成化十四年 / The Sleuth Of Ming Dynasty / The Fourteenth Year Of Chenghua

Extra Ch. 10 : Lautan Luas

Extra Chapter 10 : Lautan Luas

Karakteristik etnis Dataran Tengah yang mengikatnya menjadi satu adalah tidak menyukai ekspansi yang tidak beralasan. Dinasti ini juga tidak terkecuali; setelah wilayah kekuasaannya dalam keadaan stabil, kebijakan negeri berubah dari ofensif menjadi defensif, dan tidak ada lagi kegagahan yang berani untuk menyerang maju seperti saat berdirinya kekaisaran ini. Sebagai gantinya adalah para penguasa yang berpengalaman dan tangguh yang mengawasi warisan dari nenek moyang mereka. Seiring waktu, kecenderungan pemerintah untuk mementingkan para pejabat sipil dan tidak mementingkan pejabat militer telah menjadi semakin jelas, bahkan dengan para jenderal perbatasan perlu menjadi Sarjana Istana sebelum mereka dapat meyakinkan siapa pun.

Kerusuhan di Shaoxing menyebabkan keterkejutan yang besar, namun pembahasan selanjutnya tentang kebijakan reaktif tidak berjalan mulus. Sebagian besar suara di Pengadilan Kekaisaran pada umumnya percaya bahwa perjanjian perdagangan benar-benar tidak diperlukan, dan karena itu tidak dapat membawa banyak keuntungan bagi Pengadilan namun menarik para perompak untuk berbicara dan menyerang, akan lebih baik untuk menghapuskan perjanjian perdagangan saja dan benar-benar mematikan hubungan antara Kekaisaran Surgawi dengan dunia luar. Hanya kebijakan itu yang akan membuat semuanya damai, dilakukan sekali dan untuk selamanya.

TN : Celestial Empire (Chinese: 天朝; pinyin: Tiāncháo) atau Kekaisaran Surgawi adalah nama lama yang digunakan untuk merujuk China, dari terjemahan sastra dan puisi dari istilah ‘Tianchao’, salah satu dari banyak nama untuk bangsa China. (sumber : Wikipedia)

Meskipun suara-suara itu menempati mayoritas, tetapi bukannya tanpa perbedaan pendapat. Salah satu di antara mereka adalah faksi kepala yang dipimpin oleh Tang Fan dan kawan-kawan.

Tang Fan percaya bahwa Kekaisaran Surgawi yang agung, meskipun tidak haus perang, tidak boleh malu berperang, karena tidak ada ruang untuk dengkuran orang lain di sisi tempat tidur kita sendiri. Secara gamblang, sekarang orang telah datang untuk melecehkan mereka, pembenaran apa yang membuat mereka bertindak layaknya kura-kura yang menyembunyikan kepalanya ke dalam tempurung? Selain itu, ada berbagai pengikut seperti bangsa Annam dan yang bergantung kepada mereka seperti Joseon — jika Ming Agung mundur saat menghadapi kesulitan, bagaimana  bangsa-bangsa ini akan memandang mereka? Di mana keperkasaan negeri milik Ming Agung?

Kaisar Leluhur telah merebut kembali tanah Han, Kaisar Yongle telah memindahkan ibu kota sehingga para Kaisar penerus akan mengawasi gerbang-gerbang negeri ini. Berapa banyak waktu telah berlalu sejak Ming Agung memusnahkan pasukan lawan, memiliki keberanian untuk mengusir Dinasti Yuan bangsa Mongolia kembali ke padang rumput?

Menutup perbatasan negeri saat ini dapat memberikan penghiburan sementara, tetapi jika wabah perompak kemudian memburuk, apakah mereka hanya akan menyusut ke dalam cangkang mereka dan tidak pernah keluar? Bahkan jika mereka tidak akan direpotkan untuk saat ini, bukankah mereka harus memikirkan generasi yang akan datang? Perdagangan laut pada masa Dinasti Song telah menyebar ke semua negeri dan membawa keuntungan besar bagi pemerintahnya; mengapa Ming Agung kita yang saat ini jauh lebih kuat dari Dinasti Song, namun keberanian dan ambisinya jauh lebih rendah? Apakah berkuasanya Dinasti Yuan Mongolia selama seratus tahun lebih telah melemahkan jiwa ksatria para pria Dataran Tengah kita?

Meskipun pernyataan itu menggugah semangat, tetapi tidak kurang orang yang mencelanya. Banyak yang terbiasa menjalani kehidupan yang nyaman dan merasa bahwa menambahkan kejadian lain di dalamnya lebih buruk dibandingkan tidak melakukannya. Mendengus pada ambisi yang disebutkan Tang Fan, mereka juga meyakini bahwa Kekaisaran Surgawi telah berkembang cukup luas; mengapa mengambil metode laut yang berbahaya untuk bertikai dengan negeri-negeri kecil demi remah-remah?