-masing dipersilahkan."
Bhineka tunggal ika. Cara berdoa mereka berbeda-beda. Tetapi pada intinya, mereka satu tujuan, mereka satu komando. Setelah dibalik kanan bubarkan, pasukan segera menaiki truck yang akan menghantarkannya ke kaki gunung Arjuno yang bisa ditempuh sekitar 3 jam lamanya. Mereka tidak mau mengambil resiko dengan mendirikan posko disana, maka jalan alternatifnya, mereka merangkap tempat pengungsian ini sebagai posko pencarian.
Satu persatu truck mulai berangkat. Menarik semua keramaian dan meninggalkan kesunyian yang menyeruak. Di sudut seberang, ada tangan yang saling genggam dengan tubuh yang duduk diatas kursi plastik. Wajah yang perempuan tampak lusuh tanpa polesan make up, bibirnya kering tak karuan. Seolah menggambarkan perasaannya yang sedang tandus karena diserang kekhawatiran tanpa kepastian.
"Aku takut," katanya terhenti. Untuk kemudian menoleh dengan raut sendu. "Aku takut anak kita gak bisa bertahan."
"Sesuai namanya--Mahameru--dia pasti kuat Bu." Sang suami tersenyum menyakinkan. "Arjuno itu kalah tinggi dengan Mahameru. Kita pasti berkumpul lagi, bertiga, dengan Mahameru kita."
🥀🥀🥀🥀🥀
Tepat saat gorden putih dibuka kencang dan sinar matahari tembus ke jendela, sepasang kelopak mata itu bergetar tanda terganggu. Kate menyerngit, menyesuaikan pencahayaan dari yang semula gelap menjadi terang benderang. Pelan-pelan, pandangannya mulai fokus pada satu titik. Pada rambut pirang yang menjuntai karena pemiliknya tengah membelakangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENGGALA [Sudah Terbit]
Fanfiction"Ketidaktahuan lebih mematikan daripada kematian itu sendiri." ****** Di tanah sakral Jawa, Satu puncak, Tiga cinta, Empat kesalahan. Alam, manusia dan malapetaka. Yang hilang lekas bergabung, yang pulang lekas tenang.