Twenty Nine

75 9 0
                                    

"Aku sudah tidak peduli tentang anak itu."

Polisi Go Eun menghela napas, sekuat tenaga menahan emosi pada pria dewasa di hadapannya.

"Mohon maaf tuan, tapi jelas - jelas nama lengkap Kim Minjeong masih ada didalam kartu keluarga Anda. Otomatis hak anak masih di bawah kuasa Anda!" Nada polisi Go Eun mulai menaik.

Pria dewasa bernama Kim Jong In atau sering di panggil Kai itu mendesah malas. Sungguh ia sudah malas mengurus anak perempuannya itu. Meski dalam lubuk hatinya ia sadar bahwa ini juga kesalahannya. Terlalu membebaskan sang anak hidup tanpa pengawasannya. Bahkan saat masih di bawah umur anak itu sudah mengonsumsi alkohol. Kai hanya peduli soal pengiriman uang untuk anak itu, selebihnya terserah.

Arloji super mahal yang melingkar elegan di tangannya menunjukkan pukul 12 siang, padahal jam 1 nanti ia harus melakukan rapat perusahaan.

"Tuan! Aku butuh jawaban dan kesediaan Anda!" Setelah sekian lama diam polisi wanita tersebut kembali mengangkat suara, kali ini nadanya terkesan tidak ramah dan habis kesabaran.

Kai memijit pelipisnya, ia keluarkan iPhone mahal dari kantong celananya kemudian menelpon seseorang.

'Chan, batalkan semua rapat nanti. Aku ada urusan yang lebih penting. Ini menyangkut banyak orang'

'Maksudmu? Aku tidak pernah melihatmu peduli dengan semua orang'

'DIAM KAU CEREWET! Batalkan rapat segera!'

Mendengar keputusan Kai membuat wanita dihadapannya tersenyum puas. Sebuah mobil polisi membawa Kai menuju suatu tempat.

🐰

Seorang pria dan wanita sedang berjalan beriringan di sebuah taman yang berada di kota Gangnam. Mereka saling tersenyum dan bercanda sesekali kejar - kejaran. Vibes pasangan baru, lebih tepatnya sang pria barusan menyatakan perasaannya beberapa jam yang lalu.

Namun candaan mereka berhenti seketika, melihat sosok kurus di seberang sana yang terbalut hoodie hitam kebesaran. Menatap tajam mereka seakan mereka adalah musuh terbesar dalam hidupnya.

Langkah Gissele mundur tiba - tiba, menggenggam erat tangan pria yang setia di sampingnya. Ia meneguk ludah memandang sosok yang setia memandang mereka dengan jarak beberapa puluh meter. Namun bisa dilihat tatapan gadis itu menghunus tajam.

"W... Winter." Gumam Gissele kepalanya menengok ke arah Mark di sampingnya. Pria itu menghela napas, memastikan semua baik - baik saja.

Gadis bermarga Kim dengan keadaan yang berbeda dari yang dulu tersebut berdecih dengan tatapan mengejek.

"Sepasang kekasih yang ternyata teman penghianat." Ungkap Winter dengan wajah penuh kebencian.

Mark terkekeh. "Bukankah kau yang penghianat? Harusnya kau sadar, kaulah yang berpenyakit selama ini. Bukankah kebahagiaan bisa di ambil lewat jalur lain? Yang lebih baik!" Sindir Mark terang - terangan.

Pisau yang dipegang Winter pada telapak tangan kanannya semakin mengerat. Jiwanya kini telah dipenuhi dengan dendam yang belum ada habisnya. Rasanya ia ingin membunuh Mark sekarang juga. Perkataan pria itu sangat menyakiti hatinya.

Tubuh lemah gadis itu berjalan pelan mendekati dua sejoli yang berperasaan terbalik. Gissele yang tampak ketakutan dan Mark yang tampak menantang dirinya.

"Kau bilang apa? Aku berpenyakit?" Mata Winter melotot dan tanpa sadar mengeluarkan air mata.

"Winter, sadarlah. Percuma kau melakukan semua hal ini, kau akan semakin parah dari hari ke hari." Mark justru mendekati gadis itu tanpa takut. Gissele yang tersadar akan pisau yang dibawa Winter di tangan kanannya segera menahan lengan Mark.

"Cih, kau takut kekasihmu mati kan?" ejek Winter dengan seringaian. Sementara Gissele hanya menunduk sebisa mungkin tidak bersuara dan tidak mengeluarkan air mata.

"Kau mau menusukku? Silahkan!" Mark semakin menantang gadis bermarga Kim dengan dendam yang mengepul. Sementara Gissele tak kuasa menahan air matanya, kepalanya menggeleng patah - patah.

"MARKLEE JANGAN!" Teriakan Gissele terdengar pilu.

Semakin dekat pria itu ke arah Winter dan semakin mengembang senyuman mengerikan dari wajah cantik gadis bermarga Kim yang sekarang sudah meyakinkan dirinya sebagai seorang pembunuh.

"Mark!! Kumohon!" Isakan Gissele semakin keras. Kepala pria itu menoleh kebelakang, menatap gadis pujaannya dengan tatapan yang teduh.

"Kau percaya Tuhan kan?" Perlahan ia lepas pegangan Gissele yang ada di lengannya itu.

Merasa semakin menang, Winter mengangkat pisaunya. Mendekat ke arah Mark yang berjarak beberapa meter lagi dari tempat berdirinya.

"KIM MINJEONG!"

Are you sure?

Niat ngetik 1000 words seperti biasanya pupus seketika. Karena wifi rumah mati tiba - tiba!!!

😭😭😭😭😭😭

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang