Four

137 18 15
                                    

Tak terasa, sudah beberapa bulan kujalani hari sebagai anak SMA. Ujian semester sudah didepan mata. Rasa - rasanya, waktu berjalan cepat sekali. Sungguh, seperti angin yang berlalu. Namun, semenjak kedatangan Jaemin dihidupku rasanya ada ruangan kosong yang terpenuhi. Semakin lama, aku semakin nyaman dengan pria itu.

Pagi ini, Kak Jungwoo mengantarkanku ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Karena ia ada tugas BEM di kampusnya, jadi mau tidak mau aku harus berangkat pagi agar kak Jungwoo tidak terlambat. Melambaikan tangan setelah bersalaman dengan kak Jungwoo, mobilnya melaju kencang meninggalkan area sekolahku.

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sangat sepi, seperti tidak ada tanda - tanda kehidupan didalamnya. "Huh"

Brakk,, seseorang menarikku tiba - tiba hingga punggungku membentur tembok. Aku meringis merasakan ngilu yang menjalar dari tulang punggung bawah hingga ke atas. "Apa kau menggunakan pelet?" Bentakan itu mengintrupsi membuatku membulatkan mata. "Maksudmu?"

Winter tersenyum miring, ia mengulurkan tangannya untuk menjambak keras rambutku. "Tidak usah pura - pura bodoh, eh maksudku gendut! Jelas - jelas kau itu buruk rupa! Tapi kenapa Jaemin selalu saja mendekatimu, aku yakin kau pasti bermain guna - guna di belakang! Mengakulah!"

Mataku terbelalak sempurna, apa maksud Winter berbicara seperti itu. Wajahnya sudah mirip seseorang yang kesurupan. Ia menarik selang shower yang menancap di sebelah kloset kemudian menyemprotkannya ke rambutku. "Jauhi Jaemin! Atau aku tidak akan membuatmu hidup tenang di sekolah ini." Ancam Winter kemudian pergi meninggalkanku yang sudah basah kuyub.

Dengan pelan aku memeras rambutku yang basah karena semprotan air tadi. Menatap ke arah cermin dengan nanar, sebenci itukah Winter denganku? Padahal aku suka gadis manis seperti dirinya, suka dalam arti kagum karena banyak juga yang menyukainya. Ia terkenal humble dan manis, tapi nyatanya sadis.

Langkahku terhenti, melihat gadis - gadis cantik dengan postur tubuh yang sempurna menatapku dengan tatapan jijik. "Iyuhhh, apa yang kau lakukan? Kenapa rambutmu basah." Karina mengibas ngibaskan tangannya sebagai gestur jijik padaku.  

Byuuurrrrr

Sebuah tepung jatuh mengenai rambutku yang basah membuat bahan makanan itu lengket sempurna. Aku bahkan sampai susah membuka mata, disusul tawa gadis - gadis yang tampak puas atas nasib sial yang menimpaku pagi ini. Berjalan tertatih, berusaha meyakinkan jika tak menabrak suatu apapun. Memaksakan diri untuk membuka mata, pandanganku samar.

Kaki jenjang itu menyandungku dengan sengaja, membuat pertahanan seketika runtuh. Aku jatuh tersungkur, diinjaknya punggungku tanpa ampun. Yang bisa kurasakan hanya terdiam dan meringis menahan sakit, ingin menangis namun air mata masih tertahan.

"Kau pantas mati"

Suara kejam Karina disusul dengan tendangan tanpa ampun di sekujur tubuhku, puas menendangiku sang pelaku berlari meninggalkanku seorang diri. Terdengar suara derap langkah disusul kekehan tanda meremehkan, seakan aku ayam dengan keadaan sekarat.

"Ini masih awal Kim Jiya si gendut dan bodoh!" Terdengar jelas, itu suara Winter berdentum dalam telingaku seperti sumpah serapah peringatan setan. Ia pergi setelah melempariku beberapa telur.

Kuusap tepung yang menyamarkan pengelihatan ku berusaha berjalan meski terpincang - pincang menuju ke arah kamar mandi.

Tangan lemah lebam membiru, tatapanku nanar sembari memutar keran. Membersihkan apa yang bisa kubersihkan, melepas pakaian dan menggantinya dengan Hoodie yang kubawa dari rumah. Mataku perih, ini bukan karena tepung tapi karena mental yang semakin tertekan.

Buliran liquid bening menetes satu demi satu, sejalar dengan sakit hati yang tiba - tiba menjalar hingga menyebabkan getaran perih di dada. Akankah bisa kujalani semua ini? Mengingat ini masih awal kelas, belum naik.

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang