"Hati-hati di jalan," ujar Fyodor yang diangguki Bayu.
Abi sudah hendak naik ke dalam mobil sebelum pandangannya terhenti pada satu titik. Tepat ke arah belakang mobil, dimana kap mobil terbuka sedikit dan beberapa helai rambut mencuat keluar dari sisi sudutnya. Abi menyaksikan semuanya. Airini dengan gesit memanjat ke atas serta merta meliukkan tubuh kecilnya masuk ke dalam.
Masih dengan matanya yang membulat terkejut, kini misteri bagaimana Airini bisa sampai menyusulnya terpecah.
"Ada apa?" tanya Cahyadi begitu mendapati raut tercengang Abi.
Bahu Abi tersentak, renanya berkedip beberapa kali refleks mengambil langkah lebarnya ke depan. Turut menghalangi pandangan Cahyadi yang akan menoleh ke arah belakang mobil.
Abi menggeleng, "Tidak ada," beruntung Abi tak mendapati raut curiga Cahyadi, pria itu menangguk pelan kemudian beralih menatap Fyodor.
Sebuah pemikiran tiba-tiba menghampiri benak Cahyadi membuatnya menegakkan punggung, "Inspektur, ada yang ingin aku tanyakan."
Fyodor mengangkat alis kanannya, "Katakan."
"Ini soal keterlambatan kita ke desa saat hari kejadian," lanjut Cahyadi membuat Bayu dan Abi menoleh secara bersamaan.
Bayu mengerjap beberapa kali, ia hampir melupakan pertanyaan itu kalau saja Cahyadi tidak membahasnya sekarang. Keterlambatan itu juga menjadi salah satu dari banyaknya faktor penghambat dalam menemukan pelaku pada insiden ini.
"Kalian terlambat ke sana?" tanya Fyodor cepat.
"Terpaut sekitar tiga jam membuat kita terlambat mendatangi desa dan melihat keadaan terakhir korban," Bayu menjelaskan.
Fyodor menggaruk ceruk lehernya, masih mempertahankan raut terkejutnya, "Benarkah? Aku memberi perintah tepat setelah mendapat panggilan dari mereka," ujarnya yang memancing kebingungan Bayu dan Cahyadi.
Ada kejanggalan. Salah satu dari mereka berbohong. Tapi siapa?
Mobil beranjak meninggalkan kantor dengan pikiran mereka yang berkecamuk. Bayu dan Cahyadi sibuk berasumsi tentang siapa diantara mereka yang berbohong dan apa alasannya. Bayu sendiri tidak menyangka kalau inspektur yang ia puji beberapa waktu lalu itu kini masuk ke dalam daftar tersangkanya, berbeda dengan Abi yang masih terkagum akan keberanian Airini. Selama ini, tampaknya ia salah sangka terhadap peringainya yang terkesan lemah. Gadis itu malah bertindak sebaliknya sekarang.
---
Sehari setelah kepulangan, keadaan desa bagi mereka tidaklah berubah banyak. Kesan pertama saat mereka memasuki gerbang utama desa kala mendapat panggilan kasus, mendebarkan dan penuh antisipasi, serta sensasi lega saat mereka keluar dari sana kemarin benar-benar meninggalkan bekas yang cukup mendalam dalam benak Bayu dan Cahyadi. Entah kenapa, secepatnya mereka ingin melangkahkan kaki dari sana. Bahkan Bayu sudah menetapkan pemikiran itu sedari awal.
Saat ini Cahyadi tengah duduk di atas kursi rotan dengan Bayu berada tepat di seberangnya. Meja yang penuh akan kertas coretan sebagai bukti dimulainya diskusi mereka. Lagi. Saling melempar catatan yang sudah mereka kumpulkan, Bayu dan Cahyadi sepakat untuk menelisik insiden ini dari awal. Opini dan fakta saling berbaur kian mengundang kebingungan. Tetap berusaha keras walau tampaknya jalan mereka seolah terhambat dan belum menemukan titik terangnya.
"Untuk sekarang, alibi Abi belum bisa dikatakan benar sebelum kita menemukan perempuan yang dia sebutkan itu," ujar Cahyadi.
Bayu menangguk tanpa menoleh, "Dan bisa saja yang dia lihat waktu itu adalah seorang pria," balas Bayu. Saat di mobil, Bayu sempat bertanya kepada Abi tentang pemikiran yang pria itu tetapkan sehingga dia bisa yakin kalau yang ia lihat itu adalah seorang perempuan. Abi menjawabnya dengan berkata, 'perasaanku yang mengatakannya'.

KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Bunglon (END)
Mistério / Suspense(TAMAT) Desa bunglon terkenal dengan peran kamuflasenya. Melawan hukum alam, mereka menukar peran antar kehidupan umat manusia. Dimana kamu adam ditunjuk untuk mengurus rumah, dari memasak hingga berkebun dan kamu hawa yang bekerja demi mendapatkan...