Abi terpeleset dan berakhir berpegangan pada sisi cerobong asap. Jantungnya serasa mencelos untuk sesaat, sulit baginya untuk mengambil napas. Hampir saja ia jatuh ke bawah dengan konsekuensi yang bahkan Abi tidak ingin pikirkan sekarang. Memejamkan kedua matanya rapat sejenak, membiarkan pusing melandanya ketika memaksakan diri untuk menatap ke arah bawah. Perlahan dan penuh kewaspadaan.
Tatapan mereka beradu untuk kedua kalinya, berakhir pada rena Abi yang bergetar. Kini lebih jelas. Walau terpaut jarak cukup jauh, kesiagaan beberapa waktu lalu seolah menjernihkan pandangannya. Mbak Dewi yang tidak pernah sekalipun menatap lawan bicaranya tiba-tiba menyoroti renanya ke arah Abi. Terlalu mendadak dan dirinya tidak siap.
Dengan degup jantung yang masih berpacu, seiring kakinya menuntun Abi turun dari atap rumah melalui tangga. Abi mengambil langkah pelan saat keraguan menyergap dirinya untuk menghampiri mbak Dewi. Tatapan mereka masih beradu, ingin sekali Abi putuskan tapi berakhir menyerah pada tatapan tajam yang penuh sirat luka itu. Entah apa yang dipikirkan mbak Dewi sekarang, Abi tidak mampu membaca isi pikirannya.
Abi menarik napas dan berujar, "Tidak ada apa-apa mbak Dewi, cerobong asapnya tidak terlalu kotor."
Mabk Dewi menangguk lemah membuat langkah Abi yang hendak mendekatinya terhenti. Setelah sebuah tatapan, kini Abi mendapat sebuah anggukan? Entah dirinya harus bersyukur sebab respon yang wanita itu berikan atau merasa takut akan perubahan drastisnya.
"Kau menemukannya."
Mata Abi melebar, refleks tubuhnya melorot ke atas tanah. Kedua kakinya mendadak lemah dan tak kuasa menahan bobot dirinya. Pikirannya kosong. Napasnya kembali memburu. Mulut Abi dibungkam keterkejutannya.
Tidak mungkin. Pendengarannya pasti salah.
Abi bergerak mundur, menyeret tubuh dengan kedua lengannya. Abi merasa tak nyaman. Jujur, ia ingin pergi dari sana secepatnya. Suara mbak Dewi yang setengah serak berputar-putar dalam benaknya layaknya radio rusak. Abi tak sanggup menahan gejolak kecemasan yang kini menguasai pikirannya.
Abi terdiam bisu tak mampu mereson perkataan wanita itu. Menggeleng pelan, menyakinkan diri kalau ia salah dengar tadi namun terhenti sebab mbak Dewi kembali melontarkan kalimatnya.
"Kau menemukannya," mbak Dewi kembali berujar dengan meninggikan nada bicaranya, membuat Abi tersentak.
Pertahanan diri Abi rontok, memaksa diri untuk mendongakkan kepala saat sebuah pertanyaan menghampiri benaknya. Apa mungkin wanita itu juga tidak lumpuh? Abi menahan napas saat pandangannya jatuh pada kedua kaki mbak Dewi. Abi meraih sejumput rumput pada genggamannya, bersiap untuk lari jika tiba-tiba wanita itu bangkit dan bergerak ke arahnya.
"Kemarilah," tangannya perlahan terangkat.
"Karena kau yang selama ini bercerita kepadaku, maka sekarang adalah giliranku."
---
Airini keluar dari kamar mandi gubuk hendak menuju kotak kardusnya sebelum terhenti sebab mendapati keadaan gubuk yang mendadak hening. Hampir setengah dari penduduk gubuk mencuri pandang ke arahnya. Alisnya bertaut curiga, beberapa waktu lalu suara obrolan masih terdengar. Tatapannya kemudian bertemu dengan Kori di ujung, Airini berusaha bertanya melalui tatapan matanya namun berakhir diabaikan.
Dengan secuil ketidaknyamanan dalam diri, Airini masuk ke dalam kotak kardusnya. Baru selangkah, Airini mengurung niat. Tika berada disana, tapi bukan itu yang mengejutkannya. Airini menurunkan pandangan dan menemukan barang-barangnya berceceran di atas tanah. Sisa buku yang ia sembunyikan berada tepat di samping kaki ibunya dan berakhir pada lubang tikus yang ia buat juga terpampang jelas.
Berusaha menghiraukan tatapan tajam ibunya, ia segera berjongkok dan memungut barang-barangnya. Ruangan yang terbatas, atmosfer yang menyesakkan, sesaat Airini berbalik badan, ia langsung dihadapkan oleh kedua kaki Tika yang menghadapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Bunglon (END)
Misteri / Thriller(TAMAT) Desa bunglon terkenal dengan peran kamuflasenya. Melawan hukum alam, mereka menukar peran antar kehidupan umat manusia. Dimana kamu adam ditunjuk untuk mengurus rumah, dari memasak hingga berkebun dan kamu hawa yang bekerja demi mendapatkan...