Selangkah memasuki rumahnya, Abi disambut oleh tatapan murka dari Rahayu. Abi jelas tahu akibat yang akan ia terima dari perbuatannya di lapangan desa beberapa waktu lalu. Ia tak merasa terkejut, lebih tepatnya bimbang untuk mengeluarkan reaksi.
Bu Rahayu terduduk di atas kursi rotan ruang tamu dengan pandangan mengarah ke bawah. Abi ingin sekali menghampirinya dan menanyakan, ada apa? Tapi ia sendiri tidak yakin kalau ibunya akan menyambutnya dengan baik. Abi mengurungkan niat dan menarik langkah, sudah hendak berjalan melewati wanita itu namun terhenti karena ibunya tiba-tiba bersuara.
"Kenapa kau melakukannya?" suaranya tak meninggi juga tak merendah, stabil pada ritme teratur yang langsung berhasil membungkam bibir Abi untuk mengeluarkan kata. Abi berbalik badan, menatap ibunya yang entah sejak kapan sudah menancapkan fokus ke arahnya. Mata mereka bertemu untuk sesaat dan raut kekecewaan ibunya terlukis jelas, membuat hati Abi remuk.
Bu Rahayu berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Abi, "Biarkan saja pak de Teo yang memimpin desa ya? Ibu mohon," ujar Rahayu, nadanya berubah melemah. Rahayu meraih tangan Abi dan menggenggamnya erat, susah payah ia mengontrol pertahanan diri agar air mata itu tak keluar di luar kehendaknya.
Dilihatnya mata ibunya memerah sebab menahan tangis, genggamannya semakin mengerat seolah memohon Abi untuk menuruti keinginannya.
Ingin sekali Abi memeluk ibunya dan mengatakan kepadanya secara jujur, alasan sebenarnya Abi bersikap di luar kebiasaannya seperti ini. Tapi tidak bisa. Setidaknya, tidak untuk sekarang. Abi punya tujuan yang harus ia capai dan ini merupakan salah satu dari banyaknya jalan yang harus ia tempuh. Bersabarlah bu, semuanya akan berakhir segera.
Abi menarik napas pendek kemudian menyingkirkan lengan ibunya, "Aku sudah memutuskan untuk menjadi kades seperti bapak."
Bu Rahayu mendongak cepat membuat tatapan mereka beradu untuk sesaat, "Kenapa? Ibu gak mau Abi, kau tahu ayahmu adalah manusia yang seperti apa. Ibu mohon," Rahayu menggeleng kuat, tangisnya pecah. Untuk sesaat, dirinya dilempar paksa oleh ironi waktu yang mendesaknya mengulang malam kelam dimana Abi mentonton aksi kekerasan yang ia dapat. Abi melihatnya dan ia sendiri tampaknya tidak bisa menemukan satu alasan logis bagi Abi untuk menjadikan ayahnya sebagai pedoman.
"Jika kau melakukan ini semua demi ibu dan karena malam itu..."
Abi mengusap pipi ibunya yang basah akan air mata, "Tidak tahu apa yang ayah perbuat selama ini, tapi aku tidak akan mengikuti jejaknya. Aku hanya akan melakukannya dengan cara yang sama untuk hasil yang berbeda. Percayalah kepadaku untuk sekarang bu," Abi memotong perkataan Rahayu.
Bagaimana ibu bisa percaya kepadamu Abi? Rahayu berujar frustasi dalam hati. Seolah kepalanya dihantam oleh benda keras, tahu-tahu berdenyut hebat sebagai reaksi akan kalimat Abi yang terdengar tak masuk akal baginya. Rahayu refleks mengambil langkah mundur dan menyentak lengan Abi menjauh dari area wajahnya. Kepalan tangannya terbentuk, tangisnya mereda diikuti tatapannya yang kembali dingin seperti awal. Bukan seperti ini yang ia harapkan, dimana semua hal berjalan berlawanan dari harapannya. Semua seakan sepakat untuk menjauhinya.
"Apa maksudmu? Ingin menjadi seperti ayahmu? Jangan gila Abi, kembali ke lapangan dan bilang kau tidak akan menjadi calon kades."
Abi menggeleng menolak, "Aku sudah menyampaikan sambutanku di depan para warga, jadi semua ini tidak bisa dibatalkan. Tolong mengerti untuk kali ini bu," pinta Abi tapi tampaknya Rahayu masih tetap pada pendiriannya.
Rahayu melayangkan tangan dan menampar Abi tepat pada pipi kanannya. Suasana hening sejenak dan waktu terasa melambat ketika Abi berusaha untuk memproses keadaan. Ia sendiri terkejut. Tamparan yang ia dapat cukup keras dan cukup membuatnya hilang keseimbangan, berakhir jatuh tersungkur ke tanah. Untuk sesaat rasa sakit itu menjalar ke permukaan kulitnya, pipinya terasa berdenyut dan panas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Bunglon (END)
Misteri / Thriller(TAMAT) Desa bunglon terkenal dengan peran kamuflasenya. Melawan hukum alam, mereka menukar peran antar kehidupan umat manusia. Dimana kamu adam ditunjuk untuk mengurus rumah, dari memasak hingga berkebun dan kamu hawa yang bekerja demi mendapatkan...