"Ketidaktahuan lebih mematikan daripada kematian itu sendiri."
******
Di tanah sakral Jawa,
Satu puncak,
Tiga cinta,
Empat kesalahan.
Alam, manusia dan malapetaka.
Yang hilang lekas bergabung, yang pulang lekas tenang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
|• Kaisar (Kakak Kinara)•|
🥀🥀🥀🥀🥀
Kilas balik malam 17 Agustus 2020
Seperti dibangunkan oleh alam, Bayu tersentak sampai bahunya naik terguncang. Sepasang bola mata yang semula terpejam kelelahan itu terbuka lebar saat menyadari jika posisinya masih berada diatas Tesla yang masih terlelap.
Bayu buru-buru untuk mengangkat tubuhnya, namun yang dia temukan adalah kesulitan. Tubuhnya dan tubuh Tesla seakan diberi perekat paling kuat hingga tidak bisa dipisahkan. Semakin Bayu memaksakan diri, semakin dia kesakitan di bagian alat vitalnya yang masih menyatu dengan Tesla. Menjijikan! Tapi memang itu kenyataan yang harus dia terima. Bagian anehnya, Tesla malah terlelap damai. Seakan tidak terjadi apa-apa.
"Tesla, bangun." Bayu menepuk pipi gadis itu. Seperti dugaan, dia tidak mendapat respon. Takut terjadi hal buruk, diamendekatkan telunjuknya ke lubang hidung Tesla, beruntung dia masih merasakan hembusan nafas pemudi itu.
"Maafin gue. Sumpah, gue nggak ada niat buat bejat sama lo." Cerocos Bayu berharap Tesla sudi mendengarnya.
"Gue janji, gue akan tanggung jawab kalau sampai benih gue tumbuh di rahim lo." Katanya lagi. "Tolong, La. Bangun. Ini kita harus gimana?"
Ketika pikirannya benar-benar blank, lelaki itu tiba-tiba merasakan panas yang luar biasa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia seperti di panggang diatas bara api yang merah menyala. Keringat dan air mata jatuh membasahi wajah Tesla yang ada di bawahnya.
"PANAS!!!" Lelaki itu spontan berteriak kesetanan. "BANG MERU!!! RENJANI!!! RAIDA!!! TOLONG GUE!!"
"ASTAGFIRULLAH PANAS!!!" Akhirnya Bayu mengingat Tuhan. Tangisnya terngiang-ngiang menjadi alunan untuk burung hantu yang bertengger di atas pohon yang menaungi Bayu. Suara hewan itu semakin nyaring, seakan tertawa diatas penderitaan anak malang itu.
"Ya Allah, maaf..." Dan Bayu benar-benar teringat dosa hina itu. Dia menangis kencang dengan perasaan hancur lebur. Mungkinkah dia sedang diazab?
Ketopakketopak...
Suara tapal kuda berhasil dia dengar. Lelaki yang semula meratap itu mendongak dan menemukan hewan berkaki empat tengah melayang di udara. Kemustahilan tampak jelas di matanya. Ini bukan negeri dongeng, tapi bagaimana bisa kuda tanpa sayap yang membawa kereta kencana itu mendarat turun dan berhenti di depannya.
Bayu sempat berpikir, apakah ini malaikat yang Tuhan kirimkan untuk menolongnya? Sayang, harapan anak itu terlalu tinggi dan terkesan tidak tahu diri. Sebab bertepatan dengan itu, seseorang dengan rahang tegas dan mata setajam pisau berjongkok di depannya. Tatapannya terkesan sangat gelap seperti malaikat maut. Bayu ketar-ketir ketakutan.