Twenty-seven

68 7 0
                                    

"Jaemin Na," sang Mama menatap Jaemin dengan mata berkaca - kaca pria itu baru saja selesai menyuapi mamanya ia sangat senang karena nafsu makan Mama kembali membaik.

Ditaruhnya nampan yang berisi piring kosong itu di sebelah meja ranjang rumah sakit. Jaemin tersenyum memandang wajah wanita kesayangannya itu. Ia genggam kedua tangan Mamanya sembari membalas tatapannya.

"Iya Ma, ini Jaemin. Mama butuh sesuatu?" Tutur lembut Jaemin membuat sang Mama semakin semangat untuk segera sembuh dari kecelakaan yang menimpanya. Wanita berumur 40 han tahun itu berpikir jika ia harus segera menyampaikan sesuatu pada anak semata wayangnya itu.

"Apapun yang terjadi, kau harus bersama Kim Jiya."

"Mama hanya ingin kau bahagia bersama Kim Jiya." Sang Mama meneteskan air mata, membuat hati Jaemin menjadi sakit. Ia selalu sakit ketika melihat orang - orang yang ia sayangi meneteskan air mata. Direngkuhnya tubuh sang Mama ke dalam dekapannya.

"Iya Ma, Jaemin janji. Lagipula Jaemin hanya mencintai wanita itu, setelah Mama." Ungkap sang putra sembari mengelus pelan punggung sang Mama.

Mengangguk dengan pelan, wanita paruh baya itu melonggarkan pelukannya sembari tersenyum. Wajah manis dari wanita anggun itu benar - benar mewarisi anaknya. Jaemin juga memiliki senyum semanis sang Mama.

"Kalau begitu, Mama semangat sembuh oke." Putra semata wayangnya itu mulai mengeluarkan wajah jenaka membuat sang Mama tertawa bahagia. Betapa beruntungnya memiliki anak seperti Na Jaemin.

🐰

Sementara di rumah sakit besar yang terletak di ujung kota Gangnam. Seorang gadis bertubuh tambun sedari tadi duduk di kursi sebelah ranjang rumah sakit. Ia melihat ke arah pasien yang masih memejamkan mata dengan raut wajah khawatir. Terhitung sejak insiden tertusuk itu Jeno belum juga sadar dari tidur panjangnya. Namun jika pria itu tersadar mungkin nyeri di perut sebelahnya itu akan semakin terasa.

Cklek...

Pintu terbuka menampakkan seorang pria berwajah asia sedikit eropa. Pria tersebut memiliki wajah yang classy dan terlihat menyenangkan.

"Kim Jiya?" Tebak sang pria membuat Jiya otomatis berdiri dari tempat duduknya membungkuk 45° kemudian tersenyum.

"Kau masih ingat aku? Bukankah kita sekelas juga?" Sahut pria itu dengan antusias.

Kim Jiya mengangguk mengeluarkan senyuman ramahnya. "Marklee ya? Aku masih ingat hehe." Canggung, itulah yang dirasakan seorang Kim Jiya ketika berbicara dengan pria lain selain Na Jaemin. Karena sedari dulu ia terbiasa sendiri tanpa bersosialisasi dengan seorang teman.

Suara ranjang Jeno menyadarkan obrolan ringan mereka berdua. Jiya dengan cepat berjalan ke arah Jeno yang membuka matanya sembari meringis kesakitan. "Aishhh, tusukannya masih terasa." Keluh Jeno.

Mark menggeleng sembari bergidik ngeri. "Ternyata wanita itu benar - benar psikopat." Mark berjalan sembari menaruh buah tangannya di atas meja besar ruangan ini. Setelahnya ia mengambil sebuah kursi di pojok ruangan dan meletakkannya di samping kursi Jiya duduk dengan santai sembari menatap Jeno dengan iba.

"Apa maksudmu?? Menatapku seperti itu?" Kesal Jeno sembari menunjuk ke sebelah ranjangnya. Kode agar Jiya mengambilkan camilan di atas meja. Setelah mendapatkannya Jeno segera membuka kaleng camilan tersebut dan memakannya seolah ia orang yang sehat.

Mark mendengus malas, ia menengok ke arah jendela. Cuaca hari ini sangat bagus.

"Winter sedang dalam proses hukuman, Aku tidak menyangka detektif Go Eun menemukan ia begitu cepat. Hanya dalam waktu beberapa menit di malam tadi."

Sontak Jeno dan Jiya melebarkan mata. "SERIUS?" Suara mereka menggema diruangan. Namun berbeda dengan Jeno yang langsung meringis sembari memegangi perutnya yang di balut perban tebal hingga rasanya keras sekali.

"Jangan bergerak dulu Jeno." Ungkap Jiya menampakkan raut khawatir ketika pria itu meringis sembari membenarkan posisi bersandarnya.

Pria dengan mata oxy itu tersenyum sembari mengangguk. Ada rasa penyesalan dalam hatinya. Dimana dulunya ia sangat membenci wanita gemuk bermarga Kim itu, bahkan pernah menendang keras wanita itu di kelas. Apakah ini karma bagi Jeno? Karena telah menendang wanita sebaik Kim Jiya?

"Aku yakin ini karma." Sesal Jeno sembari menunduk menatap ke arah lantai rumah sakit.

"Maksudmu?" Mark menaikkan sebelah alisnya.

Pandangan Jeno beralih pada wanita gemuk yang duduk di sebelah Mark. Dengan wajah sesal sedalam - dalamnya Jeno meraih tangan wanita itu.

"Aku minta maaf, sering menyakitimu pada saat kita sekolah dulu. Aku bahkan pernah menendangmu saat drama di kelas pagi itu."

"Maafkan Aku Jiya, aku sangat menyesal. Memperlakukan gadis baik sepertimu dengan tidak baik sama sekali. Aku ini pria yang sangat jahat."

Beberapa detik setelah Jeno menyelesaikan kalimatnya. Seulas senyum di wajah Jiya terbit. Gadis itu menggeleng pelan.

"Semua manusia pasti memiliki kesalahan. Aku sudah memaafkanmu, terimakasih atas perminta maafannya. Aku sangat menghargai itu."

Mark dan Jeno tersenyum saling pandang. Mereka merasakan aura positif dari gadis gemuk yang dulunya sering terbuli di sekolahan. Hal ini mengajarkan mereka bahwa sebagai pria hendaknya melihat wanita dari dalam hatinya. Bukan dari wajah dan penampilannya apalagi fisiknya.

"Sudah jelas, mengapa Jaemin lebih memilihmu dari pada Winter." Kini Mark yang gantian bersuara.

Mendapat pujian dari seorang Marklee Jiya hanya bisa terkekeh pelan. Kesabaran yang ia tanam selama ini perlahan - lahan menumbuhkan bibit bibit kebahagiaan sedikit demi sedikit. Teman pria yang dulunya tidak kepikiran sama sekali untuk berbicara maupun dekat dengan mereka sekarang bisa berinteraksi sesantai ini. Semoga Jaemin nya tidak cemburu.

Tiba - tiba ponsel gadis itu bergetar pertanda sebuah notifikasi masuk.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cepat kembali Na, Aku merindukanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cepat kembali Na, Aku merindukanmu." Batin Jiya.

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang