Anniversary.

839 150 26
                                    

Enjoy!

Sejak semalam Karina mengeluh kalau badannya tak enak. Dan benar saja, saat ia bangun tidur suhu tubuhnya meningkat, ia demam.

Semalam juga Karina bercerita pada Windu kalau dirinya tak enak badan, dan pagi buta tadi Windu sudah berada di rumah Karina, guna menjaga sang gadis ketika kedua orang tuanya pergi.

“Masih pusing, hm?"

Karina hanya mengangguk sambil memeluk Windu erat.

“Makan, yuk?” bujuk Windu sambil mengusap kepala Karina yang bersandar di dadanya.

“Nggak nafsu...”

“Harus makan biar cepet sembuh. Makan dikit ya? Saya suapin, mau?”

“Dikit aja.”

“Iya, sebentar saya ambil bubur nya dulu ya.” ucap Windu, Karina hanya mengangguk lemas.

Windu melepaskan pelukan Karina, sebelum pergi ke dapur untuk mengambil bubur, Windu dengan sempat mengusap Kepala Karina dan tersenyum.

Sayang banget sama Windu.

Karina membatin.

Tak lama Windu datang dengan membawa satu mangkuk bubur beserta obat-obatan untuk Karina.

“Bubur datang!”

Karina membenarkan posisi duduknya agar sedikit lebih tegak. Ia menatap bubur yang tengah Windu dinginkan dengan kipas.

“Jangan di aduk kan, ya?” tanya Windu, Karina hanya mengangguk. Ia terlalu lemas untuk berbicara banyak.

Karina membuka mulutnya kala Windu menyuapi dirinya, sebenarnya ia merasa mual, tapi ia terpaksa karena tidak ingin sakit berkelanjutan. Windu tersenyum hangat melihat Karina yang mau memakan bubur nya walau hanya beberapa suap.

“Minum.” pinta Karina.

Lalu dengan segera Windu memberikan Karina segelas air.

“Udah ah, aku mual Win.”

“Ya udah, makan obat ya.” ucap Windu sambil memberikan beberapa butir obat pada Karina.

“Pait Win.” rengek Karina.

Windu terkekeh, “Obat emang pait, princess.” balasnya sambil membantu Karina meminum obat.

Setelah memastikan Karina menelan obatnya, Windu membereskan bekas makan itu lalu membawa ke dapur. Tak lama Windu kembali dengan segelas jus alpukat yang ia beli tadi.

“Mau?” tawar Windu.

Karina menggeleng, “Sini kamu nya, aku mau peluk...” Ucap Karina sambil cemberut, lalu Windu mendekat ke arah Karina.

“Abis Dzuhur saya pulang, ya?”

Karina menarik kepalanya dari pelukan Windu, dan menatap Windu tajam.

“Kok pulang?” protesnya.

“Kan nanti ada Bunda Joanna yang nemenin kamu.”

“Bunda nginep di rumah Nenek, Ayah juga. Kalau Rei pasti ikut Bunda nginep.” ucap Karina cemberut.

“Kan ada mbak Wati yang nemenin kamu.” bujuk Windu.

“Nggak mau ih! Jangan pulang...” Karina menarik-narik tangan Windu dengan mata yang berkaca-kaca.

Kalau sudah begini, Windu mana tega.

“Iya saya nggak pulang. Tapi nanti malam bobo sendiri nggak apa-apa? Atau mau saya telepon Giselle buat nemenin kamu?”

Sewindu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang