34. Kau siapa?

6 2 0
                                    

Bab 34 Kau siapa?

Bayu menyaksikan semuanya, mulai dari pak Tohip yang mengamuk serta merta mengeluarkan raungan kerasnya, meminta agar tubuhnya dilepaskan hingga berakhir pandangan pria itu yang tak sengaja terarah ke luar gua. Untuk sesaat Bayu mematung dalam diam. Napanya tercekat saat sebuah spekulasi dalam benaknya mengatakan bahwa dirinya akan ketahuan dan berimbas pada dirinya yang akan disiksa oleh warga atau mungkin Bayu harus mengucapkan selamat tinggal untuk pekerjaannya sebagai detektif di kota. Bayu menggeleng pelan, berusaha mengenyahkan pikiran negatifnya. Sembari membasahi bibirnya sekali, benaknya berpikir cepat hingga detik selanjutnya Bayu langasung mengangkat tangannya ke atas dan mengisyaratkan Tohip untuk menemuinya di luar gua. Lewat isyarat tangan dan tatapan mata yang entah ditangkap baik oleh Tohip, Bayu memantapkan dirinya untuk segera berlari menjauh dari area depan gua dan sembunyi pada salah satu pohon besar di hutan. 

Bayu akhirnya dapat menghembuskan napas leganya setelah dilihatnya Tohip keluar dari gua dengan langkah teratih semabri renanya yang ia jejalkan ke sekitar hingga berhenti pada Bayu.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tohip segera melayangkan pertanyaannya dengan nada yang cukup sarkas sekaan kehadiran Bayu disini menganggunya.

Bayu menarik napas pelan, berupaya meredam emosi agar situasi rumit yang kini menjeratnya ini dapat ia lepaskan perlahan

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kalian lakukan disini?" Bayu melempar tatapan yang datar namun cukup untuk mengikis tembok pertahanan Tohip. Perlahan tapi pasti, tatapan menusuknya tadi melunak diikuti kepalanya yang tertunduk ke bawah. Hanya dengan sebuah bentakan kecil dan pembawaan yang Bayu berikan, keberanian Tohip langsung menciut.

"Aku sudah melihat semuanya. Hal gila apa yang kalian lakukan disana?" Bayu bertanya sembari mengacak rambutnya frustasi, sekelibat bayang-bayang kejadian di dalam gua kembali menghampiri benaknya.

"Kalian tahu itu adalah tindakan yang salah kan?" Bayu kembali melempar kalimat, berakhir pada Tohip yang tampak tertekan batinnya.

Secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi oleh Bayu, Tohip meraih kedua tangan Bayu dan bersujud di depannya. Bayu membulatkan matanya saat melihat Tohip kini memohon kepadanya.

"Maafkan aku, aku mengakui kesalahanku selama ini. Aku telah menjadi seorang pendosa, aku buta. Tolong aku, tidak, tolong istriku. Dia di dalam..."

Kalimat itu terus Tohip ulangi dengan suaranya yang kian parau, lemah serta nyaris tak terdengar. Keadannnya mulai kacau saat detik-detik yang terasa lambat bagi Bayu untuk mencerna apalagi memberikan jawabannya. 

Bayu masih bergeming, sedangkan Tohip beralih menggosok ekdua telapak tanganya sembari memohon. Air mata itu terus merembes keluar diikuti raut keputusasaan yang tampak jelas oleh raut pucatnya. 

"Yang tahu tindakan ini salah hanya aku dan aku baru menyadarinya beberapa waktu belakangan. Tapi mereka, mereka yang di dalam adalah para iblis. Aku ingin pergi dari sini," seakan hilang akal, Tohip mulai menyakiti dirinya dengan memukul dadanya secara kuat dan berulang. Berharap sakit fisik dapat mengurangi sakit batinnya.

Mulut Bayu mendadak bisu di bungkam kebingungan, untuk terakhir kalinya ia melihat kembali ke arah gua. Seakan berburu dengan waktu, Bayu memaksa diri untuk memutuskan dengan cepat. Jika ia terlambat, bisa-bisa nyawa para wanita itu lenyap di dalam sana. Namun Bayu tahu, ia juga tidak boleh gegabah. Tidak tahu motif dan tujuan mereka, kalah jumlah dan kekuatan, Bayu tidak mungkin menerobos begitu saja untuk menghentikan ritual bodoh itu.

"Aku akan menyelamatkan mereka," putus Bayu di akhir yang langsung membuat Tohip bangkit berdiri dan menatap Bayu penuh harap. Puluhan kata terima aksih segera keluar dari bibirnya.

Desa Bunglon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang