Chapter 76 : Tamparan Yang Layak Didapatkan
Tahun ini Putra Mahkota baru berumur sepuluh tahun. Meskipun tabah dan dewasa sebelum waktunya, dia masih seorang anak-anak, dan sebagai seorang anak kecil, dia melakukan kesalahan yang kekanakan, kalau tidak dia pastinya sudah berubah menjadi monster.
Dari penjelasan Wang Zhi, bisa dibilang kalau kesalahannya sebenarnya bukanlah masalah yang besar.
Setelah Selir Ji meninggal dunia, dia dimakamkan di pemakaman kekaisaran, dan mempunyai batu peringatan sendiri untuk melakukan persembahan. Tetapi, berhubung adanya penghalang dari Selir Wan, Ibu Suri Zhou menasehati Putra Mahkota untuk tidak terlalu sering mengunjungi aula doa, jangan sampai membuat marah Selir Wan sehingga dia melakukan sesuatu yang akan merugikan Putra Mahkota.
Saat mendekati hari peringatan kematian ibunya, sang pangeran sangat merindukannya. Karena dia tidak bisa pergi ke aula doa, dia diam-diam memasang meja altar di Istana Timur untuk mendoakan dan menghormati Selir Ji, menangis saat dia berkeluh kesah kepada mendiang ibunya secara diam-diam. Hal itu tidak lebih dari dia menanyakan kenapa ibunya menelantarkan dan meninggalkannya seorang diri, sebuah curahan hati seorang anak yang melewati masa-masa sulit dalam hidupnya.
Itulah sifat alami manusia. Hari-hari sang Pangeran juga selalu tertindas; sekarang ayahnya mempunyai lebih dari satu anak di pangkuannya dan sibuk dengan kultivasi keabadian, alkimia, ditambah dengan bergaul dengan Guru Bangsa, dia tidak waktu untuk peduli tentang Putra Mahkota.
Han Zao sudah meninggal, begitu juga dengan Yuan Liang. Hanya ada segelintir orang di sisi Pangeran yang dekat dengannya, dia tidak bisa mengeluh kepada guru-gurunya. Kalau dia juga tidak bisa berkeluh kesah kepada mendiang ibunya, lalu kepada siapa lagi?
Tetapi, yang bicara tidak punya niatan apa-apa, sementara yang mendengar mempunyai maksud tersembunyi. Doa dan curahan hati sang Pangeran kepada ibunya sudah didengar oleh seseorang, yang pergi melapor kepada Selir Wan.
Mata dan telinga Selir Wan bertebaran di seluruh istana, tanpa terkecuali di sekitar Putra Mahkota. Meskipun Istana Timur dijaga dengan ketat dan mempunyai banyak pelayan setia di dalamnya, tidak mencegah Selir Wan untuk menempatkan mata-mata yang bisa menguping Putra Mahkota setiap saat.
Setelah mengetahui hal ini, Selir Wan menjadi marah dan takut, sehingga mengadukannya kepada Kaisar, mengatakan bahwa Pangeran belum melupakan dendamnya atas kematian ibu kandungnya, hati Pangeran dipenuhi kebencian dan dia mengatakan banyak hal yang tidak terpuji saat berdoa di meja altar ibunya. Kalau dia hanya rakyat biasa, itu tidak menjadi masalah, karena paling banyak Selir Wan yang akan terkena imbasnya, tetapi karena ini keluar dari mulut seorang Putra Mahkota, menyerahkan seluruh negeri yang besar kepadanya akan membuat orang merasa khawatir.
Bisa dikatakan bahwa Selir Wan menjadi lebih pintar. Bukan saja dia yang memulainya, tetapi dia juga berdiri atas kepentingan negeri, satu set kalimatnya benar-benar membuat Kaisar tertegun. Pada saat itu, Li Zhisheng, Ji Xiao, dan yang lainnya dari fraksi Wan bergantian memuji Pangeran Keempat, Zhu Youyuan, yang lahir dari Selir Shao.
Hal yang lebih penting adalah Selir Wan sudah mengatakan sesuatu yang memprovokasi Kaisar, bahwa Putra Mahkota masih muda, tetapi paham bagaimana menarik pujian. Dia dengan sengaja berteman dengan para pejabat penting, dan meminta mereka menyebarkan reputasi baiknya di luar, sehingga membuat dia bisa mengumpulkan pendukung dari pejabat-pejabat luar istana. Orang-orang itu memikirkan kekayaan sejauh mata mereka memandang, dan ingin memuji Putra Mahkota supaya mereka nantinya bisa mendapatkan jasa karena mendukung ‘naga’ — jika hal ini berlanjut, kekuasaan Yang Mulia mungkin berada dalam masalah.
Sudah jelas, Selir Wan tidak akan mampu memikirkan hal ini sendiri. Pasti ada seseorang yang berbakat di sisinya yang memberinya saran.
Meskipun Chenghua berhati lembut, dia tetap seorang Kaisar, dan tidak mentolerir orang lain menyentuh sisi sensitifnya, yaitu tahta negeri ini. Siapapun yang memberi ide kepada Selir Wan mengerti dengan pasti akan hal itu, kemudian dengan sengaja mengusik hati sang Kaisar.
KAMU SEDANG MEMBACA
成化十四年 / The Sleuth Of Ming Dynasty / The Fourteenth Year Of Chenghua
Historical FictionTerjemahan Bahasa Indonesia (bukan Google translate) Judul : 成化十四年 (Chenghua Shi Si Nian), The Fourteenth Year of Chenghua, Tahun Keempat Belas Chenghua Live Action : The Sleuth of The Ming Dynasty, Detektif Dinasti Ming Pengarang : Meng Xi Shi (梦溪...