Twenty-Six

62 7 0
                                    

Kim Jiya P. O. V on.

Sudah terhitung sejak seminggu Jaemin pergi, Aku jadi semakin merasa kesepian. Kak Jungwoo berambisi untuk menyelesaikan skripsinya. Dan mama bolak balik Gangnam - Busan untuk mengurus perusahaan.

Pagi hari di minggu yang cerah, aku merasa bosan terus menerus dirumah. Sepertinya mencari angin di luar cukup bagus, namun sebelum pergi aku harus izin dulu pada Mama.

Berjalan di jalanan Gangnam yang terlihat aesthetic sesekali melihat turis dari luar membuatku terhibur. Aku tertarik mengunjungi beberapa stand makanan setelah itu duduk di taman yang cukup sepi.

Aku mulai menikmati odeng yang barusan kubeli di pinggir jalan tadi. Entah mengapa jajanan pinggir jalan itu enak sekali. Sudah lama aku tidak merasakannya.

Dari arah sana, ada seorang wanita dengan hoodie putih berjalan sembari melihatku. Aku mengerutkan kening, setelah benar - benar melihat sosoknya aku segera berdiri dari tempat dudukku.

"Eh, Kim Jiya." Langkahku terhenti kala wanita itu menyebut namaku.

Membalikkan badan, aku melihat ia tersenyum sangat manis. Setelahnya kaki jenjangnya melangkah mendekat padaku.

Wanita di hadapanku ini, Winter. Ia tampak tersenyum ramah. Tidak ada gelagat jahat sama sekali yang kutangkap darinya.

"Bagaimana kabarmu Kim Jiya?" Sebuah pertanyaan yang sama sekali tidak pernah terlontar darinya. Aku sedikit curiga namun berusaha bersikap biasa saja.

"Baik, kau sendiri?" Balasku.

Winter menghela napas panjang, parasnya memang benar - benar cantik. Aku tidak habis pikir, mengapa Jaemin menolaknya berkali - kali.

"Baik, by the way aku ingin mengajakmu jalan - jalan. Apa bisa?" Sebuah penawaran yang tak pernah Winter lakukan selama ini. Aku agak kaget sebenarnya.

Aku mengangguk, karena dasar dari sifatku tidak enakan. Aku tidak mungkin menolak ajakan gadis manis ini.

"Baiklah kalau begitu ayo." Tangan mungilnya yang cantik dengan kuku berwarna warni menggandengku. Namun aku tersentak kala sebuah tangan kekar menahan lenganku dari belakang.

"Lee Jeno!" Pekikku membuat Winter menoleh kebelakang.

"Sorry, barusan saja Mamamu menyuruhku menjemputmu karena ia ingin berbicara sesuatu denganmu."

Aku melebarkan mata, sejak kapan Jeno mengenal mama? Apa pria ini sedang berbasa - basi.

Hening sejenak, entah mengapa aku merasakan perubahan aura yang menyelimuti sekitar menjadi sangat tidak nyaman. Sungguh tidak nyaman.

"Kim Jiya," panggil Jeno lagi.

Aku melepaskan gandengan tangan Winter, membuat gadis itu tersenyum kecut.

"Maaf Winter," ujarku tidak enak.

Gadis itu mendengus kesal. "Okelah, Lee Jeno sialan." Gumam Winter masih bisa terdengar olehku.

Jeno tersenyum, ia kembali menggandengku. Baru saja selangkah hendak pergi.

SRAAAAKKKK

Jeno melebarkan matanya kala perutnya tertusuk tiba - tiba. Sementara Winter langsung lari begitu saja meninggalkan Jeno yang kesakitan. Tanganku bergetar hebat melihat Jeno yang berusaha mencabut pisau dari perutnya.

"Lee Jeno..... "

Dengan tangan bergetar hebat aku menelpon ambulance dan polisi.

"Lee Jeno, bertahanlah." Ujarku sembari melepas cardigan ku kemudian membalut kan di perut Jeno yang bersimbah darah. Ya Tuhan selamatkan pria ini.

Are You Sure? || FF NCT NA JAEMIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang