Kesendirian

18 4 0
                                    

Happy reading

''Zack!!''

Aku berteriak histeris dikala jantung Zack ditusuk oleh pedang. Dia tergeletak lemah. Aku langsung berlari dan memangku kepalanya. Darah mengalir dari mulutnya membuatku semakin panik. Aku menepuk - nepuk pipinya sembari memanggil namanya

''Zack''

''Zack!!!''

''ZACK!!!''

Uhuk..!!

Dia terbatuk - batuk dan darah dari mulutnya keluar mengenai pipiku. Aku sedikit lega dengannya. Aku langsung menggunakan sihir penyembuh yang diajarkan oleh nenek. Namun segerombolan orang berzirah itu malah menodongkan tombak mereka kepada kami. Namun aku tidak peduli.

Grep!!

Pergelangan tanganku terhenti dikala tangan Zack memegangnya, otomatis aku berhenti menggunakan sihir penyembuh.

''Su...dah...lah. Bi...arkan...aku.... begini.'' Mataku berkaca - kaca hendak menangis. Hingga satu suara nan lemah dan sentuhan tangannya di kepalaku membuatku terpaku diam.

''Ali..cia. A-aku...me...menyayangi-mu'' Kalimat terakhir yang ia lontarkan. Tangan yang menyentuh kepalaku tiba - tiba menarik tali kucir rambutku dan terjatuh ditanah. Aku berganti menatap nenek. Dia sudah tak bernyawa juga. Aku kembali menatap Zack yang tidur, memejamkan matanya untuk selama - lamanya. Aku tertunduk dalam diam.

''Bagaimana, nona. Apakah kau ingin hidup dan ikut denganku, atau mati ditanganku'' ucap Runos, si manusia brengsek itu.

Seketika gerimis datang dan menjadi hujan dalam sekejap. Aku berteriak menagis bak orang tertawa yang menjadi gila. Air mataku tertutup oleh hujan yang turun dengan derasnya.

''AHAHAHAHAHHAHAHAHAHA!!''

Aku sudah seperti orang gila. Tertawa di tengah kesedihan dan air mata yang tertutupi oleh hujan. Darah Zack yang mengenai pipiku, luntur dan aku menjadi diam. Kulepas jubahku dan menyelimuti Zack yang basah jasadnya terkena hujan. Aku menunduk dan berdiri tegak sembari berkata.

''Maaf tuan. Aku tak bisa ikut bersamamu. Tapi.....''

Srat!!

''Aku bisa membawamu kedalam Neraka''. Aku mencabut belatiku dan langsung melesat menebas dada pria brengsek itu dengan dalam. Para sekumpulan orang berzirah teesebut beramai - ramai menyerangku. Aku berbalik dan menatap mereka. Entah tanpa sadar.....

Zrat!!

Buagh!!

Jleb!!

Tebasan. Pukulan dan tusukan. Aku melakukan hal tersebut di luar kendaliku. Rasa senang datang kepadaku dikala aku membunuh mereka. Aku tersenyum puas bak orang psikopat disaat melihat darah para sekelompok berzirah tersebut menggenang dimana - mana. Wajahku terasa diselimuti dengan darah. Aku berbalik menuju pria brengsek tersebut terduduk yang tengah menahan rasa sakitnya. Aku berjalan kearahnya. Dia terlihat panik.

''K-kumohon. Ampuni aku'' dia mundur dengan posisi terduduk. Aku menyeringai dan mempercepat langkahku.

Buagh!!

Aku menendang bekas lukanya dan menekannya dengan kaki. Dia tercekat dan menggerang kesakitan

''Argh......''

Alicia Stories : In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang