Happy Reading
(Warning 15+)Berangkatlah aku mengawal Victor. Walaupun aku menggunakan gaun tanpa korset dan kawat rok, setidaknya dapat bergerak lebih leluasan. Seharusnya aku duduk di kursi kusir karena aku pengawal, bukan?
Namun...
''Kenapa saya duduk disini? Bukankah tidak boleh, tuan?'' Tanyaku heran kala duduk di depan Victor. Ya. Aku duduk di dalam kereta. Ia hanya mendengus sembari berkata...
''Dengar, ya. Jangan pakai bahasa formal saat kita berdua seperti ini. Gunakan saja di publik. Panggil aku Victor!'' Ujarnya ketus dan mengelak dari pertanyaanku. Aku membuang nafas kasar.
''Baiklah, Victor'' ucapku.
''Nah. Gitu dong. Alexa harus meniru Tuan Arslan. Lihatlah dia, dia tidak ragu untuk menegur kakakmu di depanmu dengan bahasa santai, bukan? Lalu saat di publik baru dia menggunakan bahasa formal'' Ucap Victor lagi. Aku hanya berdehem.
''Ngomong - ngomong. Kau irit bicara juga, ya akhir - akhir ini. Apa kau masih marah dengan Tuan Alex?'' Tanya Victor.
''Tidak. Hanya kesal'' jawabku cepat.
''Sama saja itu. Dan juga, kenapa kau berbeda dengan wanita lainnya? Biasanya para lady menyukai bunga, gaun cantik dan hal - hal yang feminim. Namun kau berbeda, kau tidak terlalu suka akan hal seperti itu. Kau lebih suka pedang, bela diri dan hal - hal yang lainnya seperti ksatria. Bolehkah aku mengetahui alasannya?'' Timpalnya lalu bertanya. Aku hanya menghela nafas lagi.
''Ya...sebenarnya aku tidak terlalu suka hal - hal semacam itu sejak dulu. Aku pakai apa saja asalkan nyaman, aku mau melakukan apa saja asalkan bisa. Hanya itu prinsip yang kupegang.
Dan untuk kemampuanku yang mungkin setara dengan ksatria, ya... karena aku dulu dilatih oleh para penduduk desa Tainsville'' jelasku. Sementara orang yang meminta alasan hanya ber 'oh' ria saja.''Siapa yang mengajarimu berpedang dan memakai sihir?'' Tanyanya lagi.
''Em...nenek dan.....Zack'' ucapku ragu. Memang aku diajarkan seperti itu oleh Zack dan nenek dahulu. Namun sebenarnya, bakat bela diri sembari menggunakan senjata sudah ada dari kehidupanku sebelumnya. Jadi di dunia ini, aku hanya memperkuat fisik saja.
''Ooh... Tunggu. Siapa itu Zack?'' Tanya Victor penasaran.
''Zack? Dia pemuda desa yang mengajariku berpedang, mencari tanaman obat di hutan dan navigasi. Dia juga teman berbicaraku. Ya bisa dibilang aku suka dengan keuletannya'' jelasku terus terang. Nampak sekali wajah Victor syok dan menunduk. Aku sekilas teringat Zack kala itu menunduk sedih saat melihat Victor menunduk.
''Tapi...'' aku menggantung kata - kata lalu Victor menatapku. Aku hanya tersenyum masam.
''Ia sudah tiada. Begitu pula nenek dan warga desa lainnya. Hanya aku yang selamat setelah insiden itu'' ucapku. Victor terdiam dan menatap tidak percaya.
''Insiden apa?'' Tanyanya lagi.
''Kau tau Runos Detienos. Dialah yang membakar desa dan membunuh semua warganya. Tempat singgahku habis karenanya. Beruntung, aku masih di kota sebelah untuk menghantarkan barang saat itu.
Aku menyesal juga tidak ada kala itu. Seharusnya aku membantu menyelamatkan mereka. Zack dan nenek juga mati - matian melindungi desa. Aku yang baru sampai disana langsung melihat Zack sudah terkapar tak berdaya, mengucapkan semua perasaannya kepadaku lalu ia pergi sebelum aku menjawab perasaannya'' jelasku panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alicia Stories : In Another World
FantasíaKekejaman Penderitaan Kesedihan Kesepian Semua kupendam dalam-dalam. Ingin rasanya menghilang dari dunia bahkan tidak ingin dilahirkan sama sekali. Namun mengapa, Yang kuasa tidak menghendaki apa yang kupinta. Membiarkan diriku menderita didunia...