Air mata Jiya turun setelah mendapat pelukan hangat dari mama dan papanya. Pagi ini mereka berdua harus melakukan perjalanan bisnis ke perusahaan luar negeri. Sebenarnya gadis itu ingin sekali ikut, ia tidak mau sekolah. Namun sang mama sedari tadi menyemangati karena ujian kenaikan kelas besok dilaksanakan.
Sedari tadi gadis gembul itu tidak segera melepaskan pelukannya hingga sang papa terkekeh seraya mencium sayang kening Jiya. "Jungwoo, tolong jaga adikmu ya jangan sampai di sakiti lagi di sekolah." Ujar sang ayah dibalas acungan jempol kak Jungwoo.
"Nanti Jungwoo jemput Jiya lebih awal pa," sang sulung menampakkan senyuman lebarnya.
Tak lama kemudian pesawat sudah turun menjemput penumpang yang hendak naik, mama dan papa melambaikan tangannya pada kedua anaknya. Tangisan Jiya semakin keras membuat Jungwoo menarik adik semata wayangnya itu kedalam pelukan sembari mengelus pelan surai rambutnya.
"Sudah, sudah mama dan papa hanya sampai seminggu kok. Doakan yang baik ya adik." Jungwoo menenangkan Jiya membuat gadis itu mengangguk namun masih sesegukan.
Perlahan pria bermarga Kim itu menuntun adiknya menuju parkiran mobil, kemudian menuntut masuk ke dalam mobil. "
Jungwoo terkekeh melihat sang adik masih menahan sedihnya. Ia melajukan mobilnya sesekali tangannya terulur mengusap surai hitam sang adik.
"Mau makan apa sayang?"
Tidak ada jawaban, Jungwoo menengok ke arah adiknya. Matanya telah tertutup dengan napas teratur, mungkin ia kelelahan setelah menangis tadi. Sepertinya akhir - akhir ini adiknya sering menangis. Ia tidak tahu apa sebabnya, mungkin ia harus mendekat pada adiknya agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Malam telah tiba, Jungwoo berjalan pelan menengok ke arah kamar adiknya. Pintunya tampak sedikit terbuka. Sedikit ketukan pada pintunya membuat sang adik tersadar.
"Jiya, kakak boleh masuk sebentar?"
Terlihat Jiya cepat - cepat menghapus air matanya. Jungwoo menghela napas panjang, kaki panjangnya berjalan mendekati sang adik yang duduk dipinggiran ranjang dengan pemandangan beberapa tisu yang tersebar di sekitarnya.
Mata bengkak Jiya menatap sang kakak dengan sendu. Tangan pria itu mengulur untuk memberikan pelukan hangat pada sang adik. Tangannya dengan lembut mengusap kepala Jiya yang tenggelam pada dada bidang Jungwoo.
"Kalau kamu mau cerita, kakak akan mendengarkannya. Tapi kalau kamu belum siap, tidak masalah." Jari jemari pria itu mengusap lembut air mata adiknya yang masih mengalir deras.
Adik Jungwoo sesegukan, tangisnya terdengar semakin jelas. Membuat sang kakak khawatir dan menatap pilu si bungsu yang sedari tadi hujan air mata.
"K..kak menurut kakak orang sepertiku pantas dicintai tidak?" Pertanyaan Jiya membuat mata Jungwoo melebar. Kakak laki - laki semata wayangnya itu mengangguk sembari menatap wajah sang adik.
Wajahnya pas - pasan namun menyejukkan hati. Sebab Jiya adalah anak baik sedari kecil, Jungwoo sangat menyayangi adiknya itu.
"Siapa yang bilang kau tidak pantas dicinta Jiya? Kau berhak menerima cinta sebanyak - banyaknya."
"Kalau misal ada pria yang menyatakan cintanya padaku? Apa dia benar - benar cinta? Maksudku, kakak lihat sendiri bahwa wajahku pas - pasan. Fisikku obesitas dan aku juga memiliki keterbatasan dalam bersosial karena keseringan insecure."
Jungwoo menghela napas panjang, ia mengeluarkan seulas senyuman tulus sebelum pada akhirnya ia mencubit pelan hidung adiknya yang sudah memerah karena menangis sedari tadi.
"Seorang pria yang menyatakan cintanya padamu, artinya dia adalah pria yang tulus. Ia tidak memandang wanita dari fisiknya, tidak memandang wanita dari wajahnya dan segala materi lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || END
FanfictionSetiap orang pasti memiliki cerita cinta, namun logis kah jika orang dengan fisik sepertiku menerima cinta dari seseorang dengan visual diatas rata - rata? Kim Jiya Na Jaemin 🐰 Are You Sure 🐰 ©RamadaniWna