Thirty-three

100 9 0
                                    

Kim Jiya memijat pangkal hidungnya, sudah berjam - jam ia berkutat di depan laptopnya bersama tumpukan kertas yang sudah ia susun rapi dan mesin print yang sedari tadi tidak berhenti mencetak tinta - tinta yang tertoreh rapi di setiap kalimatnya. Dengan cekatan Jiya mengambil map dan memasukkan dokumen sesuai dengan kriterianya. Selesai dari kegiatan itu ia melirik ke arah jam dinding di ruangan kantornya. Sudah jam 5 sore, saatnya ia pulang. Kantor juga sudah mulai sepi, hanya ada beberapa divisi yang masih standby untuk kepentingan perusahaan.

Perut keroncongan Jiya menghentikan langkah gadis itu, ia meringis merasakan perih di lambungnya. Ini sudah terjadi kesekian kali semenjak tubuhnya tidak lagi gemuk seperti dulu. Merasakan sakitnya sedikit menghilang gadis itu kembali melanjutkan langkahnya, menunduk hormat setiap ada orang yang berlalu lalang di setiap langkahnya.

Sekuat tenaga Kim Jiya mencondongkan tubuhnya untuk menekan tombol lift menuju area parkiran mobil, gadis itu memeluk perutnya dengan erat menahan dinginnya AC didalam lift tersebut. Harusnya tadi ia naik eskalator saja. Setelah pintu lift terbuka langkah gontainya memasuki area parkir.

Menyalakan mesin mobil Jiya merasa perutnya semakin menjadi - jadi, ia menundukkan kepalanya sembari meringis menempelkan dahinya pada stir mobil.

Drttttttt drrrrttttt drrrrtttttt ponselnya menyala menampilkan pemanggil yang tertera pada layar ponselnya.

Iya?

Kau dimana? Aku barusan keluar membelikanmu makanan. Kau belum makan seharian bodoh!

Aku, masih diparkiran mobil. Kukira kau sudah pulang duluan.

Tidak, baiklah aku kesana sekarang.

Menghela napas lega, Jiya kembali memeluk perutnya dengan erat melampiaskan betapa sakit dan bergemuruh lambungnya. Ia tersenyum tipis membayangkan bagaimana nanti Gissele akan kembali mencelotehinya panjang lebar.

BRAK

"GOTCHA!" Suara Gissele masuk kedalam indera pendengaran. Wajah cantik gadis itu tampak menghela napas. Kedua tangannya menenteng karton berisi makanan.

"Nah! Kan, apa kataku? Lambungmu pasti kambuh lagi. Ayo, makan dulu," Wanita cantik itu duduk di samping Jiya dengan telaten membuka makanan yang ia pesan hingga sesuap sendok tersodor didepan mulut Kim Jiya, gadis itu tidak menolak membuat Gissele tersenyum senang.

Benar saja, perutnya terasa menghangat selaras dengan makanan yang ia telan. Mata gadis itu berbinar masih setia menerima suapan demi suapan yang Gissele berikan padanya.

"Aeri ya, kenapa kau sangat baik padaku?" pertanyaan itu terlontar begitu saja membuat yang ditanya tertawa.

"Kenapa kau tanya begitu? Tentu, karena kau adalah temanku, sahabatku, orang yang sangat berharga bagiku Kim Jiya."

"Kau tahu? Bahkan sejak awal SMA sebenarnya Aku sangat ingin berteman denganmu, namun Karina menghalanginya."

"Bukannya Aku takut, tapi dia mengancam akan menyakiti pria yang sangat aku cintai, haha sebegitu bucinnya aku dengan Mark."

Perkataan gadis itu terjeda beberapa detik, tangannya menggenggam punggung tangan Jiya kemudian mengelusnya pelan. Tak lupa senyuman cantik terbit dari wajahnya.

"Aku tahu, kau pasti sangat merindukan Na Jaemin kan?"

"Aku juga, sangat merindukan Marklee. Dia juga belum memberiku kabar selama berbulan - bulan. Awas saja, jika di Kanada dia menemukan wanita lain, aku pastikan hidupnya tidak akan tenang."

Kedua gadis didalam mobil itu tertawa, entah mengapa nasib yang sama membawa mereka pada kegelian dalam hati masing-masing.

"Jika mereka berdua brengsek, maka kita harus menghadapi bersama. Mengerti?" Sambung Gissele kelingkingnya mengulur di hadapan Jiya dengan senang hati gadis bermarga Kim itu menautkan kelingkingnya. Hingga tawa terdengar menggema lagi.

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang