Melody of the Dream

12 3 0
                                    

Happy Reading

Hei
.
.
.
.

Kau mendengarku?
.
.
.
.
Aku yang selalu disampingmu
.
.
.
.
Bahkan sampai kau pergi dari dunia asalmu. Aku terus mengikutimu lho.
.
.
.
.
Kau tau siapa diriku?
.
.
.
Namaku











Issabella D Wolnvender

Hah. . .

Hah. . .

   Keringat dingin bercucuran, nafas terengah - engah. Aku mengalami mimpi aneh. Seseorang yang sama, tidak tampak raganya dan hanya menyisakan suara sendunya.

Siapa itu Issabella?

Mengapa dia selalu menghantui ku di dalam mimpi?

   ''Haah~. Entahlah'' keluhku lanjut berbaring di kasur. Hingga aku tak menyadari ada seseorang di kamarku.

   ''Apa yang anda maksud 'entahlah' nona?'' Tanya Kak Rosa mengejutkanku. Aku langsung loncat dan terjatuh dari kasur.

Brak!!

   Punggungku menyentuh lantai lumayan keras. Aku mengeluh kesakitan saat jatuh.

   ''Nona. Kau tidak apa - apa? Mau kupanggilkan dokter?'' Pekik khawatir Kak Rosa membantuku berdiri.

   ''Ugh.....tak apa - apa. Maaf tadi aku kaget dan reflek loncat'' ucapku berdiri lalu menepuk rokku membersihkan debu.

   ''Maafkan saya nona, membangunkan anda tanpa sengaja'' maaf Kak Rosa. Aku menggeleng pelan.

   ''Tidak apa - apa'' jawabku lalu tersenyum.

   ''Ini ada surat dari yang mulia Ratu, saya taruh dimeja. Makan malam hari ini adalah spageti dan telah siap di bawah'' ucap Kak Rosa. Aku mengangguk lalu melangkah pergi ke ruang makan.

   Sampai diruang makan, aku melihat Alex membaca koran harian di kursi sebelah kanan. Aku duduk di sebelah kiri, dengan posisi kami berhadap - hadapan.

   ''Oh, Alexa rupanya. Kenapa rambutmu sedikit berantakan?'' Tanya Alex.

   ''Baru bangun tidur'' jawabku singkat. Lalu ia melipat korannnya.

   ''Kau seperti kerbau saja, tidur tidak kenal waktu'' ledek Alex sambil terkekeh. Aku hanya menatap datar.

   ''Terserah'' hanya itu yang kujawab. Lalu makan malam datang dan kamipun makan malam. Sedangkan para pelayan akan makan malam setelah kami selesai makan.

   

   Aku mengganti bajuku dengan gaun tidur. Tidak ada piyama atau daster tidur. Karena setiap bangsawan wanita mengharuskan pakaiannya dibedakan dengan situasi.

   ''Tidak buruk juga'' gumanku melihat pantulan bayangan diriku di cermin, mengenakan gaun tidur putih lalu sedikit berenda di ujung gaun. Lalu aku membuka surat yang ada di meja dan membacanya.

Alicia Stories : In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang