07. We Are Failed

13.9K 2.2K 205
                                    

Srak!

"RAI!!" Kate berteriak memberitahu Raida saat tubuhnya terguling, beruntung tangan gadis itu repleks memegangi sejumput ilalang liar.

"Astaga!" Diatas sana, Raida panik seorang diri. "Pegang tangan gue Ket!"

Kate berusaha meraihnya, tapi sulit. Jarak yang cukup jauh dibarengi dengan kemiringan 70 derajat membuat gadis itu kesusahan untuk berusaha naik. Ditambah pergelangan kakinya terasa nyeri akibat terpelintir. Entah keseleo atau mungkin lebih parah dari itu. Sebab rasanya teramat sakit saat digerakan hingga tidak bisa bertumbu lebih baik lagi.

Gadis itu menoleh ke belakang hanya untuk membuat nyalinya menciut seketika. Jurangnya begitu tinggi dan dipenuhi dengan tumbuhan warna hijau. Sudah dapat dipastikan hewan melata tersebar banyak disana. Kate tidak bisa membayangkan apa jadinya jika dia betulan terjun ke dasar itu.

"Kate! Jangan liat ke belakang! Pegang tangan gue!" Raida berteriak.

"Susah Rai! Gue gak nyampe."

Raida semakin menjorokan tubuhnya dengan bermodalkan berpegangan pada akar. "Ayo Ket! Coba lagi lo jangan cepet nyerah!"

Srak!

Dapat Kate lihat jika ilalang yang menjadi penyelamat terakhirnya sudah nyaris tercabut dari akar.

"Rai!" Gadis itu berteriak di sisa tenaga. Dalam posisi menggantung seperti ini, otot lengannya terasa sangat diandalkan.

Pemudi diatasnya menjambak rambut ke belakang. Memperhatikan sekitar yang sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan. Terbersit sebuah ide di otaknya, lantas hanya dengan begitu dia melepas jaket yang semula diikat di pinggang. Dilemparnya jaket itu agar bisa digapai oleh Kate.

"Lo pegang jaket itu! Ntar gue tarik!" Titahnya meski panik.

"Kalau sobek gimana? Tetep aja gue jatuh." Kate merasa tak yakin.

"Nanti kita jatuh sama-sama!"

"Gila lo!"

"Percayain sama gue!!"

Jujur saja, Kate sudah ketakutan sekarang. Dia mendongak dengan mata penuh permohonan. Berdoa sebanyak mungkin di dalam hati dengan harapan bisa didengar. Sesekali dia memejam sambil mengerahkan semua kekuatan untuk mendorong tubuhnya sendiri. Kate memegangi lengan jaket farasite Raida sangat kuat. Seolah hidupnya hanya bertumpu pada kain itu. Lalu dengan susah payah Raida berusaha menarik tubuh sang sepupu. Prosesnya berlangsung sungguh dramatis. Hingga dipercobaan ketiga tubuh semampai gadis itu berhasil naik ke bibir jurang.

"Puji Tuhan." Raida langsung menyambarnya dengan pelukan. Tak lama, dia membolak-balikan pipi Kate yang kotor ke kanan dan kiri. "Lo nggak papa kan? Nggak ada luka yang parah kan? Semua masih oke kan?"

Kate membuang nafas lega sebelum memberitahukan. "Kaki gue kayaknya keseleo, Rai."

"Coba sini gue liat."

Tanpa aba-aba Raida langsung menekan mata kaki Kate membuat gadis itu memekik kesakitan. Suara Kate sukses membuat telinga Raida berdengung saking kencangnya.

"Lo bawa minyak urut?" Tanya Raida.
Kate meringis sejenak saat kakinya diletakan di paha Raida. "Ada."

"Coba sini."

"Di carier."

Yang semula panik, gadis berambut sebahu itu langsung memasang wajah flat bak triplek. "Ngelawak lo?"

"Lo juga salah pertanyaannya." Kate terkikik geli. "Harusnya gini, lo ada minyak urut gak? Baru nanti gue jawab nggak ada. Gue bawa, cuman sekarang nggak ada."

JENGGALA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang