Enjoy!
_____
Selamat ulang tahun manusia hebat yang bertahan dalam detak jantung yang sama.
____
Barangkali Airin bisa memilih, ia hanya ingin kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semuanya, hanya itu. Ia ingin melihat bagaimana anak nya tumbuh, ah terlalu banyak yang ia lewatkan tentang anaknya itu. Dulu ia hanya mementingkan dirinya beserta kebebasan yang ia mau. Bersenang-senang tanpa memperdulikan bahwa di rumah ada pria kecil yang membutuhkan kehadiran nya, andai saja waktu bisa di ulang, ia ingin kembali.
Waktu memang terlalu cepat berlalu, dirinya membiarkan pria kecilnya tumbuh tanpa bimbingan dan kasih sayang yang seharusnya ia dapatkan dari dirinya. Membiarkan Windu nya tumbuh tanpa sosok 'mama' yang seharusnya berada di sisinya selalu. Ia merasa tak pantas menyebut dirinya sebagai 'mama'. Bayangkan saja, ibu mana yang membiarkan anaknya tumbuh di dalam rasa sakit yang seharusnya tak ia peroleh?
Airin mendekap erat sebuah foto Windu dan dirinya saat pertama kali Windu lahir ke dunia, sambil terus menggumamkan kata maaf. Hari ini usia Airin bertambah, tapi rasanya hampa. Sejak pertemuan nya dengan Windu 4 bulan yang lalu, rasa sesak itu terus hadir dalam hatinya.
"Maafin mama, Win..."
Memang benar, moment adalah harta. Sama seperti mahalnya waktu. Ah rasanya Airin tidak mampu menawar tentang kebersamaan yang sudah hilang 14 tahun lalu, apalagi bersama anaknya sendiri, Airin bahkan lupa rasanya menyambut hari ulang tahun nya bersama Windu.
Jika di tanya apa yang paling Airin takutkan selama dia hidup, sebenarnya ada banyak hal yang Airin takutkan, termasuk kehilangan. Dan tanpa sadar ia sudah kehilangan darah dagingnya sendiri, Windu. Airin menyesal? Tentu, semua rasa penyesalan itu hadir ketika orang yang selalu ia abaikan benar-benar pergi. Ah bukan, bukan pergi hanya saja Windu sudah tak mampu Airin jangkau lagi, keadaan memaksa mereka untuk tak saling bersama lagi, mungkin. Tapi tetap, harapan Airin tentang kembali bersama menjadi hal yang paling utama. Ia ingin menebus segala rasa bersalah itu pada anaknya, Sewindu.
Sedangkan di luar sana, ada pria yang tengah berdiri dengan sebuah paper bag berisi kue. Dirinya ingin masuk, namun terlalu takut. Takut hal-hal menyakitkan itu datang kembali, dirinya sudah dengan susah payah untuk berdamai dengan masa lalu.
"Semoga berhasil, Win."
Windu perlahan masuk ke dalam rumah yang sudah terasa asing, tidak begitu asing sebenarnya. Dulu- satu tahun yang lalu Windu pernah menjadikan rumah ini sebagai alasan untuk pulang, hingga pada akhirnya ia lebih memilih pergi meninggalkan rumah dengan kenangan-kenangan buruknya.
"Hahh..."
Dia kembali, kembali pada rumah yang sudah sedikit asing ini, atmosfernya nya terasa lebih sesak. Tidak ada yang tau rencananya. Juga, Windu sendiri tak percaya dia ada di tahap ini sekarang mencoba kembali mengerti dan memahami, atau yang paling penting memaafkan.
"Happy Birthday, mama..."
Airin mengangkat wajahnya ketika suara lirih itu terdengar. Ia menatap wajah sendu itu dengan raut yang terkejut.
Windu nya datang, Windu nya ingat!
"Selamat menua, manusia hebat yang bertahan dalam detak jantung yang sama. Orang bilang; usia bertambah itu mutlak, dekat dan berkawan dengan kematian adalah pelajaran hidup biar mampu bertahan dengan yang baik dan buruknya dunia, biar senantiasa sadar akan Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewindu✔️
Teen Fiction"Jatuh cinta tidak pernah ada dalam rencana saya. Sampai suatu hari saya baru menyadari bahwa saya sangat mencintai orang ini." - Sewindu Saka Pranata. ©️abyks_ 2022