Seven

116 15 7
                                    

Aku tersenyum, menikmati pemandangan sungai di depan mataku. Sesekali tertawa mendengar celotehan pria disampingku, yang tak henti - hentinya mengeluarkan gurauan. Terkadang, aku berpikir apakah dia memiliki banyak sisi? Aku sering bingung jika memikirkan sifat pria disebelahku. Terkadang ia pendiam, terkadang terlihat cuek, tapi seringkali juga ia sangat cerewet seperti ini.

"Bagaimana? Kau paham dengan ceritaku kan?"

"Kim Jiya?" Jaemin menepuk pelan pipiku hingga aku tersadar dari lamunan. Pria itu sedikit mendengus kesal karena sedari tadi aku hanya melamun ketika ia bercerita.

"M...maaf aku tidak sadar jika melamun." Ujarku sembari mengerutkan kening merasa bersalah. Jaemin menggeleng, dengan santainya ia merebahkan tubuhnya. Menaruh kepalanya diatas pahaku, sungguh jantungku hampir meledak karena ini terlalu tiba - tiba.

"Jaemin, apa yang kau la...ku"

Pria manis yang tengah nyaman pada posisinya ini memejamkan mata, membalikkan tubuhnya hingga kepalanya menempel sempurna pada perutku yang buncit. Aku agak memundurkan badan, namun ia malah semakin merapatkannya.

"Aku lelah, jangan bergerak please. Tidur sebentar ya, aku suka perutmu kok jangan malu." Ungkapnya dengan nada bicara yang sangat santai, bisa kau dengar jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

Apa dia bilang? Suka perutku, astaga Na Jaemin apa kau bercanda?

Jaemin berbuat ulah lagi, ia meraih tangan gendutku kemudian mengarahkannya pada surai rambutnya. "Usap rambutku Kim Jiya," pintanya dengan suara mengantuk. Kuturuti permintaannya, mengelus surai halusnya perlahan sampai ia benar - benar memejamkan matanya tanpa mengeluarkan satu patah kata apapun. Aku tersenyum sama, melihat wajah polosnya saat ia tertidur seperti ini. Maha karya Tuhan yang amat sangat sempurna di mataku.

Jika kau melihat kami saat bersama, mungkin kau akan mengira bahwa aku adalah pembantunya. Aku juga tidak bisa dibilang mirip mamanya, karena aku juga tidak good looking.

Aku pernah bertanya - tanya dalam hati? Apa aku anak temuan Mama? Kenapa visualku sangat berbeda dari keluarga?

Pemikiranku yang berkecamuk berhenti kala pria yang tengah tertidur di pangkuanku menggeliat, sesekali ia mendusel dusel wajahnya tepat di perut buncitku membuatku sekuat tenaga menahan geli. Satu kata yang kutangkap dari eskpresi tidurnya adalah, nyaman. Ia terlihat sangat nyaman.

Memandanginya dengan lama tak membuatku bosan, aku terkekeh gemas namun sedetik kemudian menggelengkan kepala. Menyadarkan sepenuhnya agar aku tidak terlalu jatuh dalam pesonanya. Suara dengkuran halus membuatku menghela napas panjang, Jaemin tidur. Sejujurnya aku sangat pegal karena tanganku sedari tadi menyangga agar posisiku tetap tegak. Jika aku tidak menegakkan badan maka, salah satu anggota tubuhku akan turun mengenai wajah Jaemin, dan aku tidak mau itu terjadi.

Drrrrttttt drttttt

Suara getaran ponsel mengagetkanku, rasanya ingin membangunkan Jaemin agar aku bisa bergerak bebas namun ia masih pada posisinya.

Getaran itu semakin keras dan kuat membuatku pada akhirnya segera merogoh saku sehingga si empu yang tertidur tadi bangun sembari mengucek matanya yang memerah, aku sempat menahan tangannya agar ia tidak mengucek matanya, takut nanti malah semakin sakit.

Cepat - cepat kugeser tombol hijau yang tertera di bawah nama sang penelpon.

Jiya kemana? Kakak mencarimu di sekolah tapi kau tidak ada?

Suara kak Jungwoo terdengar sangat khawatir diseberang sana, aku meneguk ludah.

A..aku sedang jalan-jalan

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang