Two

175 21 17
                                    

Hidup? Apa yang kutahu tentang arti hidup. Menjalani hidup dengan penuh kesabaran, pertahanan emosi dan kesedihan yang selalu melanda di hati. Duduk termenung sendirian di taman sekolah, sembari menendang satu dua kerikil yang ada di depan ujung sepatu untuk menghilangkan kebosanan.

"Hai," suara lembut seseorang menyadarkanku. Mendongakkan kepala untuk sekedar memastikan apakah dia manusia atau bukan. Dahiku mengernyit kala seorang pria mengeluarkan senyuman manisnya ke arahku. Aku menatapnya dengan penuh kecanggungan.

Pria itu tersenyum lagi kemudian mengulurkan tangan. "Aku Na Jaemin, maaf mengangetkanmu sebenarnya aku barusan datang. Kemarin tidak sempat ikut mpls karena ada izin, namamu siapa?" Belum pernah aku mendengar tutur lembut seorang pria. Benarkah dia manusia?

Masih dengan ekspresi bingung yang sama, dengan ragu aku membalas uluran tangannya. "Kim Jiya,,," hening sejenak." Jadi Jaemin kelas 10 juga?" Tanyaku tentunya dengan nada penuh keraguan membuat Jaemin sedikit terkekeh. Dengan santainya ia duduk di sebelahku seperti tidak ada rasa jijik berdekatan dengan wanita gendut sepertiku. Lemak tubuhku agak bergerak kala Jaemin menggeser duduknya semakin mendekat padaku. Gugup, sangat gugup baru kali ini ada pria yang mau mendekatiku.

Pria bernama Na Jaemin itu menganggukkan kepalanya dua kali. Manis sekali, dia pria termanis yang pernah kulihat seumur hidupku. "Sepertinya kita juga sekelas, aku bahkan belum menginjak kelas sama sekali hehe."

Dan selanjutnya suasana dipenuhi keheningan, sepertinya Jaemin tipikal orang yang tidak terlalu banyak bicara. Kami hanya larut dalam pikiran masing - masing, jantungku dengan tidak tahu malunya berdetak sangat kencang. Aku sangat takut jika Jaemin mendengarnya. Ini seperti sebuah ketukan yang terdengar dari stetoskop.

Kriiiiiiiiiiiing

Bel tanda masuk kelas berbunyi, sebuah helaan napas terdengar dari diri sendiri. Akhirnya aku terlepas dari kecanggungan ini. Jaemin membuntutiku masuk ke dalam kelas, sengaja aku berjalan tidak berdampingan dengannya. Banyak sekali sorot mata menatapku dengan jijik sementara tatapan pada Jaemin sangat memuja. Ya, ini bedanya gorengan dan berlian.

Jaemin berdiri di depan mejaku, membuatku menatapnya aneh. "Boleh aku duduk di sebelahmu?" Izinnya penuh kehati - hatian. Aku melihat sekeliling, memang semua kursi sudah penuh. Kuanggukkan kepalaku membuat Jaemin tersenyum senang. Tidak - tidak, jangan kepedean mungkin Jaemin memang membutuhkan tempat duduk untuk belajar.

Suasana kelas menjadi ramai, penuh bisik - bisik picingan mata tajam ke arahku dan kehisterisan melihat Jaemin. Derap langkah memasuki kelas mengalihkan perhatian kita semua. Bu Yeri masuk dengan senyuman manisnya. Menenteng map yang berisi soal - soal matematika seperti biasa.

"Selamat siang anak - anak, masih semangat?" Senyuman bu Yeri mengembang, sungguh cantik dan menarik.

"Sedikit Bu," kompak anak - anak ekor mataku melirik pria yang duduk tenang di sebelahku. Sialnya Jaemin menyadari, ia tersenyum manis. Jantungku, tidak aman.

Tawa Bu Yeri pecah memenuhi ruang kelas. Kuku cantik yang terawat mengetuk dokumen beberapa kali, dengan pandangan ke arah kita. "Baiklah, ibu tidak akan memberikan soal karena sepertinya kalian lemas sekali. Lebih baik, kita membahas soal saja ya."

"Horeeeeeeee" sorak sorai terdengar dari teman - teman semua.

Tulisan Jaemin, aku melirik tulisannya. Ya ampun, baru kali ini aku melihat tulisan seorang pria serapi dan sebagus dia. Tapi ku akui masih bagusan tulisanku, sombong sedikit tidak apa - apa. Meski fisik jelek namun tulisan tetap harus cantik dan rapi.

Jaemin menyenggol lenganku, sontak pandanganku beralih padanya. Lagi dan lagi senyuman manisnya itu. "Boleh pinjam tip x," cicitnya sampai suaranya pada deep voice yang terendah.

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang