Memori

27 2 0
                                    

~Happy Reading~

Gelap......

Sunyi.......

Sepi.........

Sendiri...

   Itulah hidupku 8 tahun yang lalu. Orang tuaku menjalankan bisnis diluar kota selama setahun penuh. Aku terbiasa hidup sendiri dikala itu. Tak memiliki teman dan tak memiliki seseorang untuk kuajak berbincang. Sendiri dan sepi di kamar putih nan gelap, walau sinar mentari menerangi tetap saja kuanggap gelap karena kesunyian yang hanya terpampang di mata dan telingaku. Hanya hari tertentu saja aku keluar rumah dan hanya pergi ke supermarket dan tempat latihanku.

Bruakk!!

   Aku membanting anak lelaki sebaya denganku. Setiap hari tertentu, aku latihan bela diri karate. Karena aku sudah sabuk hitam taekwondo dan sudah menguasai wushu, kini aku beralih di bela diri karate. Walaupun aku masih awam, setidaknya aku memahami dasar - dasarnya. Karena kekuatanku dalam bela diri setara dengan laki - laki. Aku diikutkan lomba di tingkat nasional, tak hanya karate, taekwondo dan wushu juga. Namun, teman - teman seperguruanku tak ingin berlatih denganku.

'Tidak, dia terlalu kuat'

'Tidak, nanti aku bisa cedera olehnya'

'Tidak mau'

'Tidak......'

   Hanya kata 'tidak' yang kudengar dari mulut mereka. Akhirnya aku hanya menyendiri dari lainnya saat waktu istirahat. Aku tidak begitu peduli dengan mereka yang menjauhiku, tapi aku merasa sepi. Hal itulah yang membuatku malas untuk latihan tambahan dan pergi pulang kerumah.
  
Jdakkk!!

   Aku menendang lawanku tepat di dadanya. Itulah akhir dari kemenanganku dan akhir diriku mengenal dunia bela diri. Lawanku tercekat dan kejang - kejang dan terus meronta - ronta kesakitan. Kemenangan sudah dipastikan namun kesembuhan lawanku belum terpastikan. Sehari setelah pertandingan, aku mendengar kabar bahwa lawanku yang aku lawan itu telah...............Meninggal.

   Aku berniat untuk mengunjungi makamnya. Disaat sampai disana, aku untoleran oleh keluarganya.

'Pergilah kau. Jangan mendekati kami lagi dasar pembunuh anak kami!!'

Deg!!
   Aku menjatuhkan buket bungaku dan meninggalkan mereka yang menggunjingku dengan kata 'pembunuh'. Aku sempat syok dengan kata - kata tersebut. Anak umur 8 tahun membunuh anak 8 tahun juga dalam pertandingan nasional. Hingga seiring berjalannya waktu, aku dijuluki 'Srikandi Hitam'. Alasan mereka menjulukiku seperti itu adalah dari kata 'srikandi' yaitu ksatria perempuan dan 'hitam' bermakna jahat, gelap dan kejam. Aku dijuluki ksatria wanita yang kejam karena telah membunuh lawanku di medan pertarungan. Hal itu membuatku trauma seumur hidup dan selalu dihantui bayang - bayang saat aku membunuh lawanku.
   Oleh karena itu, aku keluar dari klub,  membakar sabuk serta seragam bela diriku. Aku tidak butuh lagi. Aku tak ingin kekuatanku menjadi senjata yang tak terkendali dan membunuh orang tak berdosa.

_________________________________________

   Trauma yang menghantui, bayang -  bayang masa lalu yang tak ingin kuingat lagi, masih menyertaiku dan terus membuntutiku. Aku berpura pura menjadi gadis yang pendiam dan lemah. Beralih menyukai musik dan cerita -  cerita fantasi dan aksi. Hal itu membuat sedikit demi sedikit traumaku menghilang dan lenyap dari jiwa ragaku.

   Diusiaku yang ke 13. Sisi baruku malah memunculka trauma baru lagi. Penistaan, pembullyan, dan penyiksaan terjadi kepadaku lagi. Namun ini belum seberapa daripada yang dulu.
















Lebih baik diriku tersakiti, daripada melawan dan membangkitkan memori masalalu yang tak ingin terulang kembali.











   ( maaf bila ada typo. Jangan lupa vote dan follow ya. See yaaa~)

16 - 07 - 2022

Alicia Stories : In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang