Chapter 119 : Maju Selapis Demi Selapis, Berhadapan Dengan Musuh, Dan Sui Zhou Sang Pelayan
Xiao Wu tidak mau mati. Terlebih lagi, dia tidak mau mati demi Chen Luan, atau terkubur bersamanya, kalau tidak mana mungkin dia akan bimbang untuk mengkhianatinya atau tidak.
Dan kemudian peristiwa ini terjadi.
Melihat pedang-pedang yang datang dari tiga sisi, dia tanpa sadar menjerit, dengan erat mencengkeram baju Tang Fan, dan menyembunyikan diri di belakangnya.
Kekuatan tiga serangan tidak melambat karena tindakannya itu, hanya ada Xiao Wu di mata mereka. Kalau tidak ada rintangan apapun, Tang Fan akan ikut tewas bersamanya di bawah ancaman pedang-pedang itu, sekaligus dan bersamaan.
Dengan semua ini berlangsung dengan sangat cepat, tidak ada seorangpun yang berada di jalan utama kota bisa bereaksi tepat waktu, mereka semua bahkan lupa untuk berteriak.
Xiao Wu tidak bisa bergerak, kedua matanya terbelalak lebar. Ini semua sama sekali tidak membuat daya tariknya menjadi sirna, si cantik yang sedang ketakutan justru bisa membangkitkan insting untuk melindungi, tetapi tidak seorangpun bisa mengagumi pesonanya saat ini. Semua orang membeku, hanya bisa mengikuti dengan pandangan ke arah pedang-pedang yang berkilat, menjadi saksi sebuah peristiwa berdarah dan kematian.
Pedang yang menebas ke bawah ke arah kepala Xiao Wu terhenti. Hembusan angin yang disebabkan olehnya mengibaskan rambut wanita itu, membuatnya berkibar.
Si pembunuh juga menjadi agak terkejut. Dia tidak menyangka serangannya akan ditahan, dan pada saat yang bersamaan, dia merasakan rasa sakit tajam dari pergelangan tangannya. Memandang ke bawah, dia melihat separuh tangannya sudah terpotong rata dari pergelangan tangannya, terbang ke udara bersama dengan pedangnya.
Darah menyembur keluar, menodai baju Xiao Wu, dan wanita itu kembali menjerit.
Dua orang pembunuh lainnya juga menghadapi situasi yang sama, bahkan tidak mengetahui bagaimana hal ini bisa terjadi.
Satu orang terlempar tinggi di udara, kemudian jatuh menabrak sebuah meja dagangan seorang penjual gula-gula di pinggir jalan, menghancurkannya sampai berkeping-keping. Beruntung pemiliknya dengan cepat melihat sebuah kesempatan dan sudah kabur menjauh sebelumnya, jadi dia tidak terseret ke dalam malapetaka.
Pembunuh lain berpikir untuk mundur saat melihat kegagalan rekannya, tetapi sebelum dia bisa berbalik, sebuah pedang xiuchun sudah menikam menembus punggungnya. Tindakan terakhir dalam kehidupannya ini adalah menundukkan kepalanya dan melihat ujung pedang xiuchun yang bersimbah darah berkilat terkena cahaya matahari.
Tiga pembunuh, dari tiga arah. Semuanya sudah diatasi dalam sekejap mata.
Di Han mencabut pedangnya keluar dari tubuh si pembunuh. Ekspresi wajahnya tenang seperti biasa, dan dia bahkan membungkuk untuk menyeka pedangnya yang berlumuran darah ke baju pembunuh yang tewas sebelum berjalan ke arah pembunuh lain yang menghancurkan meja dagangan.
Menghadapi ‘dewa neraka’ yang sudah membunuh tanpa keraguan, bahkan pembunuh itu menjadi ketakutan. Dia tidak bisa bangun, hanya bisa mengawasi saat pihak lain mendekat selangkah demi selangkah, beringsut mundur dengan panik sambil berteriak untuk menunjukkan kekuatannya yang palsu, “Jangan mendekatiku! Jangan kau mendekat!”
Tepat saat itu, orang-orang di jalan kelihatannya berdesakan saling dorong, saat suara jeritan dan teriakan terdengar dari segala arah. Setelah sedikit kekacauan, area berjarak setengah li di sekitar kelompok Tang Fan dan Di Han menjadi kosong dengan cepat.
Di Han berjalan mendekat dan mengangkat si pembunuh bangun, tanpa suara membuka rahang pembunuh itu untuk mencegahnya menggigit racun yang tersembunyi di giginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
成化十四年 / The Sleuth Of Ming Dynasty / The Fourteenth Year Of Chenghua
Historical FictionTerjemahan Bahasa Indonesia (bukan Google translate) Judul : 成化十四年 (Chenghua Shi Si Nian), The Fourteenth Year of Chenghua, Tahun Keempat Belas Chenghua Live Action : The Sleuth of The Ming Dynasty, Detektif Dinasti Ming Pengarang : Meng Xi Shi (梦溪...