Ajakan

18 4 0
                                    

Happy reading

Setelah kejadian itu, aku dan Alex pulang lebih awal. Di dalam kereta, hanya menatap pemandangan diluar sana sembari memangku wajahku dengan tangan kiri. Aku begitu lelah sampai helaan nafasku terdengar oleh Alex di tempat duduk seberang.

''Alexa, apakah kau mengantuk?'' Tanya Alex. Aku hanya mengangguk.

''Kemarilah. Bersender dibahuku saja'' ucapnya. Aku menurutinya saja dan duduk di sisi kanannya. Kemudian aku bersender di bahunya.

''Alexa. Kau berubah ya'' guman Alex yang terdengar olehku.

''Maksudnya?'' Tanyaku tanpa merubah posisiku.

''Dulu kau pendiam, pemalu, penakut dan manja. Bahkan dulu kau ngambekan. Jika ada pakaian yang tidak kau sukai, kau langsung membuangnya. Lalu dulu kau lemah dan sakit - sakitan'' ucapnya membuka kelemahan Alexa dahulu. Aku sempat kaget mendengar hal itu. Terasa tersindir.

''Tapi kau berubah sekarang. Kau menjadi mandiri, berani, mulai pintar berkomunikasi, dan sekarang bahkan bisa bertarung'' lanjutnya. Aku hanya menghela nafas kasar.

''Masalalu biarlah berlalu, kak. Semua orang pasti akan berubah seiring berjalannya waktu'' tanggapku kepada ucapan Alex.

'Maaf ya. Alexa sebenarnya sudah tak ada. Hanya saja tubuhnya mati suri dan diisi dengan jiwaku' batinku sedih dengan orang yang ada disisiku. Mataku mulai memberat, aku mulai mengantuk. Namun satu ucapan keluar dari mulut Alex sebelum aku terlelap.

''Tidurlah, Alexa''

''Aku menyayangimu''



















Ting

Suara bel berdengung. Pandanganku menangkap satu tempat yang agak deja vu.

Ya

Tempat itu adalah kamarku yang dulu. Aku melihat pantulan bayangan semu diriku di cermin. Tubuhku yang dulu dan mengenakan daster putih. Aku sampai tak percaya.

Aku bahkan dapat menembus pintu. Lalu, aku berjalan menuruni tangga. Ternyata rumah ini sudah ada penghuninya.

Terlihat ada seorang anak kecil berambut hitam memainkan gamenya. Akupun pergi keluar rumah karena sekarang ini bukan rumahku.

Pemandangan kota yang masih sama saja. Trotoar yang sepi, kendaraan yang berlalu lalang dan petugas kebersihan yang tengah menyapu trotoar yang penuh dengan daun berguguran.

Lalu aku menangkap satu sosok yang kukenal. Martha, dia menunggu lampu hijau pejalan kaki menyala.

''Martha!!'' Seruku berlari menghampiri sosok tersebut. Namun tak didengar bahkan tubuhku tak dapat tersentuh olehnya. Aku hanya pasrah. Lalu, Marta berjalan sembari membawa sebuket bunga. Dia berjalan entah kemana dan aku hanya mengikutinya

Ternyata tempat itu adalah pemakaman. Ya. Dia meletakkan buket bunga itu di depan nisan yang bertuliskan namaku. Alicia Lovita.

''Tuhan. Tolong beri dia tempat yang nyaman, tenang dan damai. Sebagai ganti ia tak dapat kau kembalikan dirinya kepadaku. Amin'' Doa Martha.

Alicia Stories : In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang