Twenty One

78 11 0
                                    

Sejak peristiwa yang berulang kali menghantam hatinya, Winter menjadi pendiam. Dia bahkan tidak bersemangat seperti dulu ketika dia berkumpul dengan anggota gengnya. Rasanya seperti semangatnya hilang, dan begitu juga keinginannya untuk menyakiti gadis Kim gemuk yang beruntung. Seketika semua rencananya berantakan.

"Winter!"

Ini adalah ketiga kalinya Karina memanggil gadis yang dia anggap sebagai saudara perempuannya sendiri tetapi belum mendapat tanggapan. Musim dingin masih berjalan menuju atap. Wanita itu hanya terdiam dan fokus pada jalannya, mengabaikan Karina yang selama ini mengikutinya, memanggilnya, meneriakinya, dan tak jarang orang bahkan melirik kedua sahabatnya yang sudah dikenal dekat dimanapun mereka berada.

Sesampainya di rooftop, wanita bernama asli Kim Minjeong itu duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan pemandangan yang terbentang di bawah rooftop. Sembari menunduk menatap segala hal yang ada di matanya secara perlahan air mata membanjiri pelupuk nya hingga satu dua tetes air mata turun mengenai lantai berbahan semen di rooftop tersebut.

Isakan itu kian deras, sesekali ia sesegukan dengan suara tertahan. Tangis pilunya membuat wanita cantik yang menatapnya dari jarak beberapa meter itu memejamkan matanya cukup kuat. Menghela napas panjang Karina berjalan pelan mendekati si mungil dengan bahu yang bergetar kuat dan tangis yang belum berhenti.

"Is okay, nangis dulu tidak masalah." Karina mendekap Winter dengan penuh kasih sayang. Jiwa kakaknya selalu menguar kala ia sudah didekatkan dengan seorang gadis Kim yang sudah ia kenal sejak kecil.

Di balik sifat egois dan ingin selalu di pandang sejujurnya banyak kisah pilu yang Karina tahu dari gadis yang sedang terisak di pelukannya. Bukan hanya tahu, tapi Karina menyaksikannya sendiri.

🐰

"Apa yang kau masak?" Melihat pria menggemaskan yang sedari tadi berkutik dengan alat masakan di dapur membuat Jiya tersenyum ia mendekati Jaemin sembari memeluk pria itu dari belakang.

Aroma masakan tercium dari wajan yang sudah mengepul. "Hanya nasi goreng." Kekeh Jaemin, tangannya masih sibuk memegang spatula membolak balikkan nasi goreng yang sudah ia bumbui tak lupa ia memasukkan tambahan seperti jamur, ayam, telur dan sedikit tambahan sayur untuk melengkapi menunya.

Dirasa sudah matang ia mematikan kompor. Menerima beberapa piring besar untuk menghidangkan nasi goreng yang ia buat.

"Kak Jungwoo, ayo makan." Teriak Jiya sedikit menengok ke arah ruang tamu di mana Kak Jungwoo fokus pada tugasnya sesekali memijat keningnya karena pusing. Mendengar suara adiknya dengan ceria pria bermarga Kim itu berjalan riang menuju dapur. Matanya menangkap menu makanan pada malam hari ini. Nasi goreng dan minumannya es teh kesukaan pria itu.

"Wah, adik ipar ku pandai sekali memasak." Puji Jungwoo kala nasi goreng itu sudah masuk ke dalam indera pengecapnya. Rasanya sungguh enak ia bahkan sampai ingin menangis karena lapar luar biasa.

Dirumah itu sebenarnya hanya ada Jungwoo dan Jiya. Mama dan papa sedang mengurus perusahaan mereka di New York mungkin pulang seminggu lagi. Jaemin tiba - tiba datang dengan alasan belajar kelompok padahal pria itu hanya ingin bertemu dengan gadisnya.

Tapi bagi Jungwoo ia sangat beruntung karena adiknya dicintai oleh pria seperti Na Jaemin.

"Eitss, aku saja yang mencuci piringnya." Cegah Jungwoo saat Jiya hendak membawa piring bekas makanan menuju wastafel. Gadis itu tersenyum hangat. Ia menatap kakaknya sebentar sebelum akhirnya berbicara.

"Kak Jungwoo." Binar matanya menangkap maksud tertentu, Jungwoo membalasnya dengan binar mata yang tak kalah gemasnya. Biasa Jungwoo sangat suka aegyo.

"Ada apa?"

"Aku mau jalan - jalan bersama Jaemin. Apakah boleh?" Izin Jiya sementara Jaemin hanya tersenyum berharap sang kakak mengizinkan.

Mengangguk dua kali Jungwoo menghela napas panjang. "Sampai kapan aku jomblo ya, kalian saja sudah hampir lulus. Jika kalian menikah aku bagaimana?"

Pernyataan Jungwoo mengundang tawa di dapur malam itu. Jika saja hubungan mereka sudah sangat baik dari sekarang, harapannya kedepan akan menghasilkan suatu yang baik pula.

🐰

Dan disinilah Jiya dan Jaemin, sebuah tempat yang menyuguhkan pemandangan indah di kota mereka yaitu Gangnam.

Menghela napas panjang, Jaemin merengkuh tubuh Jiya dari belakang sesekali ia menghirup aroma rambut sang gadis yang sangat segar. "Jangan pernah bosan mencintaiku ya." Ungkap Jaemin mengeratkan rengkuhannya dari belakang.

"Harusnya aku yang tanya itu padamu kan?" Kekeh Jiya sembari mengelus telapak tangan Jaemin yang berada di perutnya. Pria di belakangnya terkekeh geli ia memutar tubuh gadis gempal itu sehingga mereka berhadapan.

"Sebentar lagi kita lulus," Suara Jaemin terdengar samar karena pesawat yang lewat secara tiba-tiba.

Gadis itu mengangguk, tangannya melingkar di pinggang ramping Jaemin. Kepala gadis itu senantiasa mendongak agar bisa menatap pria tampannya yang sangat manis. "Lalu?"

"Aku ingin kau menjadi istriku."

"Sebaiknya kita kuliah dulu, aku masih ingin menikmati masa mudaku."

Tawa Jaemin mengudara. "Bukankah kita bisa menjalani pernikahan muda? Aku takut kau berpaling dariku nantinya."

Berdecak kesal Kim Jiya mencubit pipi mulus Jaemin tangannya perlahan menangkup kedua pipi pria manis bermarga Na yang menurutnya aneh. "Kau yakin? Setahuku kau itu gila menyukai gadis sepertiku. Ini terlihat seperti mimpi." Ujar sang gadis.

"Jika kau selalu menganggap ini mimpi....."

Cup

Satu kecupan mendarat di pipi gembul Jiya. "Bagaimana rasanya? Apakah mimpi?" Pertanyaan bodoh Jaemin membuat gadis yang sedari tadi mendongak menatapnya menjadi malu. Gadis itu menundukkan wajahnya sembari menyentuh pipinya yang menghangat padahal cuaca pada malam hari ini sangat dingin belum angin yang berhembus menerpa mereka berdua.

Pandangan mereka kembali terkunci kala Jaemin kembali menangkup kedua pipi gadis itu hingga pada akhirnya bibir keduanya bertemu.

"Auu! Kenapa dicubit?" Jaemin mencebik kesal kala Jiya mencubit keras perutnya hingga tautan bibir keduanya terlepas.

Menetralkan napasnya Kim Jiya menggelengkan kepalanya sembari menatap Jaemin dengan wajah bersalah. "Sepertinya apa yang kita lakukan barusan itu adalah kesalahan."

Jaemin menghela napas, mencoba mengerti perasaan gadisnya. "Baiklah, aku akan menghargai meski hanya beberapa detik." Kekehnya.

"Maaf, hanya..... "

"Aku berpikir jika kita belum memiliki ikatan yang sah, melakukan hal seperti itu adalah hal yang tidak baik."

Perkataan gadis itu ada benarnya, meski Jaemin sering tidak bisa mengontrol tingkahnya setidaknya ia berusaha menghargai keputusan gadis itu.

Ditatapnya manik hitam milik gadis manis dihadapannya, mengangguk sembari mengulum senyum. Ia arahkan kedua tangannya mengelus kepala atas gadis sederhana yang amat ia cintai.

"Baiklah, aku menghargai keputusanmu. Maafkan aku juga sering tidak mengontrol tingkah lakuku."

Are you sure?

AKU GILA GEGARA TDS 2
ASLI MEREKA KEK MALAIKAT SEMUA
GILAK GUANTENG PUOOOOLLLLLLLL
ASLIII GANTENG
BENER BENER ASTAGHFIRULLAH

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang