Nineteen

77 12 4
                                    

"Gagal lagi?" Sayup - sayup suara bariton terdengar memasuki pendengaran Winter meskipun rintik hujan mulai memenuhi suasana malam yang dingin dan menyedihkan. Gadis itu mencebik kesal ia balikkan badannya menghadap pada pria yang berdiri di belakangnya.

Sudah sangat bisa ditebak, Lee Jeno dengan senyuman khasnya yaitu mengejek. Winter mengepalkan tangan ia gengsi jika harus menangis di hadapan pria menjengkelkan itu. Cepat - cepat ia hapus air matanya namun wajahnya tidak bisa berbohong bahwa ia menangis sembari menahan hati yang sakit.

"Antar aku ke hotel, aku tidak sudi tidur di tenda." Seperti biasa sifat sombong Winter mengalir begitu saja. Membuat Jeno berdecih meletakkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Pria itu berjalan menuju mobilnya yang berjarak beberapa meter dari sini Winter mengikutinya dari belakang.

BRUUSSHHHHH

Hujan deras turun dengan tempo maksimal membuat dedaunan bergerak ke kanan dan ke kiri pepohonan basah sampai ke akarnya dan suasana menjadi semakin berisik.

Seorang gadis dengan jaket tebal melekat di tubuhnya mendongak ke atas langit, tidak ada bintang - bintang yang bisa ia lihat karena hujan terlalu menang di malam ini.

Ia menggosok - gosok telapak tangannya yang dingin sembari meniup menggunakan napas dalamnya. Namun nihil karena angin tertiup terlalu kencang. Hingga sosok dengan penampilan kuyub berdiri di hadapannya. Gadis itu melebarkan mata.

"JAEMIN!" Pekiknya keras namun masih kalah dengan suara hujan. Ia segera menarik pria itu ke sebuah Jogjlo yang barusan ia tempati. Untungnya ia membawa tas dengan beberapa baju seadanya dan satu jaket ganti.

Bibir Jaemin tampak pucat membuat gadis itu ribuan kali merasa bersalah, dengan cekatan ia melepas jaket Jaemin menyisahkan kaos hitam yang melekat di tubuh pria itu.

Ia menyibakkan jaket prianya meletakkan di balkon Joglo yang kokoh kemudian kembali menghadap pada Jaemin yang sedari tadi tidak melepaskan pandangan ke arahnya.

"Maafkan aku," Kedua tangannya menangkup pipi Jaemin tanpa ragu menarik rahang pria itu hingga kedua bibir mereka bersentuhan. Jaemin memejamkan matanya mereka saling berbalas cinta melalui lumatan di malam hujan yang dingin dan sepi.

Sekali hentakan tangan Jaemin menarik tubuh gadis itu lebih merapat padanya. Hingga ciuman terlepas tergantikan dengan posisi saling memeluk erat seakan tidak mau berpisah.

"Aku hampir mati jika kau benar - benar hilang di hutan ini."

Tawa Jiya meledak begitu saja, ia tidak tahu jika Jaemin benar - benar mencarinya. Ia pikir pria itu memilih untuk segera tidur di tenda mengingat perjalanan menuju ke tempat ini sangat jauh dari kota yang mereka tinggali.

"Kau benar - benar mencariku?"

"Menurutmu!?" Ketus Jaemin sembari memalingkan wajah, tak lupa bibirnya yang mencebik lucu pria itu tampak merajuk.

Gadis Kim bertubuh gempal itu mengulum senyum, ia membuka resleting tasnya mengeluarkan jaket simpanan yang ia bawa. Memakaikannya pada pria ajaib yang entah datang dari mana bisa membuatnya sebahagia ini.

"Maaf membuatmu khawatir, dan terimakasih telah mencariku."

Deretan gigi rapi nan putih milik Jiya terlihat.

🐰

PRAAAANG

Sudah ketiga kalinya setelah meneguk wine yang terisi pada gelas kaca tinggi Winter tak segan melempar gelas kaca mahal itu sampai pecah berkeping - keping. Emosinya semakin meledak kala Jeno memperlihatkan adegan sepasang kekasih di Joglo pinggiran hutan tadi. Winter sangat geram.

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang