Three

161 19 17
                                    

Hari Minggu, adalah hari dimana seseorang mengistirahatkan sejenak fisik dan batinnya. Tempat wisata ramai pengunjung, pusat perbelanjaan penuh orang mengantri kasir. Seperti yang sekarang ku lakukan, mengantri kasir dengan troli yang penuh dengan barang belanjaan. Disampingku kak Jungwoo juga mengantri, sesekali mengeluarkan candaannya melihat tipe tipe orang mengantri. Ia juga membawa troli sendiri, tidak kalah penuh dengan belanjaan yang ada di dalam troliku.

Healing bersama kak Jungwoo adalah suatu hal yang paling seru diantara hal seru yang terjadi dalam hidupku. Karena mama dan papa sedang bisnis keluar negeri kami berdua sendirian dirumah, maka dari itu sebaiknya healing agar tidak bosan.

"Kak Jungwoo curang!" Aku mendengus kesal kala kak Jungwoo terus - terusan menang dalam permainan memasukkan basket ke dalam keranjang. Dia hanya tertawa cekikikan menanggapi kekesalanku, sekarang kami berada di timezone. Kata kak Jungwoo, sebelum mengisi perut sebaiknya bermain seru - seruan dulu.

Karena terus - terusan kalah, diam - diam aku ngambek membuat kak Jungwoo membujukku untuk bermain ke area yang lain. Saat kami sedang berjalan, kak Jungwoo menghentikan langkahnya di sebuah mesin pengambil boneka. Dengan santainya kak Jungwoo memasukkan koin kemudian memainkan alat itu. Terambilah sebuah boneka beruang berwarna putih. "Ini untuk dek Jiya, biar tidak ngambek lagi." Kuambil boneka itu dengan penuh semangat.

Tak terasa sudah banyak permainan yang kita mainkan dalam area Timezone ini. Kami sampai mendapatkan lotre bermain ratusan bundle. Kak Jungwoo menggandeng tanganku menuju tempat penukaran lotre dengan mainan atau makanan. Kami memilih es krim, snack dan beberapa minuman dingin.

"Mau makan apa kita?" Seru kak Jungwoo dengan ceria sembari mengitari foodcourt memilih menu yang pas. Tertarik dengan menu rechees factory kami memasuki resto tersebut. Memesan banyak makanan, yang berakhir membuat perut sangat - sangat kenyang. Kak Jungwoo bersendawa, mengundang tawa.

Mataku menyapu seluruh pemandangan disini, kebanyakan pasangan sedang melakukan healing dengan canda dan tawa. Seluruh isi kepalaku mengantar pada sebuah pertanyaan. "Kak, kenapa kak Jungwoo tidak berpacaran seperti orang - orang disekeliling kita?" Kak Jungwoo terkekeh mendengar pertanyaanku.

Tangan kanannya terulur mencubit keras pipi berlemakku. "Pacaran itu tidak semudah dan seindah yang kita bayangkan. Lagipula kakak masih mau fokus kuliah dulu, bahkan jalan - jalan denganmu saja kakak sudah lebih dari cukup." Aku hanya mengangguk mengiyakan pernyataan panjang kakak.

Perutku sedikit nyeri karena kekenyangan. Kak Jungwoo menuntunku untuk berjalan, karena perutku semakin membesar dan penuh. Sudah persis seperti ibu hamil. Bahkan beberapa pelayan menganggap aku adalah ibunya kak Jungwoo. Setua itukah aku?

Langkahku seketika berhenti menatap toko buku yang berada di area mall, kak Jungwoo yang peka tersenyum. "Mau beli buku? Kakak tunggu disini." Seperti biasa, aku membeli buku kesukaanku sementara kak Jungwoo menunggu di depan meja kursi yang disediakan untuk rest area.

Dengan semangat 45, aku berjalan memasuki toko buku tersebut. Mengembangkan senyum, seraya berjalan menyusuri rak rak buku yang tertata rapi dan aestetic sedemikian rupa. Sebuah novel romantis keluaran terbaru, menarik perhatianku. Tempatnya yang tinggi membuatku sulit menjangkaunya. Aku berusaha, sedikit melompat sehingga tubuh berlemakku terguncang. Berjinjit - jinjit dengan harapan novel itu bisa kuraih, tidak berhasil. Aku menghembuskan napas lelah sembari menyapu pandangan sekeliling. Berharap ada sesuatu yang bisa aku gunakan untuk mengambil buku tersebut.

Mencoba sekali lagi, aku berjinjit dan sedikit melompat namun nihil hasilnya. Aku hampir putus asa, apa aku kedepan dan minta tolong kak Jungwoo saja. Bahkan tidak ada satupun pelayan yang lewat untuk dimintai pertolongan. Sebuah tangan tiba - tiba saja meraih buku dengan santai. Karena kaget, aku segera menengok orang tersebut.

Sebuah senyuman terpancar indah. "Kalau tidak sampai, bilang saja." Kekehnya sehingga deretan gigi putih itu tampak membuatku silau akan senyuman manisnya.

Aku canggung. "Terimakasih Jaemin," dengan malu aku menerima novel yang barusan ia ambilkan.

"Suka novel romantis ya?" Pertanyaannya membuat pipiku merona sebuah anggukan dariku menjadi jawaban.

"Jaemin juga cari buku?" Sebisa mungkin aku memecah suasana canggung ini.

"Mencarimu," jawabnya membuat kakiku seperti tak bertulang lagi.

Aku menundukkan pandangan, menyembunyikan warna wajah yang sudah memanas ini. Tidak mengerti isi pikiran Jaemin yang dengan mudahnya sering membuatku salah tingkah tiba - tiba. Sebenarnya aku sengaja menghindari pria ini, namun pada akhirnya akan bertemu lagi.

Sebuah getaran dalam saku celana membuatku merogoh mengeluarkan sebuah benda kotak yang biasa kita sebut dengan ponsel.

Kak Jungwoo calling

Tut

Iya kak?

Hah? Serius kak?

Iya, aku kesana sekarang.

"Jaemin, aku pergi dulu ya. Kak Jungwoo tiba - tiba dapat panggilan BEM kampusnya." Jaemin menahan tanganku yang hendak pergi meninggalkannya.

Aku mati kutu atas perlakuannya. Ada apa dengan pria bermarga Na ini? Apa dia sedang mempermainkan ku?

"Biar aku saja, yang mengantarmu. Aku ingin jalan - jalan denganmu." Mohonnya membuatku tidak tega, ia memasang wajah melasnya yang mirip seperti anak kelinci. Memandang wajahnya cukup lama, akhirnya aku mengangguk.

Kak Jungwoo, aku bertemu temanku. Kakak duluan saja, nanti dia yang mengantarku pulang.

Okeeee, hati hati Jiya.

Baik kak.

Jaemin tersenyum manis sekali, seperti anak kecil yang diizinkan bermain bebas oleh ibunya. Dengan santainya ia menggandengku, mengitari toko buku yang cukup luas ini. Ternyata selera novel Jaemin dan aku sama. Aku merasa dia sepertinya terpaksa agar asik saja.

Terakhir kami duduk di bangunan mall yang paling tinggi, seluruh pemandangan kota bisa kita lihat dari sini. Jaemin mengajakku melihat sunset disini, aneh - aneh saja ia. Awalnya aku menolak namun karena ia memasang wajah menggemaskan itu lagi membuat hatiku luluh seketika.

"Makasih sudah menerima permintaanku hari ini. Apa yang ingin Jiya minta dariku?" Jaemin menatapku dalam, membuatku bertanya - tanya dalam otakku. Apa yang ia maksud dari pertanyaannya?

Aku berpikir keras, sampai dahiku mengernyit. Karena kelamaan Jaemin tertawa, tangannya terulur mengunyel - unyel pipi berlemakku yang sudah berminyak akibat seharian beraktivitas. "Jaemin, jangan nanti tanganmu kotor." Dengan pelan kutepis tangannya menjauh dari wajahku. Jaemin menggeleng gemas, ia memelukku tiba - tiba. Mataku membola sempurna, jantungku berpacu dengan cepat. Jadi, ini rasanya berpelukan dengan pria lain selain kakak dan papa.

"Jiya nyaman dipeluk, begini dulu ya. Jaemin lelah sekali," kepalanya bersandar dipundakku. Aku bahkan tidak bisa bergerak sedikitpun karena perilaku tiba - tiba ini. Aku jadi semakin berpikir, apakah Jaemin berbahaya? Tapi dia terlalu manis.

Jaemin mengulur pelukannya. Menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. "Mau berjanji sesuatu?"

Pria dihadapanku seorang penghipnotis yang handal. Dengan pelan kepalaku mengangguk tanpa sedikitpun lepas dari pandangannya. "Jangan pernah tinggalkan aku ya."

To be continue


Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang