Festival Berdarah

15 3 0
                                    

Happy Reading

   Jack menjadi aneh setelah malam itu. Setiap dia melihatku ataupun aku mendekatinya, dia menjauh. Kami bertiga hanya menatap Jack heran. Namun hal itu cuma sementara. Daniel dan Liana langsung tak peduli dengan sikap teman sebayanya. Mungkin karena sudah terbiasa.

   Berjalan di jalan setapak dengan rambut yang masih diikat kepang. Bunganya telah kubuang dan menyisakan ikatan rambut itu saja.

  ''Alicia, kenapa kau buang bunganya?'' Tanya Liana.

   ''Rambutku nanti gatal'' dia hanya ber 'oh' saja. Tak ada topik pembicaran setelah itu sampai di penginapan.

. . .

   Sampailah kami di penginapan. Sebelum aku beranjak naik tangga, aku di tarik oleh anaknya Rufeus.

   ''K-kakak. Kakak dipanggil ibu di sana.'' Ucapnya sambil menunjukkan jari kearah suatu tempat. Aku mengangguk dan pergi kesana bersama anak ini.

Tok...Tok...Tok...

   ''Permisi'' ucapku di depan sebuah pintu.

   ''Masuk'' ucap sebuah suara dari balik pintu. Kamipun masuk. Terlihat seorang wanita yang telah menunggu kami.

   ''Kemarilah'' aku kesana. Istrinya Rufeus memberiku sebuah baju serba putih.

   ''Ini baju untukmu. Kata suamiku, bajumu robek akibat diserang serigala pada saat kau menolongnya. Tolong di terima'' ucapnya.

   ''Tidak perlu, tante. Aku masih memiliki baju yang lain'' tolakku dengan lembut.

   ''Tolong terima saja. Aku merasa bersalah jika kau tidak menerima'' ucapnya dengan tersenyum. Aku semakin tak tega untuk menolaknya. Aku menerima baju dengan ragu - ragu.

   ''T-terima kasih, tante'' ucapku canggung. Dia makin tersenyum lebar.

   ''Oh iya, hari ini.......'' mulailah obrolan panjang kami sampai senja turun di ufuk barat.








   Malampun tiba. Acara setahun sekali dimulai. Kata istrinya Rufeus, malam ini adalah hari festival musim semi, dimana setiap satu malam di musim semi selalu merayakan festival sebagai tanda terima kasih kepada tuhan karena telah diberkati ladang yang subur dan kehidupan yang makmur. Semuanya keluar dari rumah mereka masih - masing dan berpesta ria sampai suntuk malam.

   Aku masih didalam kamar mengganti baju yang diberikan oleh istrinya Rufeus. Ternyata gaun putih seperti daster musim panas. Dengan dan tali putih kecil sebagai kain di bagian bahu. Roknya selutut dan bertekuk - tekuk. Aku suka baju ini. Kulepas perban di bahuku. Si tiga serangkai sudah keluar lebih dulu. Aku mengikat rambutku dengan mengikat setengah rambut dan menyisakan poniku. Serasa sudah siap, akupun keluar, memakai sepatu dan pergi.

   Lampu lampion tersusun rapi di atas tali yang diikatkan dari atap ke atap. Cahayanya seperti lampu kelap - kelip di pasar malam. Lentera terpasang di setiap sudut meja makanan yang tersusun rapi untuk pesta sedesa. Para warga mulai berpesta ria.

    ''Sudah kuduga, baju itu cocok untukmu'' aku menengok ke arah suara dan ternyata istrinya Rufeus.

    ''Terima kasih, tante. Baju ini bagus'' ucapku sembari tersenyum.

    ''Sama - sama. Nikmati pestanya'' ucap istrinya Rufeus lalu pergi. Aku berjalan - jalan dan melihat keadaan sekitarnya. Hingga ada satu tempat yang membuatku menetap disana. Para warga menari berputar seiringan dengan lagu yang hanya dari alat musik seadanya. Gitar, suling, bagpipe dan lainya. Lagu itu diiringi dengan tepukan berirama. Saat tepukan terakhir, posisi awal berdansa dengan pasangan yang ada di sisinya. Menambah kesan romantis dan bahagia. Semua bertepuk tangan.

Alicia Stories : In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang