Keadilan Arena

13 3 0
                                    

Happy Reading


  Kini aku duduk sendiri di dalam sel yang hanya ada remang - remang cahaya senja dibalik jeruji ventilasi. Aku begitu bosan. Yang hanya bisa kulakukan adalah tidur, baca buku dan tidur lagi. Sungguh bosan sekali diriku.

   Tanpa kusadari malam kembali lagi. Kini hanya remang - remang sinar rembulan saja menyinari sel jeruji besi ini. Aku begitu lapar saat ini.

Cklek!!

   Suara pintu sel terbuka. Kini, sesosok gadis mungil bersurai blonde emas membawa nampan makanan. Mata birunya menatapku dengan ketakutan. Aku hanya tersenyum.

   ''Kemarilah. Aku tidak akan menyerangmu'' ucapku lembut. Dia berjalan ragu - ragu. Kemudian menaruh nampan di tepi ranjang. Aku menggeser nampan itu kearahku.

   ''Terima kasih ya'' ucapku tersenyum. Dia hanya mengangguk cangggung. Dia menatapku sedikit bingung.

   ''A-anu. Kakak, bagaimana kakak akan makan?. Sedangkan tangan kakak terpasung'' dia bertanya kepadaku dengan sedikit gugup. Aku tersenyum.

   ''Kau mau lihat keajaiban?'' Tanyaku kepada gadis blonde itu dan dijawab anggukan lemah.

Ctak....

Klek!!

   Jentikan jariku membuka pasung. Gadis blonde itu langsung terkejut. Aku terkekeh kecil melihat ekspresinya. Sangat imut.

   ''Bagaimana?'' Tanyaku menyungging senyum. Kemudian dihadiahi dengan anggukan antusias.

   ''Aku makan terlebih dahulu ya'' ucapku kemudian menyantapi makanan yang berada di nampan.

  

   Selesailah acara makanku. Bahkan gadis itu masih setia menunggu. Aku tersenyum sejenak.

   ''Kakak. Apakah kakak memiliki sihir?'' Tanya gadis blonde itu.

   ''Aku memiliki sihir, walaupun baru muncul akhir - akhir ini. Bagaimana denganmu, ee....''

   ''Ira. Namaku Ira. Aku memiliki sihir walaupun tegolong sihir lemah'' jawabnya antusias kemudian berubah menjadi murung. Aku bertepuk tangan kagum.

   ''Wah...hebat. Tak apa, sihir itu semakin berkembang jika kau terus berlatih.'' Ucapku menyemangati Ira. Ia tersenyum senang.

   ''Terima kasih, kak. Lalu siapa nama kakak?'' Tanyannya lagi.

   ''Alicia. Panggil aku Alicia''

   ''Kak Alicia'' jawabnya girang kemudian spontan memelukku.

Jleb!!

   Seperti ada anak panah hati menusuk dadaku. Aku begitu menyukai anak ini. Kemudian dia melepas peluknya.

  ''Kak Alicia. Tolong tunjukkan sihir yang indah'' ucapnya antusias. Aku tersenyum senang.

   Aku mengeluarkan api kecil dari jari jemariku. Kemudian melempar api kecil itu dan menjadi 2 bola api. Aku melakukan akrobat layaknya badut di sebuah acara pesta ulang tahun. Sembari api kulempar, aku menambahkan sihir perubahan dan pembentuk.

Alicia Stories : In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang