Twenty Three

70 11 0
                                    

Seorang pria dengan balutan pakaian wisuda yang pas ditubuhnya barusan menyelesaikan satu dua patah kata untuk guru, teman serta ucapan terimakasih untuk sekolahnya. Prestasi gemilangnya membuat semua jajaran sekolah bangga padanya.

Tak bisa dipungkiri bahwa pria itu memang diidolakan oleh seluruh orang yang memandangnya. Sopan, tampan, pintar. Sempurna, itu sebuah kata yang menggambarkan seorang Na Jaemin.

Menuruni tangga panggung, Jaemin menyalami satu persatu gurunya. Doa, pujian dan harapan baik terlontar satu persatu dari guru - gurunya.

Seorang gadis dengan baju wisuda yang serupa namun berukuran tak sama dengan semua orang di tempat wisuda tersebut menatap Jaemin dengan kagum binar matanya menunjukkan bahwa pria itu benar - benar luar biasa di matanya.

Semburat merah timbul di pipi putihnya yang gembul ketika tangan Jaemin terulur di hadapannya. Kepala gadis itu menunduk.

"Kenapa harus seperti itu?"

"Kau kan kekasihku!" Kekeh Jaemin sembari mengangkat dagu gadis itu.

"Jaemin, please jangan dulu ini masih di tempat umum. Aku.... "

"Baiklah - baiklah, sayangku yang paling pemalu. Kalau begitu ayo kita berfoto saja." Jaemin menggandeng Jiya menuju sebuah banner yang sepi mengajak gadis itu selfie berdua.

"Satu dua tiga, sayang jangan malu. Ayo senyum," Jaemin agak kesal karena Jiya dari tadi menunduk.

Setelah selesai berfoto, dari arah pintu utama keluarga Jiya berdatangan. Mulai dari mama yang membawa bucket bunga, papa yang berjalan dengan santai dan Jungwoo yang tersenyum sembari melipat tangannya ke belakang punggung.

"Kim Jiya kamiiii, selamat." Mama memeluk sang bungsu dengan penuh kasih sayang. Disusul papa yang berakhir pelukan kedua pasangan dan anak perempuannya itu. Sangat menggemaskan.

Jaemin menatap haru keluarga bahagia itu. Ada rasa hangat ketika melihat betapa lembut dan baiknya keluarga Kim Jiya. Itu alasan mengapa anak perempuan mereka juga memiliki sifat lembut dan baik seperti itu.

Jungwoo yang melihat Jaemin terdiam dengan tatapan bahagia mendekat ke arah pria bermarga Na itu. Mengeluarkan bucket bunga, ia tersenyum manis kepada Jaemin. "Ini untuk adikku yang sangat hebat." Dia berseru dengan antusias.

Ada rasa haru di hati Jaemin, entah kenapa melihat keluarga Jiya yang harmonis membawa kehangatan yang jarang ia rasakan.

Baekhyun menghampiri pria bermarga Na, memberikan senyuman manis dan tak lupa pelukan hangat sembari menepuk punggung lebar seorang pemuda tampan dengan segudang prestasi yang telah diraihnya.

"Papa bangga padamu Na Jaemin," Jaemin berusaha sekuat tenaga menahan air matanya. Hanya dengan berlinang air mata dia mempertahankan posisi itu berusaha terlihat baik-baik saja di depan keluarga kecil gadis yang sangat dia cintai.

Ponsel pria itu berdering di saku celananya. Tangannya terulur dan segera menjawab penelepon asing itu. Nomor tersebut juga bukan nomor dari Korea. Dia mengerutkan kening pada tanda hijau.

"Excuse me, is this really Mr. Na Jaemin?"

Jaemin mengangguk samar, tanpa sadar meneguk ludahnya mendengar suara berat yang terdengar brithis sudah jelas bahwa ini orang barat.

"Yes, this is by myself! Why?"

"We're sorry, we found your mother in a series of accidents on the streets of Los Angeles this afternoon."

Lidah Jaemin kelu, ia tidak bisa berkata apa - apa. Tubuhnya seketika membeku dan keringat mulai muncul di pelipisnya.

"Mr. Na Jaemin?"

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang