"Mas, ada apa kesini?" tanya Diah yang terkejut sebab pak de Teo mendatangi gubuk secara tiba-tiba.
Diah melirik sekilas ke arah wanita gubuk lainnya seolah meminta ijin, mereka sontak menangguk berakhir pada Diah yang berjalan keluar gubuk dengan pak de Teo.
Hening mengiringi langkah mereka hingga berhenti beberapa langkah didepan gubuk. Jantung Diah berpacu dnegan cepat, dirinya tak mamlu menyingkirkan persepsi negatif yang kini mulai tumbuh dan bercabang dalam pikirannya. Tidak bisanya pak de Teo datang menemuinya ke gubuk. Ralat, tidak pernah. Elusan Diah pada perutnya yang kian hari kian membucit itu terhenti saat pak de Teo dengan terang-terangan menancapkan pandangan ke sana.
"Aku sedang tidak ingin membahas masalah ini..."
"Perutmu semakin membesar," pak de Teo memotong kalimat Diah dan tahu-tahu mendaratkan telapak tangannya di atas perut Diah, mengelusnya teramat pelan sembari menatapnya lekat.
Diah menahan napas, "Mas," tak percaya dengan penglihatannya sekarang Diah tak tahu harus mengeluarkan reaksi apa.
"Kenapa kau tidak memberitahuku?" tanya pak de Teo, suaranya berubah lembut.
Diah menautkan alis, mukutnya sudah terbuka ingin bertanya namun urung niat saat pak de Teo kembali melontarkan kalimatnya.
"Bayi kita, kembar kan?"
Diah diserang gejolak batin yang cukup kuat, disatu sisi hatinya menghangat saat mendengar kata bayi kita dari mulut pak de Teo di satu sisi fakta bahwa pria itu mengetahui bayi mereka kembar mengusiknya.
"Kenapa kau tidak memberitahukannya kepadaku?" tanya pak de Teo kemudian beralih menatap kedua manik istrinya.
Sepersekian detik tatapan itu berlangsung sebelum diputuskan oleh Diah dan wanita itu menyentak kasar lengan pak de Teo.
"Sekarang kau berubah pikiran? Sekarang kau ingin menyuruhku mempertahankan janin ini?" tanya Diah beruntun, nada bicaranya mengeras seiring kakinya mengambil langkah mundur siap meninggalkan pak de Teo.
Pak de Teo mengepalkan tangannya kuat-kuat sebelum berujar dalam sekali tarikan napas.
"Aku minta maaf."
"Pak de Teo?"
Pak de Teo terperanjat kaget saat Gabus menepuk pundaknya.
"Melamun? Sedang banyak pikiran pak?" tanyanya yang dijawab senyuman tipis oleh pak de Teo.
"Tenang pak, badai pasti akan berlalu. Jangan terlalu dipikirin, nanti stress. Bagusan kita minum kopi," ujarnya kemudian mengangkat cangkir gelas ke arah pak de Teo.
---
Truk seharusnya dijadwalkan untuk memasuki desa satu kali sebulan atau terkadang saat hanya ada pesanan untuk mengantar jahitan para wanita gubuk ke sekolah. Tapi jika ditelisik lebih jauh, aktivitas itu kian minim dan mencurigakan didukung oleh rendahnya pemasukan pesanan. Truk yang datang malahan lebih sering keluar masuk desa. Aneh. Dan nahasnya, keanehan itu baru Abi sadari sekarang.
Abi sontak bangkit dari duduknya, sebelum benar-benar pergi dari gubuk ia berbalik menatap ke arah para wanita gubuk.
"Kalian masih ingin terus menetap di dalam sini selamanya?"
Secara serentak dan tak terprediksi, para wanita gubuk langsung bangkit berdiri dan berlari keluar dari gubuk. Akhirnya, Abi berhasil mendobrak pertahanan mereka.
Keadaan desa yang kembali kacau belakangan ini kembali memicu rasa waspada akan hal-hal yang tak terduga itu bangkit. Mereka takut pada hal yang tidak pasti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Bunglon (END)
Mystery / Thriller(TAMAT) Desa bunglon terkenal dengan peran kamuflasenya. Melawan hukum alam, mereka menukar peran antar kehidupan umat manusia. Dimana kamu adam ditunjuk untuk mengurus rumah, dari memasak hingga berkebun dan kamu hawa yang bekerja demi mendapatkan...